Tribun Bandar Lampung
Diwarnai Aksi Saling Lempar Kursi, 10 Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung Terluka
Kericuhan mewarnai Pemilihan Raya (Pemira) di Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung, Rabu, 28 November 2018.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Bayu Saputra
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kericuhan mewarnai Pemilihan Raya (Pemira) di Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung, Rabu, 28 November 2018.
Sejumlah mahasiswa dilaporkan mengalami luka akibat terlibat bentrok.
Diduga, keributan disebabkan ulah sejumlah oknum mahasiswa yang melakukan provokasi.
Mirhasan, anggota tim pemenangan salah satu calon presiden (capres), mengatakan, sejumlah mahasiswa menolak diadakannya Pemira.
• Dua Ketua Organisasi Mahasiswa di UIN Raden Intan Dipukuli, Dekan Nyatakan Miris
Alasannya, kata dia, ada oknum mahasiswa yang diduga menggelembungkan suara untuk salah satu capres.
"Jadi ada yang melakukan penggelembungan suara dan kita tolak. Karena sudah mencederai demokrasi kampus. Kita adakan Pemira ini satu tahun sekali," katanya Mirhasan saat diwawancarai awak media di depan gedung Rektorat UIN Raden Intan.
Dalam Pemira UIN kali ini, ada dua pasangan capres yang bersaing.
Mereka adalah pasangan Ghofar-Dinata dan Imam-Habib.
Selain itu, terus Mirhasan, ada pasangan calon yang diduga memanipulasi slip pembayaran SPP.
”Seharusnya mahasiswa menyertakan slip pembayaran untuk mencoblos. Harusnya satu kali saja,” tambah Mirhasan.
• Mahasiswa IAIN Raden Intan Berunjuk Rasa di Belakang Gedung Rektorat
Sementara, kata dia, ada mahasiswa yang melakukan pencoblosan berulang kali.
Bahkan, ada oknum mahasiswa yang mengambil slip SPP rekannya untuk mencoblos capres pilihannya.
Kerusuhan memuncak sekitar pukul 10.30 WIB.
Situasi memanas membuat mahasiswa kedua kubu capres saling pukul.
Bahkan, tidak sedikit yang melempar kursi.
Akibatnya, sejumlah mahasiswa mengalami luka di kepala dan wajah serta memar di tangan dan kaki.
Belum puas sampai di situ, sejumlah mahasiswa menggelar aksi di depan rektorat dengan membakar ban.
Tak pelak, gedung Rektorat UIN, baik di dalam maupun di luar, dipenuhi ratusan mahasiswa.
Segel Gedung Fakultas
Sebelumnya, kerusuhan serupa terjadi di kampus yang sebelumnya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, Jumat (20/5/2016).
Tidak hanya melakukan unjuk rasa. Ratusan mahasiswa juga menyegel semua gedung fakultas yang ada di kampus Islam tersebut.
Seratusan mahasiswa IAIN bersama elemen aktivis yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Peduli IAIN (AMPI), Aliansi Mahasiswa Peduli Pendidikan (AMPP), Aliansi Gerakan Perempuan (AGP), dan Seniman Kampus (Sikam) kembali menggelar unjuk rasa.
Selain memprotes penarikan uang infak masjid, mereka juga meminta penghapusan dugaan pungutan liar (pungli) yang dilakukan oknum dosen.
Sebelum aksi, para mahasiswa berkumpul di depan perpustakaan kampus sekitar pukul 10.14 WIB. Di sana mereka menemani lima mahasiswa yang melakukan aksi mogok makan.
• Mahasiswa Patah Kaki Usai Demo, Warek IAIN Sesalkan Aksi Vandal Mahasiswa
Selepas salat Jumat, massa menyusuri seluruh wilayah kampus. Mereka mengajak semua mahasiswa yang kuliah untuk ikut demo.
Setiba di fakultas ushuluddin, mahasiswa melihat tidak ada aktivitas perkuliahan.
Akhirnya, mereka menyegel gedung dekanat dengan menggunakan kayu.
Lalu aksi berlanjut ke gedung-gedung lainnya, mulai dari fakultas tarbiyah, fakultas ekonomi bisnis Islam, fakultas syariah, hingga fakultas dakwah.
Setelah semua fakultas disegel, para mahasiswa menyambangi gedung rektorat.
Sempat terjadi bentrok antara mahasiswa dengan petugas satpam kampus.
Puluhan satpam berdiri di depan gedung rektorat untuk menghalau mahasiswa masuk.
• (VIDEO) Unjuk Rasa Mahasiswa IAIN Segel Semua Fakultas
Muhar Efendi, koordinator aksi, mengatakan, pihak rektorat harus mendengarkan suara mahasiswa. ”Kampus jangan hanya diam. Hal ini menunjukkan bahwa pihak rektorat kampus ini antikritik dan tak menjunjung kebebasan mahasiswa dalam berpendapat,” kata Muhar dalam orasinya.
Menurutnya, kampus itu merupakan miniatur negara. Kampus juga tempat strategis untuk berdemokrasi. ”Kalau pihak kampus tak mau menemui mahasiswa, itu sama saja upaya untuk membenturkan mahasiswa dengan pihak keamanan,” tambahnya.
Usir Dosen
Dekan Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Alamsyah mengungkapkan, aksi mahasiswa ini termasuk anarkis sebab telah melakukan pemaksaan kepada para dosen untuk keluar gedung dengan cara tidak sopan.
“Kita lihat saja tadi bagaimana mereka meminta dosen untuk keluar gedung dengan dengan cara seperti itu. Saya sangat menyayangkan sekali mahasiswa melakukan ini,” ujarnya.
Ia mengaku saat mahasiswa masuk ke ruang kerjanya, ia sedang menjalankan tugasnya dan sampai pintu gedung disegel oleh mahasiswa.
“Padahal aksi mahasiswa ini kan tidak ada hubungannya dengan fakultas-fakultas. Atas kejadian ini, saya akan berkoordinasi dengan rektor IAIN,” kata Alamsyah bersama Wadek III Fakultas Syariah Khaidir Nasution.
Sementara Rektor IAIN Raden Intan Lampung Moch Mukri saat dihubungi sedang berada di Jakarta untuk menerima surat persetujuan dari Kemenristekdikti untuk peralihan status IAIN menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Persetujuan langsung diserahkan oleh M Siddiq Staf Khusus Menristek Dikti.
• Mahasiswa IAIN Raden Intan Berunjuk Rasa Tolak Pungli Sambil Kelilingi Kampus
Mukri menjelaskan, unras adalah hak mahasiswa. Namun, ia telah menginstruksikan kepada seluruh dosen untuk menjaga diri dari segala tuduhan pungli.
"Jika ada dosen yang seperti itu, tolong tunjukkan ke saya, termasuk pungli lainnya, biar saya lakukan pembenahan dosen," katanya.
Terkait pembangunan masjid, ia tak memaksa para mahasiswa untuk membayar.
”Jika keberatan juga tak apa-apa, tak usah membayar,” ujar Mukri. Disinggung soal perusakan kampus, ia menyerahkannya kepada polisi, terutama menindak mahasiswa yang bertindak anarkis. (*)