Terungkap, Ternyata Provider Ini Bayar Rp 17 Juta Agar Bisa Bangun BTS di Menara Masjid
Permasalahan ini bermula ketika pada April lalu ada musyawarah untuk pembangunan menara masjid.
Penulis: Romi Rinando | Editor: nashrullah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Warga Perumahan Bukit Sukabumi Indah, Sukabumi, Bandar Lampung tetap bersikeras menolak pembangunan tower base transceiver station (BTS) salah satu provider di menara Masjid Hidayah Sukabumi.
Penolakan disampaikan sejumlah warga dalam rapat gabungan bersama DPRD, pihak provider, dan Pemerintah Kota Bandar Lampung di ruang lobby DPRD, Kamis (31/5/2018).
Menariknya, dalam rapat yang dipimpin Ketua Komisi I DPRD Kota Nu'man Abdi, terungkap aliran dana pihak provider kepada masyarakat yang mencapai Rp 17 juta.
Baca: Viral! Surat Kelulusan Siswa MTs di Lampung Timur Ini Bikin Salah Fokus
Baca: Dipesan dan Dikendalikan Napi, Polda Sita 1.500 Pil Ekstasi dari Jaringan Narkoba Antar Provinsi
Baca: Tahun Ini Biaya Kuliah UIN Raden Intan Naik Rp 950 Ribu per Semester, Ini Rinciannya
Permasalahan ini bermula ketika pada April lalu ada musyawarah untuk pembangunan menara masjid.
Setelah adanya kesepakatan, pembangunan pun dimulai menggunakan kas masjid sebesar Rp 164 juta.
Namun ketika proses pembangunan sudah mencapai 80 persen, justru yang terlihat adalah menara BTS.
Masyarakat pun protes sebab pendirian tower ini di tengah pemukiman warga dan memakai fasilitas umum.
Erma, salah satu warga mengatakan, awalnya tidak mengetahui rencana pembangunan tower BTS tersebut.
Menurutnya warga seperti dipaksa, tanpa persetujuan tahu-tahu warga diberi uang dan blangko kosong untuk ditandatangani.
"Kami intinya tidak mau tower Indosat itu berdiri. Tidak aman dan nyaman. Kami tidak pernah diajak berunding dan terkesan dipaksa. Katanya sudah persetujuan, saya waktu itu tiba-tiba dikasih duit sama ketua RT, (lalu disodori) kertas kosong dan (diminta) tanda tangan," kata dia.
Agung, warga lainnya mengatakan, warga tidak pernah dilibatkan karena rapat saat itu hanya diikuti pengurus masjid.
Menurut Agung, warga saat itu hanya diberi blangko kosong untuk tanda tangan dan uang Rp 300 ribu dengan alasan ada donator yang akan membangunkan menara.
"Kami tidak tahu kalau itu mau dibangun BTS. Katanya mau untuk menara masjid, kami diminta tanda tangan dikasih uang Rp 300 ribu," jelasnya.
Pengurus Masjid Hidayah, Toni Rahman mengatakan, awal terjadinya pembangunan BTS di menara masjid karena pembangunan masjid saat itu tersendat.
Baca: Ibu-ibu Serbu Daging dan Telur Murah di Pasar Pasir Gintung, 7 Juni Bakal Ada Lagi Lho
Pengurus pun ditawari bantuan dari provider yang ingin membantu pembangunan.