Mempertahankan Kearifan Lokal Melalui Kopi Gunung Betung

Mempertahankan Kearifan Lokal Melalui Kopi Gunung Betung Provinsi Lampung

Penulis: Gustina Asmara | Editor: taryono
TRIBUN LAMPUNG/GUSTINA ASMARA
Seorang karyawan sedang menggiling bubuk kopi Gunung Betung 

Sepanjang tahun 2000 ini berbagai penghargaan pun diraih Rasman. Tercatat 2004-2006 atau tiga tahun berturut-turut dia mendapat penghargaan sebagai usaha kecil berpretasi gubernur Lampung serta Pemkot Bandar Lampung.

Tidak hanya itu, ia juga telah beberapa kali mendapatkan penghargaan Anugerah Mutu atau Gugus Kendali Mutu. Penghargaan mutu ini tidak cuma didapat dari Pemprov Lampung, tapi juga dari luar Lampung.

Guna terus menambah wawasan, ia pun sering mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Selain itu, ia kerap diajak dinas perindustrian untuk pameran di berbagai provinsi di Indonesia. Dari sana, wawasan tentang pemasaran kopi tambah luas sekaligus ia bisa mengenalkan Kopi Bubuk Gunung Betung.

Bantuan Astra

Namun usaha tak melulu berjalan mulus. Pernah Rasman mengalami kecurian hingga seluruh stok biji kopinya habis digondol maling. Ia pun harus memulai kembali usaha tersebut dengan modal pas-pasan sampai harus meminjam uang ke bank. Setelah beberapa tahun berlalu, usahanya kembali berkibar.

Pemasaran juga tidak sekedar di pasar tradisional. Ia pernah menjajal menjual produk ke supermarket dan memasukkan ke hotel-hotel.

Beberapa tahun, kemitraan tersebut berjalan. Namun sejak empat tahun ini kemitraan tak berjalan lagi.

"Di hotelnya, bosnya berganti-ganti. Jadi kita susah bolak balik mengurusnya. Kemudian, gak masukin lagi ke supermarket, karena supermarket gak bisa mensuplai banyak-banyak dan pembayaran setelah barang laku. Nah kita agak repot untuk selalu mengecek barang kita di sana," kata dia.

Seiring perjalanan waktu, persaingan di kopi bubuk semakin ketat. Bukan Cuma Rasman saja yang memproduksi kopi bubuk.

Di Lampung sendiri tercatat ada 58 UKM bubuk kopi. Semua UKM bersaing ketat. Belum lagi bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar.

Karena keterbatasan modal, Rasman tak bisa stok bahan baku banyak. Selain itu mesin kopi yang ada telah mulai tua, sehingga kerap mogok. Sehingga tidak bisa menggiling kopi banyak-banyak guna melayani permintaan.

Persoalan ini terbantu saat Astra memberikan bantuan berupa mesin penggilingan pada tahun 2017.

"Sekarang kita menggiling 3-4 kuintal/sebulan. Ada juga dua perusahaan yang sudah langganan dengan kita tiga tahun terakhir. Dia beli produk kita, namun di-branding oleh mereka. Pemesannya sampai 1 ton per bulan. Namun beberapa waktu ini, order agak berkurang, katanya sedang sepi penjualan," kata dia.

Kehadiran mesin bantuan Astra menurutnya, secara otomatis menambah produktivitas dan keyakinan pihaknya untuk menerima orderan.

"Jadi dengan adanya mesin bantuan itu, kita yakin bisa melayani permintaan konsumen. Ketika mesin lama rusak, kita punya mesin yang baru. Volume penggilingan pun meningkat. Jika biasanya cuma 30 kg per jam, sekarang bisa 50 kg/jam," jelas dia.

Menurutnya, UKM membutuhkan dukungan semua pihak untuk bisa menembus pasar yang lebih besar.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved