Terisak Curhat Kehidupan Pribadi, Umi Pipik: Anak Saya Begitu Tegar,Saya Justru Terpuruk
Terisak Curhat Kehidupan Pribadi, Umi Pipik: Anak Saya Begitu Tegar,Saya Justru Terpuruk
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Safruddin
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Ustazah Pipik Dian Irawati yang biasa disapa Umi Pipik bersama Nuri Maulida hadir memberi tausiah di Kampus Darmajaya, Bandar Lampung, Sabtu (24/11/2018).
Kehadiran Umi Pipik di Kampus Darmajaya dalam rangka membawakan tausiah dengan tema "Hijrah dengan Kaffah Yuk!!! ."
Nuri Maulida bertindak sebagai modedator acara ini. Acara diawali dengan tembang-tembang religi juga shalawatan yang disenandungkan Umi Pipik dan juga santri pondok pesantren.
Banyak hal disampaikan Umi Pipik, termasuk curhat kehidupan pribadi yang mengalami banyak cobaan.
Namun ia merasa ditampat dengan ketegaran sang buah hati.
Umi Pipik bershalawat dengan suara yang merdu di pembukaan acara tausiah.
Baca: Bukannya Melepas, Jokowi Malah Jadi Peserta Jalan Sehat di Tugu Adipura Bandar Lampung
Baca: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Guru, Bagikan Via WhatsApp, Facebook, dan Instagram
Baca: Jokowi: Sekarang Semua Terbuka, Siapapun Bisa Jadi Wartawan
"Ya Allah ampuni kami, rahmati kami, rahmati ya Rabb, Ridhoi kami, tuntun kami, agar kami bisa hijrah menuju pada ketaatan dan terus mencari cinta dan ridhaMu.
Tidak ada cinta haqiqi selain cintaMu. Tak ada petunjuk terbaik selain petunjukMu," ucapnya.
Dengan suara bergetar Umi Pipik kembali melantunkan sholawat. "Allahumma Sholi ala Syaidina Muhammad.."
Ratusan muslimah yang hadir di majelis taklim turut bershalawat.Umi Pipik nampak menangis dan menyeka air matanya usai bershalawat.
Dalam tausiahnya, Umi Upik mengatakan, agar menanam kebaikan dalam diri, dan terus memperbaiki diri.
Umi Pipik mengatakan, kalau mau kepo (ingin tahu) baiknya kepo terhadap hal-hal baik.
Seperti bagaimana kehidupan para istri nabi, bukan kepoin manusia lain atau urusan orang lain, karena yang dikepoin belum tentu lebih baik.
"Jadi orang baik itu harus, tapi jangan merasa lebih baik dari orang lain," kata Umi Pipik.
Baca: Dilamar Deddy Corbuzier Saat Ultah, Inilah Profil Sabrina Chairunnisa
Baca: Jokowi Dengar Curhat Pedagang Bandar Lampung, Sudah 6 Tahun Pasar Smep Nggak Dibangun-bangun
Baca: Tak Terekspos, Foto Masa Remaja Ahok yang Diunggah Fifi Lety Banjir Komentar

Umi Pipik menyampaikan, belajar memperbaiki diri sendiri itu butuh belajar sepanjang hayat, sampai maut berada di tenggorokan.
"Di majelis ini kita tuntut taufik, hidayah, inayah, dan ma'unah dari Allah supaya kita jadi hamba yang mudah melakukan amal baik. Dimulai dari prasangka yang baik," katanya.
Kaffah kata Umi Pipik, berubah secara keseluruhan, bukan hanya berganti pakaian saja.
"Tetapi juga perilaku terus diperbaiki. Manusia ini diciptakan untuk kembali ke kampung. Kampung neraka atau surga," katanya.
"Diri kita harus terus melakukan amalan-amalan menuju surgaNya Allah. Karena surga itu memang diciptakan untuk kita," imbuh Umi Pipik.
"Kalau kita merasa Allah selalu mengawasi. Maka tidak akan menyia-nyiakan diri kita. Tidak memberikan kesempatan anggota tubuh melakukan maksiat, karena anggota tubuh akan diminta pertanggjawabannya," tuturnya.(*)
Baca: Dedy Afrizal: Jokowi-Maruf Optimistis Dulang Suara Capai 70 Persen di Lampung
Baca: Jokowi Dengar Curhat Pedagang Bandar Lampung, Sudah 6 Tahun Pasar Smep Nggak Dibangun-bangun
Baca: Pelaku Pembunuhan Sopir Taksi Online Sujud Minta Maaf, Istri Korban: Kau Dak Biso Kembalikan Dia
Curhat Menyentuh
Dalam memberikan tausiah Umi Pipik sempat curhat soal kehidupan pribadinya.
Ia merasa ditampar karena ketegaran anaknya yang baru berumur 10 tahun sepeninggalan ayahnya, Ustad Jefri Al Bukhori.
"Anak saya begitu tegar diuji ayahnya meninggal. Justru saya yang terpuruk," kata Umi Pipik.
"Ibu saya meninggal di hadapan saya. Di usia saya yang baru 10 tahun," sambungnya.
Yuk lebih dekat dengan Tribunlampung dengan subscribe chanel video kami:
Namun begitu terjadi dengan sang buah hati, terusnya, di umur 10 tahun ayahnya meninggal dunia.
Rasanya seperti ditampar dan diingatkan dengan masa lalunya.
"Memang kalau begini terus (berduka terus), bisa menghidupkan yang mati? Kata anak saya, anak saya bisa bilang begitu. Kenapa justru saya yang tidak bisa tegar," isak Umi Pipik.
Belum ujian rumahnya terbakar sepeninggalan suaminya.
Semua harta habis tak bersisa. Harta yang dikumpulkan dan dibanggakan selama ini.
Menjadi pukulan berarti baginya. "Mungkin saat itu saya sombong, menikmati popularitas di belakang popularitas seseorang," ucapnya. (*)