Cantiknya Naoko Nemoto, Wanita yang Temani Soekarno di Malam Pembunuhan 6 Jenderal
Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku.
Penulis: Heribertus Sulis | Editor: Heribertus Sulis
Di saat situasi harapannya putus itu, Soekarno datang ke Jepang dan dipertemukan dengan Dewi melalui perantara seseorang di Hotel Imperial, Tokyo.
Tepatnya pada 16 Juni 1959, Dewi juga secara kebetulan mengisi acara di hotel tersebut.
Keanggunan Dewi ternyata membuat Soekarno langsung jatuh hati padanya, sedangkan Dewi juga jatuh cinta pada Soekarno pada pandangan pertama.
Setelah pertemuan itu, keduanya rutin saling berkirim surat cinta.
Saat pulang ke Indonesia, sang presiden pun mengundangnya ke Jakarta, dan pada saat itulah kisah cinta keduanya dimulai.
Setiap Sukarno berkunjung ke Jepang, ia selalu menemui Naoko atau Dewi kini.
Pada tahun 1962, Soekarno pun menikahi Dewi, yang menurutnya adalah seorang gadis yang sempurna dan menawan.


Saat itulah ia memberikan nama baru untuk sang gadis pujaannya yaitu Ratna Sari Dewi Soekarno.
Dewi pun sah menjadi istri kelima presiden.
Ia sering mengikuti berbagai acara kenegaraan dan membantu Soekarno melakukan banyak hal kenegaraan.
Soekarno bahkan sempat menuliskan surat cinta yang sangat romantis untuk Dewi, "Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku."
Soekarno, sang proklamator kemerdekaan sekaligus pemimpin revolusi Indonesia itu memang sosok yang mencintai keindahan.
Dengan background seorang insinyur dan darah bangsawan Bali dari sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai, Soekarno juga terlahir sebagai tokoh kharismatik yang akan sangat sulit jika dilepaskan dari sosok "perempuan" di dalamnya.
Namun tidak lama kebahagiaan ini berlangsung, tahun 1967, politik Indonesia mengalami perubahan besar.
Presiden Soekarno harus menyerahkan pemerintahan Indonesia ke tangan Soeharto.
Dewi yang hamil akhirnya berpindah ke luar negeri.
Dewi membesarkan anaknya yang lahir dengan nama Kartika Sari Dewi di Paris, Perancis.

Setelah lebih 10 tahun bermukim di Paris, sejak 1983, Dewi kembali ke Jakarta.
Pada tahun 1994, Dewi menggegerkan publik gara-gara menjadi model pada sebuah buku foto berjudul "Madame De Syuga" dengan menampilkan tubuhnya setengah telanjang.
Buku tersebut terbit di Jepang pada 1998 dan dilarang beredar di Indonesia karena dianggap mencoreng nama baik proklamator Indonesia.

Kritik pedas masyarakat Indonesia yang dilontarkan kepada Dewi hanya ditanggapi enteng olehnya.
Sebab menurutnya buku yang diluncurkannya adalah sebuah hasil karya seni yang menunjukkan bahwa perempuan usia lanjut masih memiliki lekukan tubuh yang indah.


Pada tahun 2008, ia kembali ke Jepang dan menetap di Shibuya, Tokyo, hingga saat ini usianya menginjak 77 tahun.


Melihat foto di atas, paras Dewi kini tetap menawan, walau usianya senja.(*)