Tribun Lampung Selatan
Jadi Magnet Wisatawan, Gunung Anak Krakatau Didorong Jadi Taman Wisata
Arief menambahkan, jika berbicara pengembangan pariwisata, memang Gunung Anak Krakatau termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Daniel Tri Hardanto
Karenanya, cukup banyak wisatawan yang tetap mendatangi Gunung Anak Krakatau dari radius zona aman untuk bisa menikmati momen indah tersebut.
Baca: Aktivitas Letusan Gunung Anak Krakatau Justru Kurangi Potensi Dampak Lebih Besar
Umar, salah seorang penggiat wisata di Pulau Sebesi, mengatakan, peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini tetap menarik minat wisatawan untuk dapat melihatnya dari dekat.
“Secara jumlah memang ada penurunan. Tapi, wisatawan tetap ingin melihat dari dekat aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini,” kata Umar, Minggu, 7 Oktober 2018.
Lebih lanjut Umar mengatakan, momen favorit dari para wisatawan yakni kala sore menjelang malam.
Karena semburan lava pijar Gunung Anak Krakatau terlihat jelas dengan menghiasi langit yang temaram.
Wisatawan yang datang, lanjutnya, lebih banyak dari Pulau Jawa, khususnya Jakarta.
Bahkan, ada juga wisatawan mancanegara.
Tapi, tidak banyak trip traveler yang tetap membuka jalu menuju kawasan Gunung Anak Krakatau.
Karena khawatir dengan peningkatan aktivitas GAK.
Umar sendiri membawa para wisatawan pada zona aman di sekitar Pulau Panjang yang berjarak sekitar 3-4 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.
“Yang cukup rame pada bulan Agustus sampai September lalu. Cukup banyak pengunjung yang ingin melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau dari dekat,” ujar Umar.
Baca: Terus Menggeliat, Gunung Anak Krakatau Meletus 407 Kali
Aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau hingga terjadi letusan sebanyak 407 kali tidak perlu dikhawatirkan.
Warga hanya diminta untuk tetap waspada.
Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Harianto menuturkan, aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan itu malah mengurangi potensi dampak yang besar.
"Penjelasan dari PVMBG dengan letusan yang terus-menerus malah mengurangi potensi terjadi potensi dampak yang terjadi lebih besar," ungkapnya, Minggu, 7 Oktober 2018.