Kisah Ibu yang Saksikan Detik-detik 2 Anaknya Tewas karena Bom Gereja di Surabaya

Kisah Ibu yang Saksikan Detik-detik 2 Anaknya Tewas karena Bom Gereja di Surabaya

Editor: wakos reza gautama
Petugas kepolisian saat olah TKP di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018). Hingga pukul 12.30 WIB, jumlah korban ledakan di 3 gereja mencapai 10 korban meninggal dan 41 luka-luka.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SURABAYA - Keluarga Wenny (47), warga Jl Barata Jaya 21 Surabaya, bersama dua anaknya yang masih kecil melihat sendiri saat pelaku meledakkan diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, di Ngagel Madya, Minggu (13/5/2018).

Dia bersama satu saudara yang lain ikut menjadi korban.

Baca: Asyiik 4 Zodiak Ini Diramalkan Bakal Dapat Hoki Gede Minggu Ini

Bahkan Wenny juga tahu, detik-detik saat putranya yang berusia 11 tahun, Vincensius Evan, tergeletak bersamaan dengan bom meledak persis di belakangnya.

Susi mendapat cerita langsung dari Wenny.

Saat itu, Wenny sang ibu bersama dua anaknya menjadi korban.

Bersama keluarga yang lain, mereka berempat baru saja turun dari mobil.

Baru empat langkah, dari arah belakang ada motor menerobos halaman Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Ngagel.

Saat ini, Wenny bersama kelurga dan dua anaknya menjadi korban.

Yang membuat miris dan kasihan, Wenny juga menggandeng putranya yang masih berusia 8 tahun, Nathanael, yang ikut berjalan beriringan dengan Vincensius Evan (11) kakaknya.

Susi juga menuturkan, Wenny tahu saat pelaku juga dihalangi Satpam.

Satpam inilah yang tubuhnya hancur. (Surya/Faiq)

Alasan gereja jadi sasaran

Insiden bom meladak di tiga gereja di Surabaya menjadi perhatian banyak kalangan. Bahkan ada yang meyakini sebagai aksi balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob Jakarta.

Baca: Ditimpa Masalah Bertubi-tubi, Postingan Terbaru Artis Ini Banjir Pujian: Cantik!

Barangkali orang awampun akan berfikir bahwa bom gereja di Surabaya pagi tadi itu linier dengan peristiwa antara napiter dengan polisi di Mako Brimob, Rabu kemarin.

Lalau bagaimana dengan analisa Ali Fauzi, sang mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) yang juga adik kandung sang Trio Bomber Bali.

Ditemui Tribunjatim.com Minggu (13/5) siang ini, Manzi, panggilan lapangan Ali Fauzi saat di medan tempur mengungkapkan, bahwa insiden bom meledak di tiga gereja di Surabaya itu adalah bagian dari balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob.

Munuculnya rekaman di video, instagram yakni, nampak jelas bagaimana seorang anggota polisi menyuapi makan dengan kedua tangan diborgol pada napiter dalam bus perjalanan menuju Nusakambangan, itu menjadi penyulut kemarahan mereka yang sejalan dengan para napiter.

"Jadi kelompok ini sangat terprovokasi dengan video yang beredar luas itu," ungkap Ali Fauzi.

Kelompok teroris mana yang beraksi di Surabaya meledakkan bom di tiga gereja ? Ali Fauzi memantapkan keyakinannya bahwa pelakunya adalah kelompok bergerak dalam medio 4 hingga 5 tahun yang lalu.

"Kelompok ini berafiliasi dengan ISIS," tandasnya.

Tapi mengapa yang jadi sasarannya gereja, Ali membeberkan, sesungguhnya aksi serupa pernah tahun 2000.

Dimana gerakan serentak saat itu ada di sembilan kota termasuk diantaranya di Batam, Pekanbaru, Mojokerto, Bandung, dan Jakarta dengan pengiriman 25 paket bom.

Baca: Diduga Akan Sembunyikan 50 Tas Hermes Birkin, Istri Najib Razak Dilaporkan ke Polisi

"Yang beda, modelnya antara dulu dan sekarang," katanya.

Dalam kejadian ini, menurut Ali Fauzi, polisi tidak berarti kecolongan.

Karena pada dasarnya polisi tahu akan ada balasan, hanya tidak diketahui pasti kapan dan dimana akan terjadi.

Negara manapun seperti bisa terjadi, termasuk di Amerika Serikat.

Jika kelompok teroris mendapat tekanan, maka yang dibawah akan bergerak.
"Mungkin polisi tahu, tapi dimana dan kapan," katanya.

Kelompok pengebom ini, menurutnya tidak masuk dalam perakit bom besa. Kalaupun ada kebakaran itu hanya efek samping.

Bukan karena efek residunya. Yang muncul api dan terbakar itu ban, tangki bensin dan lainnya.

Sedangkan asap yang membumbung tinggi itu juga akibat efek samping benda-benda seperti ban yang terbakar.

Asap tinggi itu bukan efek residu, makanya warna asapnya hitam buka putih. Sementara dominan warna asap yang muncul tadi itu hitam.

"Kalau warna asap juga bisa dipelajari bahan peledaknya dari apa. Tergantung bahannya," ungkap Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian ini.

 

Polisi yang olah TKP akan bisa melihat benar apakah itu dampak residu atau bukan. Dan bisa dicocokkan dengan bahan-bahan yang terbakar di sekitar kejadian.

Baca: Jaringan Perempuan Teroris Janda Hitam Diduga Jadi Pelaku Bom Surabaya, Ini Alasannya

Jika ada kesamaan pola, maka dengan mudan untuk mengidentifikasinya. Apakah sama dengan yang dulu (kelompok insiden tahun 2000, red) yang beraviliasi dengan ISIS atau tidak.
"Bom dari kelompok baru atau lama,"katanya.

Ali Fauzi menambahkan analisa mendalam yang bisa dipakai jalan dalam proses penyelidikan oleh polisi.
Dari pengamatannya video yang terjadi, bahwa nampak seorang ibu yang mengajak anaknya untuk melakukan aksi itu.

 

Kesimpulan yang bisa diambil adalah, seorang ibu yang sampai berani beraksi mengajak anak ada beberapa kesimpulan.

Kemungkinan si ibu ini anggota keluarganya, mungkin suaminya masih dalam tahanan, atau anaknya juga dipenjara.

Bisa juga suaminya meninggal di Syiria atau di Irak. "Perlu dicari tahu," katanya.

(Surya/Hanif Manshuri)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved