Kamar rumah makan terbakar akibat lupa mematikan lilin, Rabu (29/8/2018). Pemilik rumah menyalakan lilin saat pemadaman listrik bergilir di Lampung terjadi.
Kemudian, transfer dari Sumbagsel akan dimaksimalkan dan PLTU Tarahan Unit 4 yang sedang pemeliharaan, dipaksakan masuk sistem pada hari Minggu kemarin.
"Memang benar ada pemadaman, kami mohon maaf karena pekerjaannya kurang lebih sekitar tiga bulan," ujarnya.
"Mudah-mudahan kalau sudah masuk ke sistem, Sutami, PLTG New Tarahan dan ditambah lagi maksimalkan transfer dari Palembang sehingga pemadaman tidak sebesar seperti kemarin-kemarin," tambah Hendri.
Hendri mengatakan, pekerjaan memang ditargetkan selama tiga bulan.
Namun, petugas-petugas SDM yang terkait masalah pembangkit akan dikerahkan untuk perbaikan, dan mudah-mudahan bisa mengatasi melampaui dari target.
"Jumlah besaran yang masuk sekitar sebanyak 60 MW karena fluktuatif tapi setidaknya upaya yang dilakukan dapat mengurangi pemadaman yang terjadi di Provinsi Lampung," harapnya.
"Kalau meng-cover untuk saat ini memang belum namun hampir menutupi."
"Jadi, hanya defisit beberapa mega saja, sehingga tidak seluas seperti pemadaman yang terjadi sekarang ini," katanya.
"Perkembangan sekarang ini lagi dalam tahap proses pembelian alat confire batubara. Fungsi alat itu untuk mengangkat batubara yang di PLTU-PLTU. Jadi masih nunggu itu karena butuh proses," ujarnya.
Pemadaman Listrik sampai 4 Jam
Pemadaman listrik bergilir di Lampung bisa memakan waktu 4 jam-5 jam.
Dalam sehari, pemadaman listrik tak hanya sekali terjadi di suatu wilayah.
"Sehari bisa dua kali mati. Waktunya sampai empat jam," keluh Farizal, warga Kelurahan Jagabaya I, Kecamatan Way Halim, Senin (27/8/2018).
Lita, warga lainnya, juga merasakan pemadaman listrik hingga dua kali dalam sehari di tempat tinggalnya.
"Biasanya, padam yang pertama sampai 3 jam lamanya. Kemudian, padam yang kedua, sekitar 30 menit," ujar warga Kecamatan Sukabumi itu.
Menurut Lita, lingkungan tempat tinggalnya temasuk sering byarpet.
Dampaknya, ia sampai harus menumpang mandi ke rumah bibinya, di Kecamatan Sukarame saat hendak berangkat kerja.
"Kalau lagi ada gangguan apa gitu, terus pemadaman listrik bergilir, daerah rumah saya ini sepertinya kena jatah paling banyak," keluhnya.
Yandri, warga Kecamatan Rajabasa, kecewa dengan pemadaman listrik bergilir yang sering terjadi.
Sementara, tarif listrik naik.
"Tarif listrik naik tiga kali lipat, tapi sebagai pelanggan tetap merasakan listrik mati," ujar Yandri.
"Rata-rata sehari sekali, dengan durasi beda-beda," sambungnya.
Warga Jadi Korban Kebakaran
Kebakaran terjadi di sebuah ruko di Jalan Hasanudin Nomor 50, Kecamatan Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, Rabu (29/8/2018).
Satu kamar berukuran 3x4 meterpersegi di lantai 2 habis terbakar.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 18.30 WIB, selepas magrib, di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Pasar Kangkung.
Hidayat (38), penghuni rumah, mengungkapkan, api berasal dari lilin yang tertinggal di dalam kamar.
"Ya kan tadi itu mati lampu dari jam 3 sore. Kebetulan saya dagang nasi di bawah (bagian bawah ruko)," tutur Hidayat.
Saat sore tiba, jelas Hidayat, kondisi kamar menjadi gelap sehingga mengharuskan untuk menggunakan lilin sebagai penerang.
"Nah, adik saya lupa matiin lilin. Tahu-tahu pas magrib, mau ambil barang ke atas, asap sudah penuh," ucapnya.
Sejumlah warga berhasil memadamkan api sebelum petugas pemadam kebakaran tiba.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bandar Lampung M Rizki menyatakan, pihaknya menurunkan dua unit mobil damkar.
Komponen Rusak
Pemadaman listrik bergilir di Lampung merupakan dampak PLTU Sebalang terbakar pada Kamis (23/8/2018).
Kebakaran itu menyebabkan beberapa komponen pembangkit mengalami kerusakan.
Hingga saat ini, PLN masih melakukan pemulihan terhadap kerusakan. PLTU Sebalang pun nonaktif untuk sementara waktu.
"Kekurangan pasokan listrik yang seharusnya didapat dari PLTU Sebalang, akan di-cover dari pembangkit lain," jelas Deputi Manajer Hukum dan Hubungan Masyarakat PT PLN (Persero) Distribusi Lampung Hendri AH melalui siaran pers, Minggu (26/8/2018).
Hendri menjelaskan, kebakaran di PLTU Sebalang pekan lalu menyebabkan defisit daya mencapai 165 megawatt pada Waktu Beban Puncak (WBP).
"Pengurangan beban merupakan langkah antisipasi agar kerusakan tidak memberi dampak lebih besar lagi," kata Hendri.