Tribun Bandar Lampung

Sukses Festival Kanikan 2018, Genpi Lampung & Foodies Lampung Taja Lalang Waya Market 20-26 November

Setelah sukses menggelar Festival Kanikan, Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung siap menghelat agenda baru yakni Lalang Waya Market.

Penulis: Teguh Prasetyo | Editor: Teguh Prasetyo
Tribunlampung/HO
Lalang Waya Market 
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Setelah sukses menggelar Festival Kanikan, Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lampung siap menghelat agenda baru yakni Lalang Waya Market.
Bertempat di Elephant Park, Enggal, Bandar Lampung, kegiatan ini akan mulai digelar pada 20-26 November 2018.

Baca: Malam Ini akan Digelar Penggalangan Dana untuk Korban Gempa Lombok di Festival Kanikan 2018

Festival Kanikan 2018
Festival Kanikan 2018 (tribun lampung/teguh prasetyo)
Ketua Umum Genpi Lampung Dito Dwi Novrizal menjelaskan, Lalang Waya diambil dari Bahasa Lampung yang artinya bersukaria.
Sehingga harapannya, siapapun yang datang ke acara ini dapat bersukaria.
“Lalang Waya Market adalah tindak lanjut dari suksesnya Festival Kanikan yang sudah dihelat pada medio Agustus 2018 lalu. Tujuannya masih sama, yakni ikut serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke Lampung,” ujarnya, Kamis (15/11/2018). 
Festival Kanikan 2018
Festival Kanikan 2018 (tribun lampung/teguh prasetyo)
Menurutnya, pembeda Festival Kanikan dengan Lalang Waya adalah sifatnya yang kemungkinan akan berpindah-pindah tempat.
Lalang Waya ini, menurut Dito, merupakan Nomadic Market yang bisa digelar di mana saja.
Pada Lalang Waya, nantinya akan disiapkan banyak spot foto yang instagramble.
Tak hanya itu saja, terdapat juga pameran foto destinasi digital di seluruh Indonesia. 
“Adapun Lalang Waya Market ini merupakan kolaborasi GenPI Lampung bersama Komunitas Lampung Foodies. Kami akan menyediakan 41 stan kuliner yang bakal memanjakan lidah pengunjung yang hadir,” ungkapnya.
Kerennya lagi, menurut Dito, pengisi 41 stan adalah hasil seleksi dari 312 pendaftar.
Dalam hal ini, panitia memilih kuliner-kuliner yang kekinian dan tengah hits.
Namun begitu, tetap diselipkan menu tradisional legendaris seperti kerak telor, sate padang, dan lain-lain.
“Yang pasti rasanya harus enak dan halal. Menu yang disajikan pun harus berbeda antara satu stan dengan stan lainnya. Yang tak kalah penting, display juga harus bagus untuk dihadirkan di Lalang Waya Market,” jelasnya.
Pengunjung mencicipi makanan kekinian di stan Festival Kanikan 2018, Senin (20/8/2018) sore.
Pengunjung mencicipi makanan kekinian di stan Festival Kanikan 2018, Senin (20/8/2018) sore. (Tribun Lampung/Perdiansyah)
Adapun sistem pembayaran, GenPI Lampung bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Yaitu menggunakan aplikasi My QR atau dengan sistem barcode.
Menariknya, My QR memberikan bonus ketika top up, sampai 80 persen untuk pengguna baru.
Untuk lebih memeriahkan Lalang Waya Market, ditampilkan pula beragam atraksi yang seru dari kumpulan berbagai komunitas.
Seperti Tari Tradisional, Beat Box, Dance, Fashion Show, Accoustic, dan lain-lain.
“Kami berharap hadirnya Lalang Waya Market dapat menjadi ajang berkumpulnya komunitas kreatif sekaligus menggerakkan roda ekonomi, khsusnya di Lampung,” tandasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, wisatawan umumnya mengeluarkan 30-40% dari total pengeluaran mereka untuk wisata kuliner dan belanja.
Menurutnya, wisata kuliner mempunyai portofolio produk sempurna, karena size dan spread-nya besar, serta sustainability tinggi.
“Wisata kuliner memberikan kontribusi tertinggi bagi PDB (Pajak Domestik Bruto), yaitu 42%. Kedua adalah fashion 18% dan ketiga kriya 15% yang masuk dalam kategori belanja,” ungkapnya.
Arief menambahkan, ada tiga hal yang harus diperbaiki dalam wisata kuliner di Indonesia.
Yaitu national food, destinasi wisata kuliner, dan melakukan co-braning dengan restoran Indonesia di seluruh dunia.
“Kami menetapkan soto sebagai national food, ditambah 4 makanan lain seperti rendang, nasi goreng, sate, dan gado-gado,” urainya.
Sedangkan untuk destinasi kuliner, Kemenpar menetapkan Bali, Bandung dan Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar).
Kemudian untuk co-branding, Kemenpar menggandeng restoran diaspora mancanegara.
“Kalau mengikuti cara Thailand yang memberikan soft loan sekitar Rp1,5 miliar per restoran, kami tidak mempunyai anggaran. Solusinya, kami menggandeng 10 restoran diaspora di mancanegara untuk melakukan co-branding Wonderful Indonesia. Mereka menyajikan national food seperti yang telah kita sebutkan,” tandasnya. (*)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved