Meski Ada Kepulan Asap Putih Setinggi 100 Meter, Gunung Anak Krakatau Masih Aman. Bukan Erupsi!

Beberapa hari terakhir, warga Pesisir Rajabasa, Lampung Selatan, dihebohkan dengan terlihatnya asap putih dari kawah Gunung Anak Krakatau (GAK).

Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
Tribun Lampung/Dennish Prasetya
Gunung Anak Krakatau 

Saat itu, ribuan korban jiwa meninggal. Ratusan desa yang berada di pesisir pantai wilayah Lampung dan juga Banten hancur diterjang mega tsunami dari letusan Krakatau kala itu.  

Gugusan gunung Krakatau hanya menyisakan sebagian dari badan puncak Rakata. Sedangkan puncak Danan dan Perbuatan musnah bersama letusan maha dasyat tersebut.  

Baca: Ayo Saksikan Laga Piala Dunia Rusia 2018: Inggris vs Panama. Kick Off Jam 19.00 WIB di TransTV!

Puluhan tahun setelah letusan yang mengguncang dunia tersebut, perlahan muncul gunung api baru di lokasi bekas letusan Krakatau yang hanya tinggal menyisakan sebagian puncak Rakata.  

Kemunculan gunung api baru yang kini dikenal dengan nama Gunung Anak Krakatau (GAK) itu kali pertama diketahui pada tahun 1927.  

Dan hingga kini, gunung api baru ini terus tumbuh. Diperkirakan pertumbuhannya mencapai 20 inci perbulan.   Anak Krakatau yang terus tumbuh ini terus menjadi perhatian pemerintah.  

Keindahan Gunung Anak Krakatau di tengah laut.
Keindahan Gunung Anak Krakatau di tengah laut. (Tribun Lampung / Heru)

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di Bandung kemudian mendirikan pos pemantauan di dua titik. Di Lampung dan di Banten.  

Pos pantau GAK yang berada di Lampung terdapat di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Pos pantau ini didirikan tahun 1995 lalu.    

Pos pantau ini mencatat setiap aktivitas GAK melalui alat sesmograf. Alat sesmograf ini terpasang di GAK. Selain alat sesmograf, juga ada teropong untuk bisa melihat langsung ke GAK.  

Baca: Masih Lajang dan Tampan, Yuk Intip Gaya Pangeran Faza Asal Dubai Saat Hadiri Royal Ascot di Inggris!

Menurut Andi, pemantauan GAK dilakukan secara bergantian. Setiap pagi ada petugas yang akan mengganti kertas khusus pada alat pencatat sesmograf.  

Kertas ini diganti setiap 12 jam. Setiap hari aktivitas yang tercatat dalam sesmograf dilaporkan ke PVMBG yang ada di Bandung.  

“Untuk saat ini aktivitas GAK normal. Sudah sejak pasca mengalami peningkatan aktivitas di tahun 2012 lalu, aktivitas GAK normal. Aktivitas gempa dalam hanya sekitar 3-6 kali sehari. Tetapi statusnya tetap Waspada,” terang kang Andi.  

Bagi dirinya yang telah bertugas sejak tahun 1995 lalu, peningkatan aktivitas GAK pada September 2012 lalu menjadi hal yang tidak terlupakan.  

Kala itu alat sesmograf yang ada di GAK sempat rusak tertimpa material GAK yang sedang meningkat aktivitasnya.  

“Peningkatan aktivitas tahun 2012 lalu jadi aktivitas yang cukup besar. Kala itu ramai perhatian dari kalangan media untuk pemberitaannya,” ujarnya.  

Baca: Heboh Penemuan Jenglot yang Diduga Curi Uang Jutaan Rupiah Milik Warga, Begini Penjelasan Polisi!

Jawara Volcano Cup 2018  

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved