Gunung Anak Krakatau Dua Kali Gempa Vulkanik, Waspadai Hujan Abu
Gunung Anak Krakatau mengalami dua kali gempa vulkanik dalam. Selain itu, satu kali gempa tektonik lokal dan tektonik jauh.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Masyarakat di Lampung Selatan diimbau untuk menyiapkan masker jika sewaktu-waktu terjadi hujan abu dari erupsi Gunung Anak Krakatau.
Selain itu, masyarakat juga dilarang mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km.
• Usai Tsunami Selat Sunda, Inilah 2 Fakta Aneh yang Terjadi Saat Ini Pada Gunung Anak Krakatau
• Setelah Air Laut Berwarna Oranye, Begini Kondisi Terkini Gunung Anak Krakatau
• Viral Foto WNA Mendaki Gunung Anak Krakatau Secara Ilegal, BKSDA Beri Penjelasan
Peringatan ini disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait aktivitas terbaruGunung Anak Krakatau, Jumat (1/2/2019).
Berdasarkan pantauan PVMBG per 31 Januari-1 Februari 2019 pukul 06.00 WIB, Gunung Anak Krakatau mengalami dua kali gempa vulkanik dalam.
Selain itu, satu kali gempa tektonik lokal dan tektonik jauh juga terjadi pada Gunung Anak Krakatau.
Aktivitas kegempaan lain yang dialami Gunung Anak Krakatau yakni tremor menerus.
Secara visual asap kawah tidak teramati karena gunung tertutup kabut.
Atas kondisi tersebut, PVMG mengimbau masyarakat untuk:
1. Masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer dari kawah.
Yaitu di dalam kompleks Gunung Krakatau yang dibatasi oleh Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang.
2. Masyarakat agar menyiapkan masker untuk mengantisipasi jika terjadi hujan abu.
• Nasib Siswi Hamil dan 5 Pria dalam Satu Kamar yang Digerebek Polres Lampung Utara
• Jokowi Segera Resmikan Tol Lampung, Bakauheni-Terbanggi Besar Hanya 1,5 Jam
• Viral Yang Gaji Kamu Siapa? Menkominfo Rudiantara Beri Teguran ke PNS Soal Pilpres 2019
Gunung Anak Krakatau yang terletak di Lampung terakhir kali mengalami erupsi Kamis (3/1/2019).
Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) melaporkan erupsi Gunung Anak Krakatau kembali terjadi, Kamis (3/1/2019) pukul 03:17 UTC atau 10.17 WIB.
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sempat melaporkan erupsi terjadi Kamis (3/1/2019) pukul 12.03 WIB.
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh VONA di laman Magma.vsi.esdm.go.id erupsi pertama teramati tinggi kolom lebih kurang 2.000 meter di atas puncak atau lebih kuran 2.110 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu termati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah utara dan timur laut.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi lebih kurang 128 detik atau 2 menit 8 detik.
• Indonesia di Urutan Berapa? Daftar Negara Terkorup dan Paling Bersih di Dunia
• Mahasiswi UIN Raden Fatah Palembang Korban Perkosaan Dihabisi, Kronologi hingga Ditemukan Warga
• Perwira Polisi Jadi Tersangka Kasus Kaburnya Gembong Narkoba WN Perancis Dorfin Felix
Sedangkan laporan yang diberikan oleh PVMBG, erupsi terjadi pukul 12.03 WIB.
Teramati tinggi kolom abu lebih kurang 1.600 meter di atas puncak atau lebih kurang 1.710 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara dan timur laut.
Informasi ini disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di laman vsi.esdm.go.id dan dibagikan di Twitter@vulkanologi_mbg.
PVMBG mencatat erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 31 mm dan durasi kurang lebih 1 menit 10 detik.
Saat erupsi terjadi tidak terdengar suara dentuman.
Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada Status Level III (Siaga).
Maka dari itu, masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 kilometer dari kawah.
Mengutip laman vsi.esdm.go.id, sebelumnya, tanggal 28 Desember pukul 00.00-12.00 WIB, secara visual, cuaca berawan-hujan.
• Rutin Sarapan Efektif Menurunkan Berat Badan, Benarkah?
Arah angin dominan ke timur-timur laut.
Teramati letusan dengan tinggi asap maksimum 200-3000 meter di atas puncak kawah.
Abu vulkanik bergerak ke arah timur-timur laut.
Terjadi perubahan pola letusan pada jam 23.00 tanggal 27 Desember 2018 yaitu terjadinya letusan-letusan dengan onset yang tajam.
Dari pengamatan nampak, letusan Surtseyan terjadi di sekitar permukaan air laut
Pada pukul 14.18 WIB, cuaca cerah, terlihat asap letusan tidak berlanjut. Terlihat tipe letusan surtseyan.
Pada saat tidak ada letusan, puncak Gunung Anak Krakatau tidak terlihat lagi.
Berdasarkan analisis analisis visual, sudah konfirmasi bahwa Anak Krakatau yang tingginya semula 338 meter, sekarang tingginya tinggal 110 meter.
Dari Pos PGA Pasauran, posisi puncak Gunung Anak Krakatau lebih rendah di banding Pulau Sertung yang menjadi latar belakangnya.
Sebagai catatan, Pulau Sertung tingginya 182m sedangkan Pulau Panjang 132m.
Volume Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar antara 150-180 juta meter kibik.
Sementara volume yang tersisa saat ini yaitu sekitar antara 40-70 juta meter kibik.
Berkurangnya volume tubuh Gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunungapi yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 24-27 Desember 2018.
Proses pengamatan visual terus dilakukan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih presisi.
Saat ini letusan bersifat impulsif yang maksudnya yaitu sesaat sesudah meletus tidak nampak asap yang keluar dari kawahGunung Anak Krakatau.
Terdapat dua tipe letusan, yaitu letusan Surtseyan yang terjadi karena magma yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakataubersentuhan dengan air laut dan strombolian.
Potensi Bencana Erupsi Gunung Anak Krakatau
Dengan kondisi seperti saat ini, potensi yang paling memungkinkan adalah terjadinya letusan-letusan Surtseyan.
Letusan jenis ini karena terjadi dipermukaan air laut, meskipun bisa banyak menghasilkan abu, tapi tidak akan menjadi pemicu tsunami.
Potensi bahaya lontaran material lava pijar masih ada.
Dengan jumlah volume yang tersisa tidak terlalu besar, maka potensi terjadinya tsunami relatif kecil, kecuali ada reaktivasi struktur patahan/sesar yang ada di Selat Sunda.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 28 Desember 2018, tingkat aktivitasGunung Anak Krakatau masih tetap Level III (Siaga) (Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)