Catat! Mulai 2019 Beli Elpiji 3 Kg di Lampung Wajib Bawa Identitas KTP
Catat! Mulai 2019 Beli Elpiji 3 Kg di Lampung Wajib Bawa Identitas KTP.
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Safruddin
Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Mulai awal tahun 2019 beli elpiji 3 kg wajib bawa identitas Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Masyarakat Lampung, khususnya pengguna gas LPG 3 kilogram (kg) harus mempersiapkan KTP untuk bisa membeli gas bersubsidi itu.
Hal tersebut menyusul rancangan Peraturan Gubernur tentang Tata Niaga dan Pengawasan Pendistribusian LPG Tabung 3 Kg di Lampung.
Kabid Energi Dinas ESDM Lampung Jefry Aldi mengatakan, saat ini pihaknya masih dalam tahap sosialisasi rapergub tersebut.
• Video Detik-detik Jambret Rampas Tas Wanita di Tengah Jalan, Pelaku Intai Calon Korban
Tujuan rapergub tersebut, kata Jefry adalah dalam rangka melaksanakan distribusi LPG 3 kg di daerah agar lebih tertib, tepat sasaran, efektif, efisien dan memenuhi aspek keselamatan lingkungan.
"Rapergub ini juga sebagai upaya pemerintah daerah agar distribusi LPG 3 kg ini benar-benar tepat sasaran.
Karena kita tahu, selama ini masih banyak orang-orang yang tidak berhak menggunakan gas LPG 3 kg.
Di sini lah peran pengawasan kami," kata Jefry melalui siaran persnya kepada Tribunlampung.co.id, Selasa 27 November 2018.
Jefry menjelaskan, ada beberapa kriteria masyarakat yang nantinya bisa membeli gas LPG 3 kg.
Untuk kelompok rumah tangga, lanjut Jefry, wajib memiliki KTP dan KK atau identitas lain yang disahkan oleh lurah setempat.
"Terdaftar dan terverifikasi sebagai pengguna LPG 3 kg di RT, RW dan kelurahan sesuai domisilinya. Jadi nanti RT dan RW akan berperan mendata warganya. Karena mereka yang lebih paham," jelas Jefry.
Meski demikian, Jefry memastikan, pemberlakuan rapergub tersebut belum akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
"Ya intinya setelah rapergub disahkan, kami akan langsung jalan. Tapi kan tidak semudah itu juga. Masih ada tahapan-tahapan lagi ke depannya. Paling lambat ya awal tahun (2019)," kata Jefry.
• Sidak Toko, Tim Ketahanan Pangan Temukan Minyak Goreng Hingga Garam Bermasalah Izin Edar
Gas Elpiji 3 Kg Dibeli Orang Kaya
Terbitanya aturan baru ini setidaknya bisa mengurangi 'penyalahgunaan' peruntukan gas elpiji 3 kg.
Apalagi, para orang kaya di Lampung ternyata turut menggunakan gas elpiji 3 kg.
Padahal, gas elpiji 3 kg diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah, dan bukan untuk orang kaya alias golongan berduit.
Penelusuran Tribunlampung.co.id, pada kenyataannya, sejumlah orang kaya di Lampung memilih menggunakan gas elpiji 3 kg yang bersubsidi, dibandingkan gas elpiji ukuran 12 kg.
Sejak kemunculan tabung gas elpiji 3 kg bersubsidi, atau dikenal juga dengan gas tabung melon, masyarakat lebih tertarik menggunakan gas elpiji tersebut dibandingkan gas ukuran 12 kg.
Penggunaan gas tabung melon tersebut ternyata juga diminati orang kaya di Lampung.
Mantan direktur utama (dirut) di sebuah perusahaan daerah, AB (50) mengaku juga ikut menggunakan gas elpiji 3 kg untuk keperluan memasak sehari-hari di rumahnya.
AB mengaku sudah sejak lama menggunakan gas tabung melon tersebut. Meski tidak mengingat kapan pastinya, AB memperkirakan, ia sudah menggunakan gas ukuran 3 kg itu sejak sekitar tiga tahun sampai empat tahun terakhir.
Awalnya, menurut AB, keluarganya menggunakan tabung gas ukuran 12 kg, untuk keperluan memasak di rumah.
Namun karena harga tabung gas 12 kg naik, hal itu membuat AB menggantinya dengan ukuran 3 kg.
"Sejak pindah dari kompor minyak tanah ke gas elpiji, saya gunakan yang 12 kg. Tapi pas harganya naik, kalau nggak salah waktu itu harganya Rp 150 ribu, saya ganti dengan yang 3 kg. Karena jauh lebih murah," kata AB, Kamis (15/11/2018).
Saat ini, terus AB, ia memiliki tiga buah tabung gas ukuran 3 kg.
• Baru Seminggu Ajukan Cerai di Pengadilan, Gisel Sudah Jual Mobil Pengantin Pemberian Gading Marten!
AB menjelaskan, harga isi ulang tabung gas 3 kg tersebut jauh lebih murah, dibandingkan dengan satu tabung gas ukuran 12 kg.
"Kalau sekarang kan di warung harga yang 3 kg itu sekitar Rp 20 ribu. Kalau tiga, berarti hanya Rp 60 ribu. Bisa dipakai dua bulan lebih tiga tabung itu. Kan jauh lebih irit," ungkap AB.
Meski banyak kejadian tabung gas ukuran 3 kg meledak, hal itu tak menyurutkan niat AB untuk tetap menggunakannya.
Menurut AB, banyaknya kasus meledak tabung gas 3 kg, lebih kepada kelalaian penggunanya.
"Kadang ada yang memasangnya tidak pas jadi masih bunyi. Kalau pasangnya sudah pas benar, aman-aman saja," ucap AB.
Senada dengan AB, Rt (38), warga Tanjung Senang, Bandar Lampung, juga mengaku menggunakan tabung gas 3 kg untuk keperluan memasak sehari-hari.
Selisih harga yang cukup jauh dengan ukuran 12 kg, membuat Rt lebih memilik elpiji 3 kg.
"Kayaknya nggak ada rencana mau ganti ke yang lain. Selama masih ada yang jual (3 kg), saya pakai yang itu saja. Selain harganya lebih murah, juga lebih awet.
Satu tabung itu saya bisa pakai sampai tiga minggu. Jadi mending saya pakai yang 3 kg," terang ibu tiga anak tersebut.
Manajer operasional di sebuah perusahaan swasta di Bandar Lampung itu mengaku, ia tidak melulu menghabiskan satu tabung gas elpiji 3 kg.
Menurut Rt, jika ia dan keluarganya sedang tidak ingin makan di luar rumah, maka bisa menghabiskan sampai dua tabung gas 3 kg.
• Ungkap Modus Baru Peredaran Barang Illegal di Lampung, BPOM Bakar Produk Senilai Rp 12,8 Miliar
"Ya kalau dipakai sering masak, pasti baru setengah bulan sudah isi lagi. Tapi jarang sih. Lebih sering satu sekali isi saja. Di rumah kebetulan ada dua tabung gas ukuran 3 kg," kata Rt.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Lampung, Subadra Yani, mengatakan, tak sedikit pelaku usaha menggunakan gas 3 kg.
Kondisi itu turut memicu kelangkaan gas 3 kg di pasaran. Dampaknya pun merembet kepada masyarakat kurang mampu.
Subadra mengungkapkan, Pemprov Lampung akan membahas mengenai permasalahan gas 3 kg itu pada 27 November 2018 mendatang.
"Dari Pemprov memang ada undangan untuk membahas mengenai gas ini. Karena, kelangkaan bukan karena dikonsumsi kalangan atas. Kalau dikonsumsi menengah ke atas, tidak menyebabkan hilang di pasaran. Yang jadi masalah adalah dimanfaatkan dunia usaha," ujarnya.
Menurut dia, penggunaan gas 3 kg untuk rumah tangga kalangan menengah ke atas masih terbatas.
Di sisi lain, kelangkaan gas tabung melon terjadi di masyarakat.
"YLKI akan tanyakan mengenai jatah dan pendistribusiannya, serta pengawasannya. Harga eceran tertinggi ditetapkan Rp 16.500, tapi nyatanya masyarakat beli Rp 22 ribu," paparnya.
Imbauan Pertamina
PT Pertamina (Persero) mengimbau masyarakat untuk menggunakan elpiji sesuai dengan peruntukan, baik di sektor usaha maupun rumah tangga.
Hal itu untuk mendukung pemenuhan elpiji agar tepat sasaran.
Sales Executive LPG II Lampung, Muhajir Kahuripan, mengatakan, untuk hal tersebut, PT Pertamina (Persero) telah menggandeng pemerintah daerah (Pemerintah Provinsi Lampung) dan stakeholder terkait untuk melakukan roadshow.
"Untuk di Bandar Lampung sendiri, sejauh ini roadshow sudah dilakukan di 15 kecamatan untuk mengedukasi masyarakat.
Beberapa kabupaten/kota seperti Bandar Lampung, Metro, dan Tulang Bawang juga sudah menindaklanjuti dengan mengeluarkan surat edaran bahwa selain Kelompok Rumah Tangga Tidak Mampu dan Usaha Mikro untuk tidak menggunakan gas 3kg," jelasnya kepada Tribunlampung.co.id, Jumat (16/11/2018).
Usaha Mikro yang dimaksud adalah usaha dengan omzet di bawah Rp 800 ribu per hari.
• Bertarif Rp 860 Juta per Malam, Intip 5 Fakta Unik Gedung Pernikahan Priyanka Copra-Nick Jonas
Sama halnya dengan sektor usaha, lanjut Muhajir, di sektor rumah tangga, masyarakat yang tergolong mampu juga diimbau untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berhak menggunakan gas elpiji 3 kg.
Memfasilitasi masyarakat untuk beralih dari menggunakan gas elpiji 3 kg menjadi gas elpiji nonsubsidi,
Pertamina menggulirkan program penukaran tabung.
Masyarakat bisa menukar 2 tabung elpiji 3 kg kosong dan membayar Rp 72.500 dengan tabung Bright Gas 5,5 kg beserta isi.
Penukaran itu bisa dilakukan di SPBU, pangkalan elpiji terdekat, atau menghubungj call center 1 500 000.
Sampai Oktober 2018, Pertamina telah menyalurkan 151.857 MT gas elpiji 3 kg, sementara khusus bulan November mencapai 14.002 MT.
Penyaluran gas ukuran 3 kg paling banyak ke wilayah Kota Bandar Lampung, menyusul kemudian Lampung Selatan dan Lampung Tengah.
Selama tiga tahun terakhir, secara umum, penyaluran gas ukuran 3 kg tumbuh sesuai dengan kuota yang diberikan pemerintah.
Sedangkan, penyaluran produk nonsubsidi rata-rata per bulan mencapai 1.036 MT mencakup semua kategori (5,5 kg, 12 kg dan 50 kg).
"Untuk nonsubsidi berapa pun kebutuhan di masyarakat, Pertamina siap. Pertamina juga terus berupaya meningkatkan penyaluran produk non-subsidi kepada masyarakat," imbuh dia. (noval/ana/tribunlampung.co.id)