Akademisi Hukum Unila Minta Yusuf Kohar dan Wiyadi Bisa Menahan Diri
Akademisi Hukum Unila Yusdianto Minta Yusuf Kohar dan Wiyadi Bisa Menahan Diri
Penulis: Romi Rinando | Editor: taryono
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Wakil Wali Kota Bandar Lampung Yusuf Kohar dan Ketua DPRD Kota Bandar Lampung Wiyadi lagi jadi sorotan publik.
Pasalnya kedua cekcok hingga nyaris berkelahi.
Insiden buruk ini terjadi di Hotel Amalia, Sabtu (1/9), sekitar pukul 23.00 WIB.
Apa penyebabnya?
Baca: Terlibat Keributan dengan Ketua DPRD Wiyadi, Wakil Walikota Yusuf Kohar: Ada yang Kena Gocoh?
Diduga karena persoalan dibentuknya panitia khusus (pansus) hak angket oleh DPRD Bandar Lampung.
Kabar tak mengenakan perilaku elite politik Lampung itu pun mendapatkan perhatian besar dari sejumlah kalangan.
Salah satunya Akademisi Hukum Unila Yusdianto.
Menurutnya, publik sangat menyayangkan perilaku keduanya.
"Sebagai pejabat publik, tentu harus bisa menahan diri dan tidak mempertontonkan sesuatu yang tidak pantas di depan umum," katanya.
Dia pun berharap keduanya bisa menyelesaikan secara baik dan dengan kepala dingin permasalahan tersebut.
Sebab, perbedaan yang berakhir dengan ketegangan bisa berdampak negatif dan mengganggu stabilitas hubungan antar lembaga. Hal ini tentu bisa berdampak pula pada masyarakat dan pembangunan di Bandar Lampung.
Diketahui, DPRD Kota Bandar Lampung membentuk pansus hak angket ini guna mengkritisi kebijakan Yusuf Kohar saat menjabat pelaksana tugas wali kota Bandar Lampung pada Februari- Juni 2018.
Baca: Kronologi Wakil Wali Kota Vs Ketua DPRD, Agusman Sempat Peluk Yusuf Kohar
Saat itu, Yusuf Kohar sempat memutasi sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Bandar Lampung.Kebijakan memutasi ini dinilai DPRD Bandar Lampung menyalahi aturan. Karena jabatan yang diisi telah ada pelaksana tugasnya.
Sementara saat itu Kohar menilai, kebijakan memutasi tersebut merupakan kewenangan eksekutif dan dia hanya mengisi kekosongan jabatan yang ada. Selain itu, mutasi untuk mempercepat roda organisasi.
Yusuf Kohar menjabat pelaksana tugas wali kota Bandar Lampung karena Wali Kota Herman HN sedang cuti kampanye Pilgub Lampung 2018.
Beruntungnya, perseteruan tersebut tidak berakhir dengan kontak fisik. Pihak-pihak yang berada di lokasi melerai keduanya.
Meski begitu, situasi sempat memanas karena air gelas yang ada di meja Yusuf Kohar tumpah saat ia berdiri menghampiri Wiyadi.
Ketua DPRD Kota Bandar Lampung yang dikonfirmasi Tribun mengatakan, kejadian bermula saat dirinya ingin pulang namun tiba-tiba Yusuf Kohar berdiri dan menghampiri dirinya.
"Dia ngajak saya berkelahi. Dia bilang kenapa DPRD buat-buat pansus hak angket, sudah idealis benar apa kamu. Saksinya juga banyak," ujar Wiyadi, Minggu (2/9).
Menurut Wiyadi, pansus yang dibentuk DPRD merupakan hak yang diatur dalam tata tertib DPRD.
Langkah itu diambil karena DPRD menilai ada kebijakan yang salah dan tidak sesuai peraturan.
Pembentukan pansus juga berdasarkan persetujuan seluruh fraksi di DPRD Kota Bandar Lampung.
"Tidak masuk akal kalau dia marah karena pansus. Itu hak DPRD yang diatur. Harusnya dia datang dan jelaskan ke DPRD, kalau memang kebijakan dia benar. Tapi d
ia tidak pernah datang. Padahal eksekutif dan legislatif ini mitra dan kita saling menghargai," tegasnya.
Wiyadi mengaku akan melaporkan kejadian tersebut ke Polda Lampung, pada Senin (3/10).
"Saya intinya akan lapor ke Polda Lampung, karena merasa terancam," katanya.
Bantah
Sementara Yusuf Kohar saat dikonfirmasi membantah dirinya sempat bersitegang dengan ketua DPRD Kota. "Kata siapa? Tapi kan gak ada gambarnya. Idak katek (tidak ada). Kamu kata siapa," ujar Yusuf Kohar.
Saat ditanyakan apakah dirinya benar menantang Wiyadi lebih dulu, Yusuf Kohar juga membantahnya. "Kata siapa, kau tanya saja sama dia (Wiyadi). Kau tanya sajalah sama dia. Ya," jelas politisi Demokrat ini.
Saat Tribun menanyakan terkait adanya air gelas yang tumpah di mejanya, Yusuf Kohar juga membantahnya. "Kata siapa, tidak ada. Kau ngeliat tidak kejadiannya. Ada yang kena gocoh (tinju) tidak. Kamu kan gak liat," jelas Kohar.
Saat ditanya apakah keributan akibat pansus hak angket yang dibentuk DPRD ia juga mengaku tak tahu. "Saya tidak tahu, tidak ada itu. Gak ada ribut. Ada yang kena gocoh (kena tinju)? Ada idak, nah kan gak ada. Saya gak ngerti. Tanya saja sama yang ngomong itu," tutup Yusuf Kohar.
Sempat Peluk
Sementara Anggota DPRD Kota Bandar Lampung Agusman Arief, salah satu saksi mata di lokasi membenarkan adanya aksi keributan antara Yusuf Kohar dan Wiyadi.
"Saya tadi malam abis pertemuan, terus mau pulang. Saya jalan duluan, Pak Wiyadi di belakang saya. Saat itu, saya ketemu Pak Yusuf Kohar dan salaman. Pas salaman, dia (Kohar) bilang kenapa pansus-pansus itu. Mana Wiyadi, mana Wiyadi. Pak wiyadi masih di belakang saya," ungkap Agusman.
Setelah melihat Wiyadi, Yusuf Kohar langsung berdiri dan air di gelas yang ada di meja Yusuf Kohar sempat tumpah. "Saya waktu itu meluk Yusuf Kohar. Saya bilang sudahlah-sudahlah, ini tempat umum," ungkap Agusman.
Politisi Demokrat ini mengatakan tidak terjadi kontak fisik antara Yusuf Kohar dan Wiyadi, karena malam itu ada beberapa orang ikut melerai. Kebetulan Wiyadi tidak meladeni tantangan Yusuf Kohar. Wiyadi hanya tersenyum-senyum ketika ditantang Yusuf Kohar.
"Tidak ada kontak fisik. Saya sempat pisahin dan peluk Pak Kohar. Ketua DPRD juga tidak meladeninya, dia hanya senyum saja. Kalau tidak salah di lokasi ada sekitar 15 orang, tamu dan pemain musik di cafe itu. Kalau keterangan saya salah, bisa dicek CCTV di lokasi kejadian," kata Agusman yang juga menjabat Ketua Badan Kehormatan DPRD Kota ini.
Lihat CCTV
Kadek Marketing Hotel Amalia mengatakan, belum mengetahui adanya insiden yang terjadi di cafe dan restoran Hotel Amalia pada Sabtu malam. Karena saat kejadian dirinya tidak sedang bekerja.
"Saya tidak tahu, karena kebetulan tadi malam saya lagi off," ujarnya, Minggu (2/9).
Saat ditanya apakah di lokasi cafe and restoran Hotel Amalia memiliki CCTV, Kadek mengatakan, ada CCTV namun untuk melihat rekaman CCTV harus mendapatkan izin dari pihak kepolisian.
"Ada CCTV, kalau hotel lengkap. Tapi soal terekam atau tidak itu saya tidak tahu. Kalau mau lihat harus ada izin dari pihak kepolisan," kata Kadek.(rri)