Pemuda Asal Lampung Banting Motor Saat Ditilang, Alasan Mengapa Emosi Bisa Berujung Destruktif
Pemuda Asal Lampung Banting Motor Saat Ditilang, Alasan Mengapa Emosi Bisa Berujung Destruktif
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pemuda Asal Lampung Banting Motor Saat Ditilang, Alasan Mengapa Emosi Bisa Berujung Destruktif
Video pemuda asal Lampung banting motor saat ditilang sempat menjadi viral di media sosial.
Video berdurasi 52 detik itu juga menuai banyak komentar dan respons dari warganet karena aksi merusak motor sampai nyaris melukai orang lain yang dilakukan pemuda tersebut.
Kini Pemuda asal Lampung Adi Saputra harus menghadapi sejumlah tuntutan pasal hukum.
Diketahui kemudian, sepeda motor yang dirusak tersebut ternyata milik seorang korban penipuan bernama Nur Ichsan.
Karena telah merusak sepeda motor yang bukan miliknya, Adi Saputra telah melakukan dugaan tindak pidana perusakan barang milik orang lain.
Tak hanya itu, sepeda motor yang ia rusak ternyata merupakan barang hasil penipuan.
• Pemuda Asal Lampung Banting Motor Saat Ditilang Bakal Dijerat 5 Sanksi Hukum, Berapa Lama Dipenjara?
Dan, Adi Saputra dianggap telah melakukan penadahan.
Polisi kemudian menjerat pria asal Lampung yang mengamuk karena ditilang dengan beberapa pasal hukum.
Disisi lain, banyak warganet yang mempertanyakan, apa yang menyebabkan seseorang bisa melampiaskan emosi hingga merusak, bahkan di depan publik?
Seperti yang dikutip dari Intisari-online dari Kompas.com, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Drs Koentjoro MBSc PhD memberikan penjelasan mengenai penyebab seseorang melampiaskan emosi tak terkendali.
• Motor yang Dirusak Pemuda Asal Lampung Ternyata Dibeli Rp 3 Juta dari Tersangka Penggelapan
"Emosi yang tidak terkontrol. Biasanya dilakukan oleh orang ini terbiasa dimanja. Apa pun dituruti. Perilakunya dalam bahasa Jawa disebut kalap," ujar Koentjoro saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (7/2/2019).
Menurut Koentjoro, emosi dalam kasus ini adalah letupan ketidakpuasan yang dinyatakan dalam perilaku.
Adapun, kalap yang muncul merupakan "puncak emosi" atau sifat dasar yang dirasakan saat itu.
"Emosi itu sifat dasar manusia, isinya cinta, marah, dan benci," ujar Koentjoro.
Tak hanya itu, kasus luapan emosi yang tidak terkontrol ini diyakini bisa merugikan beberapa pihak.
Koentjoro mengungkapkan, akibat yang timbul jika emosi ini tidak dapat dikendalikan adalah adanya tindakan untuk menyakiti orang lain, tidak hanya merusak barang.
Namun, jika dinilai dalam kasus video ini, obyek yang menjadi luapan emosi adalah motor yang dikendarai pelaku.
Padahal, alasan dia marah adalah polisi yang menilangnya.
• Terungkap Alasan Pemuda Asal Lampung Ngamuk Rusak Motor, Ternyata Bukan Hanya karena Ditilang Polisi
"Dia mau menyakiti polisi enggak berani, jadi motornya dirusak," ujar Koentjoro.
Menurut Koentjoro, orang yang tengah "kalap" ini berawal dari emosi yang sederhana hingga meningkat menjadi emosi yang tidak terbendung lagi. "Orang yang kalap biasanya ada eskalasi kemarahan, dari tingkatan simpel menjadi tingkatan kalap," ujar Koentjoro.
"Makanya dalam agama Islam, kalau orang sedang marah disuruh duduk, jika masih marah suruh tiduran, jika masih marah, mintalah ia untuk berwudhu (menyucikan diri dengan air)," kata dia.
Koentjoro kemudian teringat pada kasus Ryan Jombang yang juga meluapkan emosi hingga merugikan beberapa pihak.
Dalam kasus itu, pria bernama Very Idham Henyansyah membunuh 11 korban.
Bahkan, ada korban yang ditemukan dalam keadaan dimutilasi. "Kasus ini kalau kebablasan bisa tidak menguntungkan orang tersebut. Saya jadi ingat kasus Ryan Jombang. Ryan itu berkembang dari hal semacam ini," ujar Koentjoro.
Dalam hal ini, emosi Ryan menjadi tak terkendali karena perasaan cemburu.
Tak kondusif
Seorang psikolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Hening Widyastuti mengungkapkan bahwa emosi ini dapat timbul jika pelaku tidak mendapatkan ketenangan jiwa.
Kondisi ini diduga berasal dari urusan keluarga atau kondisi lingkungan yang tidak kondusif.
"Bila hubungan di dalam keluarga inti karut-marut, tidak harmonis, secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi sisi kelabilan dan pengontrolan emosi si individu tersebut," ujar Hening saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (7/2/2019).
Hening juga mengatakan, jika ia dalam lingkungan keluarga tidak mengalami ketenangan jiwa, ia akan mencari ketenangan ke grup/teman-teman terdekatnya.
• Pria Asal Lampung yang Rusak Motornya Saat Ditilang Tanggapi Bullyan Netizen
"Grup adalah kontribusi terbesar saat ini, pembentukan karakter positif atau negatif, karena sangat besar pengaruhnya dalam membentuk jati diri," ujar Hening.
Hal yang dikhawatirkan adalah pihak pria terjerumus dalam grup yang membentuk karakter negatif, akibatnya kemampuan mengontrol emosi semakin berkurang.
"Pengontrolan emosi menjadi lepas di mana ada sesuatu yang menyinggung harga diri dan perasaannya, maka ia berani melakukan hal-hal destruktif. Contohnya, membakar dan merusak motor atau benda-benda lainnya, bahkan bisa membunuh manusia," ujar Hening.
Hening menungkapkan, solusi yang dapat dilakukan jika ada orang terdekat yang sulit mengontrol emosi, yakni terjalinnya kerja sama antara keluarga inti, pihak sekolah/intuisi pendidikan, masyarakat luas, dan pemerintah.
Tak hanya itu, Hening mengatakan bahwa untuk mengenali kesadaran emosi dalam diri kita, yakni mengenali agama lebih awal tentang perilaku baik dan buruk, nilai dan norma dalam kehidupan.
"Kedua aspek tersebut berkaitan dengan hati nurani manusia yang notabene sebagai filter perbuatan sikap serta perilaku kita," ujar Hening.
Minta Maaf Sambil Nangis
Pria asal Lampung itu kini mendekam di balik jeruji setelah disangkakan pasal berlapis hingga penadahan.
Adi akhirnya minta maaf atas aksinya tersebut.
Mengenakan seragam tahanan warna oranye, Adi meminta maaf di hadapan pihak kepolisian dan awak media di Mapolres Tangsel, Serpong, Jumat (8/2/2019).
"Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu, saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya kepada kepolisian atas perbuatan saya yang tidak terpuji."
"Saya khilaf, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," kata Adi sesenggukan.
"Saya berterima kasih kepada pihak kepolisian yang telah menegur saya."
"Sehingga, saya lebih baik dalam berkendara dan mematuhi lalu lintas."
"Kepada seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya kepada pihak kepolisian, mohon permohan maaf saya diterima. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu."
• Terungkap Alasan Pemuda Asal Lampung Ngamuk Rusak Motor, Ternyata Bukan Hanya karena Ditilang Polisi
Setelah itu, Adi meminta maaf kepada Bripka Oky, petugas Satlantas Polres Tangsel yang berada di lokasi ketika Adi mengamuk.
Sambil berurai air mata, Adi mencium tangan Bripka Oky.
Hal itu dibalas oleh Bripka Oky sambil mengelus punggung pria yang tengah menjadi sorotan publik tersebut.
Berita ini sudah tayang di Intisari-Online dengan judul "Adi Saputra Mengamuk Banting Motor, Mengapa Emosi Bisa Berujung Destruktif?"