9 Fakta PNS Meninggal Akibat Demam Berdarah di Lampung, Dirawat di Klinik karena Rumah Sakit Penuh

Seorang PNS meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD) di Metro, Senin (11/2/2019) malam.

Penulis: ridwan hardiansyah | Editor: Heribertus Sulis
shutterstock
Ilustrasi. 9 Fakta PNS Meninggal Akibat Terserang DBD di Lampung, Dirawat di Klinik karena Rumah Sakit Penuh 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, METRO - Seorang PNS meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD) di Metro, Senin (11/2/2019) malam.

Pada Januari 2019, Provinsi Lampung menempati urutan enam kasus DBD tertinggi di Indonesia.

Hal itu berdasarkan data sementara, yang dihimpun Kementerian Kesehatan dari awal tahun hingga 29 Januari 2019.

Miris, seorang PNS justru menjadi korban DBD.

Berikut, fakta PNS meninggal akibat demam berdarah di Metro.

1. PNS Pemkot Metro

PNS meninggal bernama Azhari Pamungkas (30).

Awalnya Pingsan, PNS Meninggal Akibat Terserang DBD di Metro, Anggota DPRD: Tugas Dokter Itu Apa

Ia bertugas di Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Metro.

2. Demam sejak Sepekan Sebelumnya

Istri Azhari Pamungkas, Lisa menuturkan, suaminya sudah mengalami demam sejak sepekan sebelum meninggal.

"Demamnya sudah dari Selasa atau Rabu minggu lalu," terang Lisa.

Lisa mengaku, keluarga awalnya tidak merasa curiga dengan kondisi korban.

Mereka menganggap korban sakit biasa.

3. Dibawa ke Puskesmas

Karena itu, keluarga hanya membawa korban berobat ke puskesmas.

"Karena dikira sakit biasa, makanya hanya dibawa ke puskesmas."

Korban pun masih aktif berkegiatan.

Selama Januari DBD Menyerang 28 Bocah di Tulangbawang

4. Pingsan

Meski aktif berkegiatan, Lisa mengungkapkan, korban sempat mengeluh badannya pegal-pegal.

"Beliau juga masih aktif, hanya mengeluh badannya pegal-pegal," terangnya.

Pada Minggu (10/2/2019) malam, korban tidak sadarkan diri.

Korban lalu dibawa ke rumah sakit.

5. Rumah Sakit Penuh

Keluarga membawa korban ke RS Muhammadiyah Metro.

Namun, kondisi kamar rumah sakit penuh.

Sehingga, keluarga harus mencari rumah sakit lain.

Hingga akhirnya, keluarga membawa korban ke Klinik Azizah.

Ancaman DBD di Lampung, Perhatikan Siklus Perkembangbiakan dan Penularannya

6. Trombosit di Bawah Normal

Azhari sempat dirawat sehari semalam di klinik tersebut.

Dari hasil diagnosis darah, trombosit Azhari jauh di bawah normal.

Yakni pada angka 3.500.

"Trombosit sudah segitu harus dirawat di ICU," tutur Lisa.

7. Dibawa ke RSUD Abdul Moeloek

Dengan kondisi tersebut, keluarga lalu membawa korban ke RSUD Abdul Moeloek di Bandar Lampung.

"Akhirnya dibawa ke RSUD Abdoel Moeloek," tuturnya.

Hingga akhirnya, korban akhirnya meninggal dunia.

8. DPRD Pertanyakan Tugas Dokter

Wakil Ketua Komisi I Nasrianto Effendi, yang juga kerabat korban, menyesalkan adanya kasus PNS meninggal akibat demam berdarah.

Padahal, dewan telah beberapa kali mengingatkan pemerintah untuk serius menangani kasus DBD.

Hal itu untuk meminimalisasi korban di kalangan masyarakat.

"Dan lebih kita sayangkan lagi, apakah puskesmas, klinik, sampai rumah sakit itu tidak jeli. Mereka kan lebih paham," kata Nasrianto Effendi.

"Harusnya mewanti-wanti korban ada potensi DBD atau apa begitu, karena memang ini lagi musimnya," imbuhnya.

Terlebih, terang Nasrianto, adanya penolakan dari beberapa rumah sakit di Metro.

Penolakan dengan alasan kamar penuh.

"Padahal, korban dalam posisi kritis. Masak disuruh ke Bandar Lampung."

"Tugas dokter dan RS itu apa sebenarnya. Miris sekali," tandasnya.

Menurutnya, penanganan pasien DBD tidak butuh ruang operasi.

Tapi perlu penanganan yang intensif dan serius.

"Artinya kamar itu kan bisa dikesampingkan. Bukan itu yang jadi faktor utama."

"Tapi kok ini terbalik," ungkap Nasrianto Effendi.

9. Sekkot Metro Prihatin

Sekretaris Kota (Sekkot) Metro Nasir AT mengaku prihatin dengan kabar PNS meninggal akibat terserang DBD.

Padahal, pemerintah selalu sosialisasi soal pencegahan dan bahaya.

"Ini yang kita prihatin. Kalau PNS saja tidak tahu gejala DBD, bagaimana dengan masyarakat umum."

"Ini berarti sosialisasi cuma pencegahan. Bukan soal penanganan dan gejala seperti apa kalau terkena," ujarnya.

Ia mengaku, telah meminta dinas kesehatan untuk serius perihal sosialisasi gejala, efek samping, hingga pencegahan DBD.

Provinsi Lampung Urutan 6 Kasus DBD Tertinggi di Indonesia pada Januari 2019 hingga Tanggal 29

Karena ketidaktahuan, kekurangpekaan, penyakit DBD bisa dianggap sebagai demam biasa.

"Sudah saya minta. Seperti sosialisasi tsunami lah. Kan diberi tahu kalau air surut, habis gempa, sampai ngungsi ke tempat yang lebih tinggi."

"Artinya, mulai dari gejala sampai penanganan itu lengkap. Kita minta tidak korban lagi," tuntasnya. (indra simanjuntak)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved