Tribun Lampung Selatan
Pengungsi Korban Tsunami Selat Sunda di Pesisir Lamsel Berharap Pemerintah Segera Bangun Huntara
Lebih dari 1 bulan sudah warga yang terkena dampak gelombang tsunami Selat Sunda di Desa Kunjir dan Way Muli Timur berada di tenda-tenda pengungsian.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Teguh Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA – Lebih dari 1 bulan sudah warga yang terkena dampak gelombang tsunami Selat Sunda di Desa Kunjir dan Way Muli Timur berada di tenda-tenda pengungsian.
Tsunami telah meluluhlantahkan rumah mereka yang berada di pesisir pantai.
Warga berharap rencana pembuatan hunian sementar yang berada di dekat lokasi tempat tenda darurat dapat segera direalisasikan pemerintah.
• 12 Unit Huntara NU Peduli Tsunami Siap Huni
Sebab, meski menjadi dua daerah terdampak paling parah akibat tsunami, namun pembuatan huntara di kedua desa tersebut belum juga terealisasikan.
Rencananya pembangunan huntara di kedua lokasi tersebut dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bahkan peletakan batu pertama untuk rencana pembangunan huntara sudah dilakukan dua pekan lalu di Desa Kunjir.
“Kita harapkan rencana pembangunan huntara di desa Kunjir ini cepat terealisasikan,” ujar Jafar, salah seorang warga yang tinggal di tenda pengungsian kepada Tribun, Kamis (24/1/2019).
Menurut dirinya dan juga warga lainnya yang masih tinggal di tenda-tenda darurat, berada di tenda pengungsian membuat mereka kurang bisa leluasa untuk kembali berpikir guna memulai kehidupan pasca tsunami.
Apalagi juga kondisi tenda juga kurang nyaman, karena pada saat siang hari sangat panas.
Lalu pada malam hari pun cukup panas, sementara setiap tenda biasanya ditempati 4-6 kepala keluarga (KK).
• Warga Korban Tsunami Berharap Bisa Segera Huni Huntara
Melibat belum juga adanya proses pekerjaan pembangunan huntara, warga pun khawatir mereka akan tinggal lebih lama di tenda pengungsian.
“Kalau sampai bulan puasa nanti kita tetap tinggal di tenda pengungsian seperti ini repot juga,” kata Heni, warga lainnya yang tinggal di tenda pengungsian.
Menurut warga dengan tinggal di huntara mereka bisa berpikir lebih tenang untuk bisa memulai kehidupan yang baru pasca tsunami Selat Sunda, pada 22 Desember 2018 lalu.
Meski warga yang merupakan nelayan itu juga kehilangan alat tangkapnya, namun mereka bisa mencari pekerjaan serabutan sambil menunggu adanya bantuan alat tangkap untuk bisa kembali melaut seperti sebelumnya.