Pembacokan di Yukum Jaya Dipicu Sikap Arogansi Korban
Bambang menceritakan, kasus ini berawal saat kakak Megi melarang Sri Hartono menebang pohon bambu di pekarangannya.
Penulis: Daniel Tri Hardanto | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TERBANGGI BESAR - Peristiwa pembacokan di Lingkungan VI B, Kelurahan Yukum Jaya, Terbanggi Besar, Sabtu (11/8) lalu, mengakibatkan Sri Hartono (bukan Sarimin seperti yang disebutkan sebelumnya) mengalami luka-luka.
Pada edisi Tribun Lampung yang terbit Selasa (14/8), dengan judul "Sekeluarga Bacok Tetangga" disebutkan bahwa tersangkanya bernama Sri Hartono, sedangkan korban adalah Sarimin.
Ternyata fakta sebenarnya, Sri Hartono adalah korban pembacokan. Sedangkan Sarimin adalah ayah dari terduga pelaku, yang kini diperiksa di Polsek Terbanggi Besar.
Dalam kejadian itu, terduga pembacokan adalah Megi Purnomo (19), anak Sarimin (59).
Baca: Polisi Buru Ucu Pelaku Pembacokan Hingga ke Kota Agung
Bambang Fajar (43), kerabat terduga pelaku, membeberkan kronologi sebenarnya. Menurut dia, pembacokan dipicu oleh ulah Sri Hartono (58) sendiri.
Bambang menceritakan, kasus ini berawal saat kakak Megi melarang Sri Hartono menebang pohon bambu di pekarangannya. Sebab, semua bambu di lahan miliknya tersebut sudah habis dibabat oleh Sri Hartono.
Namun, Sri Hartono malah menunjukkan sikap arogan. Ia menantang keluarga Megi dengan mengucapkan kata-kata yang memprovokasi.
Itulah yang membuat Megi tersulut emosinya. Tanpa sepengetahuan orangtuanya, Megi mengambil golok dan langsung membacok korban.
"Megi udah dilarang sama emaknya. Tapi, dia tetap nekat membacok korban," kata Bambang kepada Tribun Lampung via telepon, Selasa (14/8).
Baca: Ini Pemicu Pembacokan Wahyu di Langkapura, Bandar Lampung
Melihat kejadian itu, lanjut Bambang, orangtua Megi berusaha melerai. "Jadi bukan pengeroyokan. Megi sendiri yang membacok korban. Malah orangtuanya yang melerai. Kalau dikeroyok, pasti mati korban itu," tutur Bambang.
Menurut Bambang, Sri Hartono sering mencari masalah. Bahkan dengan keluarganya sendiri. ”Adik kandung sama keponakannya aja pernah mau dibunuh sama dia,” tambah Bambang.
Selama berbulan-bulan, lanjut Bambang, Sri Hartono selalu mencari gara-gara. Ia menebangi semua pohon bambu di lahan milik Sarimin.
”Anehnya, dia selalu melakukan itu saat azan Magrib. Setelah ditebang, bambu-bambu itu dibakar sama dia. Jelas itu sangat mengganggu kami dan warga sekitar,” paparnya. (*)