Pilgub Lampung 2018
Unik, Petugas Bawa Kotak Suara ke Rumah Warga yang Sakit
Upaya jemput bola dilakukan karena warga tersebut sedang sakit, sehingga tidak bisa memberikan hak suaranya dengan langsung mencoblos ke TPS.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Hanif Mustafa
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Ada kejadian menarik dalam proses pencoblosan Pilgub Lampung 2018 di Bandar Lampung, Rabu, 27 Juni 2018.
Menjelang penghitungan suara, petugas TPS 6 Kelurahan Tanjung Senang, Kecamatan Tanjung Senang mendatangi rumah warga.
Sebanyak tiga petugas bersama dua saksi mengarak kotak suara dengan menyusuri jalan menuju tiga rumah warga.
Upaya jemput bola dilakukan karena warga tersebut sedang sakit, sehingga tidak bisa memberikan hak suaranya dengan langsung mencoblos ke TPS.
Pantauan Tribun Lampung, dua petugas membawa kotak suara dengan ditenteng dari kedua sisi. Mereka didampingi ketua kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) dan dua saksi.
Baca: Grup F yang Unik: Meksiko, Jerman, Swedia, dan Korsel Masih Berpeluang Lolos
Kali pertama, petugas menghampiri rumah Satirah (80) di Jalan Ratu Dibalau No 120 Tanjung Senang.
Satirah diketahui mengalami sakit katarak. Bahkan, ia sempat terjatuh sehingga tidak bisa berjalan.
Setelah meminta izin kepada anak dan cucu Satirah, Ketua KPPS 6 Tanjung Senang Sriyanto membawa kotak suara ke dalam kamar. Selanjutnya ia menyerahkan surat suara kepada Satirah.
Dengan kondisinya tersebut, Satirah tidak bisa melihat secara jelas. Sriyanto pun membantu dengan menyebutkan nama calon gubernur satu per satu.
Setelah Satirah menyebutkan secara lisan, Sriyanto memasukkan surat suara ke dalam kotak suara dengan disaksikan para saksi. Tak lupa, jari tangan Satirah dibubuhi dengan tinta.
Hal serupa terjadi di rumah Ardimukti (58) di Jalan Ratu Dibalau, Gang Bougenville. Karena penyakit wasir yang dideritanya, ia tidak bisa berjalan.
Baca: Kotak Kosong Menang di Pilkada Makassar, Begini Aturannya
Meski begitu, Ardimukti bisa mencoblos dengan tangannya. Tapi, saat memasukkan surat suara ke kotak suara, ia tetap dibantu oleh petugas.
Sementara di rumah lainnya, para petugas tidak bisa masuk. Mereka hanya menunggu di luar setelah menyerahkan surat suara dan tinta.
Tak pelak, upaya jemput bola tersebut mendapat apresiasi dari warga.
"Ini memang Bapak sedang sakit. ambeiennya kumat. Gak bisa jalan jadinya. Tapi, alhamdulillah tertolong dengan adanya tim KPPS yang datang. Jadi aspirasi tidak hilang," ujar Nurdiah (55), istri Ardimukti.
Hal senada diungkapkan Wiwit (36), cucu Satirah. Ia mengaku senang tim KPPS memberi kesempatan kepada warga untuk menyalurkan hak suaranya meski dalam keadaan sakit.
"Nenek saya ini habis jatuh karena sakit katarak. Ya jadinya di ranjang aja. Gak bisa jalan. Kondisinya juga sudah tua," kata Wiwit.
Baca: Messi Pecahkan Rekor Maradona di Ajang Piala Dunia
Sriyanto menuturkan, upaya tersebut dilakukan untuk mempermudah warga yang sakit dan tidak bisa datang langsung ke TPS.
"Ada tiga orang yang sakit dan tidak bisa hadir. Maka sudah bagian dari tugas KPPS mendatangi rumahnya," ucap Sriyanto.
Menurut dia, proses pencoblosan agak sedikit berbeda dibandingkan di TPS. "Jadi kami beri penyuluhan. Kami kasih tahu siapa keempat calonnya, dan kami minta pilih. Lalu kami bantu mencoblos," beber dia.
"Kalau total kami ada sembilan, yakni tujuh orang KPPS, dua linmas, dan ditambah empat saksi serta satu PPL. Jadi yang berangkat lima. Tiga KPPS, dua saksi, dan sisanya menunggu di TPS," tambahnya. (*)