Tribun Bandar Lampung

15 Tahun Terpisah, Mahasiswi UIN Raden Intan Tak Bisa Bendung Air Mata Saat Bertemu dengan Ibunya

Mata Ferdina Nur Fitria (21) mulai berkaca-kaca begitu melihat sosok sang ibu, Sarisih (42), di Bandara Radin Inten II, Senin (24/9/2018).

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Teguh Prasetyo
Tribun Lampung/Noval Andriansyah
15 tahun terpisah. Ferdina Nur Fitria akhirnya bertemu dengan ibu kandungnya 

Laporan Reporter Tribun Lampung, Noval Andriansyah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Mata Ferdina Nur Fitria (21) mulai berkaca-kaca begitu melihat sosok sang ibu, Sarisih (42), berjalan keluar menuju pintu di terminal kedatangan Bandara Radin Inten II Lampung Selatan, Senin (24/9/2018).

Tangis Ferdina dan Sarisih pun pecah sesaat setelah keduanya bertemu dan saling berpelukan.

Selama sekitar 10 menit, ibu dan anak itu saling berpelukan.

Meski banyak orang lalu lalang di pintu terminal kedatangan bandara, keduanya pun bergeming.

Bagaimana tidak, selama kurang lebih 15 tahun keduanya tidak saling bertatap muka secara langsung.

Pada 2003 silam, saat Sarisih pergi merantau sebagai Tenaga Migran Indonesia (TMI) ke Arab Saudi, Ferdina masih berusia sekitar enam tahun.

Kepulangan Sarisih pun sangat ditunggu oleh Ferdina dan keluarga besarnya di Lampung Timur.

Sarisih dipulangkan oleh Kedutaan Besar RI (KBRI) Amman di Yordania, pada Sabtu (22/9/2018) sore waktu setempat, dan tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Minggu (23/9/2018) sore.

Setibanya di Soetta, Sarisih tak bisa langsung terbang menuju Lampung.

Hal tersebut karena ia harus menyelesaikan administrasi kepulangannya.

Sarisih yang mengenakan baju berwarna biru muda dan hijab merah muda, baru diterbangkan ke Lampung pada Senin (24/9/2018), sekira pukul 10.00 WIB.

Kedatangan Sarisih di Radin Inten II, disambut Ferdina yang didampingi Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Lampung Ahmad Salabi.

Sarisih mengaku, sesampainya di Soetta, ia sempat melakukan sujud syukur.

Sarisih pun tidak percaya, setelah 15 tahun, akhirnya kembali menginjakkan kaki di Indonesia.

Bahkan, Sarisih mengaku tak dapat tidur semalaman selama di Soetta.

“Kalau kangen sama keluarga, ngga usah ditanya lagi. 15 tahun saya ngga bertemu, terutama sama anak gadis saya ini,” ucap Sarisih seraya merangkul Ferdina.

“Saya ngga bisa tidur, karena cemas dan takut dengan keluarga besar saya. Ya takut saja,” ungkap Sarisih tanpa menjelaskan alasan ketakutannya.

Meski demikian, Sarisih mengatakan, senang bisa kembali ke Lampung. Terutama, bisa bertemu lagi dan bertatap muka dengan buah hatinya. “Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” tutur Sarisih.

Dan kepulangan Sarisih (42) ke Indonesia butuh perjalanan yang cukup panjang.

Hal itu dikarenakan perwakilan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Amman, Jordania, masih mengusahakan agar majikan Sarisih menyelesaikan hak-hak Sarisih.

Anak Sarisih, Ferdina Nur Fitria (21) mengatakan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari perwakilan KBRI Amman, pada Minggu 12 Agustus 2018, barang-barang milik Sarisih akan diantarkan ke KBRI dengan bantuan dari pihak kepolisian.

“Informasinya perwakilan KBRI sudah meminta bantuan pihak kepolisian untuk membantu mempercepat proses kepulangan ibu. Terus untuk denda izin, informasinya akan dibayar Rabu 15 Agustus 2018. Mudah-mudahan semuanya lancar. Mohon doanya,” kata Ferdina, Jumat 10 Agustus 2018.

Sementara itu, Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Lampung A Salabi menambahkan, sampai saat ini belum ada kejelasan pasti kapan Sarisih bisa kembali pulang ke Lampung.

“Majikannya tidak kooperatif. Sepertinya pihak KBRI sudah meminta bantuan pihak kepolisian untuk mempercepat kepulangan. Mudah-mudahan bisa segera,” kata Salabi, Jumat 10 Agustus 2018.

Sarisih merupakan TMI asal Lampung Timur yang ditahan majikannya, sehingga tidak bisa pulang ke Indonesia.

Bahkan Sarisih sempat hilang komunikasi dengan keluarganya di Lampung Timur.

Keberadaan Sarisih akhirnya terlacak berkat perjuangan sang anak.

Ferdina menyurati Presiden Jokowi, yang kemudian ditindaklanjuti KBRI Amman.

Setelah melakukan pencarian, Sarisih akhirnya ditemukan di daerah Swefieh, sekitaran Amman, pada dua pekan lalu.

Saat ini, Sarisih berada di penampungan KBRI Amman dan sedang menunggu penyelesaian hak-haknya.

Kepulangan Sarisih ke Indonesia sendiri berkat perjuangan Ferdina Nur Fitria (21), mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, untuk bertemu ibunya yang terpisah 15 tahun.

Sarisih sudah 15 tahun bekerja di Yordania, tepatnya sejak 2003.

Ia tak bisa pulang ke Indonesia karena ditahan oleh majikannya.

Sarisih pun tak melapor ke KBRI karena diancam oleh sang majikan.

Keberadaan Sarisih yang tak diketahui di negeri orang itu, akhirnya terlacak berkat perjuangan sang anak.

Kendati demikian, bukan hal mudah bagi Ferdina untuk mengetahui keberadaan ibunya.

Ia sudah dua kali mendatangi Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Lampung.

Ferdina juga mendatangi pihak agen di Jakarta yang memberangkatkan ibunya. Namun, hasilnya nihil.

Tak patah arang, Ferdina meminta bantuan kepada Presiden Jokowi.

Melalui suratnya kepada Presiden Jokowi, Ferdina meminta bantuan pemerintah untuk memulangkan ibunya.

"Saya mohon, bantu Ibu saya. Bantu saya Pak Jokowi untuk memulangkan Ibu saya, bukankah Ibu saya warga Indonesia? Saya mohon bantuan Bapak Jokowi," tulis Ferdina, dikutip dari Kompas.com, Minggu (29/7/2018).

Laporan itu mendapat respons positif. Petugas Dubes RI di Amman berhasil menemukan Sarisih.

"Kami akan segera pulangkan Ibu Sarisih kepada keluarganya. Tapi sebelum dipulangkan, kami akan pastikan terlebih dahulu semua hak-haknya terpenuhi," ujar Andy Rachmianto, Duta Besar RI Amman.

Sementara itu, Ferdina menuturkan, pencarian terhadap sang ibu dimulai pada Januari 2018.

Ketika itu, Ferdina mendapat informasi dari temannya, bahwa permasalahan mengenai TKI bisa dilaporkan.

Sebelumnya Ferdina mengaku bingung harus ke mana mencari sang ibu.

"Pas dikasih tahu teman, kebetulan di Bandar Lampung ada, BP3TKI. Januari (2018) aku melapor, ngasih surat pengaduan. Katanya bakal diproses, suratnya bakal disampaikan ke KBRI," kata Ferdina kepada Tribun, Minggu.

Namun demikian, Ferdina tidak langsung mendapatkan apa yang diharapkannya. Lima bulan menunggu, Ferdina tak kunjung mendapatkan informasi lanjutan dari BP3TKI.

Sampai akhirnya, Ferdina mendapat masukan dari seorang temannya untuk mem-viralkan kisahnya tersebut di media sosial.

"Aku sudah dua kali datang ke sana (BP3TKI), katanya masih dicari alamatnya (di Yordania). Cuma tetap aja belum ada perkembangan lagi. Sampai akhirnya teman bilang mau bantu viralin lewat media sosial," ucap Ferdina.

Pascaviral di Facebook, menurut Ferdina, dalam waktu 1x24 jam, ia langsung mendapatkan respons dari KBRI Amman.

Bahkan, perwakilan dari KBRI yang langsung menelepon Ferdina mengkroscek kebenaran apa yang dialaminya.

"Ternyata juga memang berkas pengaduan saya itu sudah sampai di KBRI. Tapi sebenarnya saya gak mau mem-viralkan," tutur Ferdina.

"Cuma, sebelum (kisah) ini viral, kok kayaknya gak ada respons apa-apa dari pemerintah. Setelah viral, baru cepat ada tanggapan. Mungkin memang dengan cara ini (viral) saya bisa dapat jalan keluar. Dan ternyata benar," kata dia.

Sempat Hilang Komunikasi

Sejak berangkat ke Yordania untuk mengadu nasib pada 2003 lalu, Sarisih masih berkomunikasi dengan keluarganya di Lamtim.

Menurut Ferdina, satu sampai dua tahun pascabekerja sebagai TKI, ibunya masih berkirim surat ke Lampung.

"Setelah itu, hilang kontak sampai enam tahun. Baru dapat kabar lagi itu setelah satu tahun ayah meninggal tahun 2009. Pas itu, ibu kontak ke paman. Alhamdulillah, sampai sekarang masih jalan komunikasinya. Walaupun hanya lewat suara, ngga bisa video call," jelas Ferdina.

Ferdina mengungkapkan, sejak bisa berkomunikasi kembali dengan sang ibu, pengiriman uang untuk keluarga di Lampung juga dilakukan.

Hanya saja, menurut Ferdina, majikan Sarisih yang mengirimkan langsung ke Ferdina.

"Jadi ibu itu nggak dibolehin pegang uang. Terus juga yang dikirim sepertinya nggak sesuai dengan gaji yang seharusnya ibu terima. Dalam satu tahun itu, paling banyak dua kali kirim uang. Paling besar dikirim itu Rp 5 juta," kata Ferdina.

Menurut Ferdina, majikan ibunya di Yordania sebenarnya baik. Bahkan, rasa sayang yang berlebihan dari majikannya yang membuat Sarisih seolah dikekang.

"Majikannya takut kalau ibu pulang terus nggak balik lagi, dia nggak bisa dapat yang kayak ibu lagi. Itu makanya kenapa ibu seolah-olah ditahan di sana. Apalagi sekarang dari Indonesia sudah nggak boleh lagi (TKI) berangkat ke Arab Saudi," ucap Ferdina.
KBRI Janji Pulangkan

Pada Rabu (25/7), Ferdina mendapatkan informasi dari pihak KBRI, jika sang ibunda sudah tinggal di penampungan KBRI Amman.

Ferdina berharap, ibunda bisa segera pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya.

"15 tahun itu bukan waktu yang sebentar. Semoga bisa segera diproses semua hak-hak ibu, dan ibu bisa segera pulang ke Indonesia," harap Ferdina.

Sementara Kepala BP3TKI Lampung A Salabi membenarkan adanya TKI asal Lamtim yang saat ini tinggal di penampungan KBRI di Amman.

"Tapi belum ada informasi lebih lanjut kapan dipulangkan," kata Salabi melalui pesan Whatsapp, Minggu, seraya mengirimkan link media daring terkait pemberitaan Sarisih.

Salabi juga belum bisa memastikan apakah nantinya BP3TKI Lampung yang menjemput ke Jakarta atau pihak dari KBRI yang mengantarkan langsung ke Lampung.

"Biasanya dijemput di Bandara Lampung (Radin Inten II). Tapi mungkin menunggu hak-haknya terpenuhi dulu baru dipulangkan," ucap Salabi.

Sementara itu, Sarisih mengungkapkan bahwa dirinya bekerja kepada majikan yang sama sejak tiba di Yodania pada tahun 2003.

Di awal bekerja, Sarisih hanya mendapatkan gaji sebesar 100 dollar AS setiap bulannya.

Sarisih mengaku bahwa dirinya tidak pernah dibuatkan izin tinggal. Dan sejak masa berlaku paspornya berakhir (2008), majikan tidak pernah mengajukan pembuatan paspor baru.

Sarisih juga mengaku bahwa majikan selalu menakut-nakuti dan mengancam dirinya setiap kali menyampaikan keinginan untuk ke KBRI.

Karena itu, sejak tiba di Yordania, Sarisih tidak pernah melakukan kontak maupun berkunjung ke KBRI.

"Sejak dulu saya ingin pulang tapi ditahan majikan. Terima kasih KBRI sudah bantu saya," ucap Sarisih, saat ditemui Duta Besar RI dan Tim Perlindungan WNI di KBRI Amman. (val)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved