Rahmat Saiful Bahri 2 Kali Lolos dari Tsunami Aceh dan Palu
Rahmat Saiful Bahri 2 Kali Lolos dari Tsunami Aceh dan Palu, Menyelamatkan Diri ke Bangunan Tinggi
"Tetapi ada juga yang berlarian turun ke bawah dalam keadaan panik, walaupun diserukan untuk jangan turun. Akhirnya jadi korban, terbawa air bah," kata Rahmat.

Swiss Belhotel, tempat Rahmat menginap dan berlindung dari tsunami.
Dari jendela lantai lima, dalam kecemasan menyaksikan dahsyatnya peristiwa tsunami itu.
"Kita lihat ombak mungkin tingginya tiga meter, menggulung arah daratan, menghempas hotel kami," kata Rahmat.
Untunglah bangunan hotel mereka cukup kokoh. "Hanya lantai bawah yang rusak," kata Rahmat pula.
Swiss Bellhotel Palu setelah diterjang tsunami/MOHD RASFAN/AFP/GETTY IMAGES
Saat gempa, Rahmat berlari ke lantai lima karena yakin akan ada tsunami. Dan betul: mereka selamat, dan hanya bagian bawah bangunan yang rusak.
Beberapa puluh menit kemudian, gempa selesai dan gelombang sudah mulai reda, Rahmat bersama beberapa orang lain yang selamat baru berani turun ke lantai bawah.
"Masih ada air, ketinggiannya tinggal sekitar 30 cm, tapi sudah tenang. Lalu kami bersama yang lain lari ke Bukit Sirei yang jaraknya sekitar dua kilometer dari hotel," katanya, seraya menjelaskan bahwa hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya tsunami susulan.
Bukit Sirei tingginya sekitar 50 meter.
"Semua lari ke bukit, di sana kami berlindung selama setengah hari. Untuk makan ada bantuan dari warga berupa nasi dengan mi instan."
Setelah merasa keadaan sudah lebih stabil, mereka memutuskan untuk turun dari bukit.
Rahmat dan beberasapa sesama peserta lokakarya dari luar Sulawesi, langsung mencari cara untuk terbang meninggalkan Palu.
"Jadi semua orang berinisiatif untuk pergi ke bandara," kata Rahmat. Bandara Mutiara Sis Al-Juffrie berjarak sekitar 10 km dari tempat mereka.
Mereka berjalan beberapa jam, menembus lumpur, puing, dan berbagai jenis sampah.