UPDATE ERUPSI GAK

Debu Vulkanik Gunung Anak Krakatau Terbang 15 Km, Rute Penerbangan Lampung-Jakarta Dialihkan

Menurut dia, pengalihan tersebut guna menghindari penerbangan melewati Gunung Anak Krakatau.

KOMPAS/RIZA FATHONI
Aktivitas letupan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terpantau dari udara yang diambil dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018). 

Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.

VIDEO - Abu Vulkanik Gunung Anak Krakatau Sudah Sampai Banten

Sejauh 15 Km

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengimbau maskapai untuk tidak melintas di sekitar Gunung Anak Krakatau.

Pengamat dan Prakirawan Cuaca BMKG Natar Lampung Selatan Rahmat Subekti mengungkapkan, berdasarkan pengamatan radar dan citra satelit abu vulkanik yang keluar dari GAK mencapai 10 km hingga 15 km dan bahkan bisa lebih dari itu.

"Sebaran abu vulkanik sendiri mengikuti arah angin. Belakangan terpantau menuju ke arah barat daya dan semalam sempat mengarah ke selatan dan timur. Sehingga beberapa abu mencapai ke Serang, Banten dan Cilegon," kata Rahmat.

Sebaran abu vulkanik yang tidak menetu karena mengikuti arah angin tersebut, jelas Rahmat, bisa mengganggu penerbangan khususnya di jalur-jalur penerbangan.

"Kalau di wilayah bandara sendiri belum terganggu dengan adanya peningkatan semburan abu vulkanik ini. Sehingga bandara masih beroperasi normal. Tetapi saat pesawat sedang dalam perjalanan, berpotensi terganggu dengan adanya abu vulkanik ini," jelas Rahmat.

BMKG, terus Rahmat, sudah memberikan imbauan kepada maskapai untuk menghindari jalur penerbangan yang melalui GAK. Terutama, saat arah angin sedang bertiup kencang.

"Kami juga selalu memberikan informasi kepada pihak bandara dan maskapai sehingga mereka bisa mengetahui ke arah mana abu vulkanik terbang," papar Rahmat.

Radius 5 Km

Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan Andi Suardi mengatakan, karena peningkatan status ini, tidak boleh ada nelayan, pengunjung dan juga aktivitas lain dalam radius 5-6 kilometer dari GAK.

Ia meneruskan, berdasarkan data Rabu (26/12), secara visual GAK tidak bisa teramati dengan jelas karena tertutup kabut.

Dari data Magma VAR, kata dia, teramati gempa tremor terus-menerus dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm).

Selanjutnya, ada debu vulkanik dengan intesistas tebal berwarna hitam berketinggian 200-500 meter dan suara dentuman terdengar sampai pos pantau.

"GAK juga teramati mengeluarkan awan panas ke arah selatan yang sudah mencapai lautan," terang Andi. Peningkatan status GAK menjadi siaga ini, kata dia, juga pernah terjadi saat krisis pada tahun 2007 dan 2012 lalu.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved