Gunung Anak Krakatau

Update Gunung Anak Krakatau, Kini Memiliki Kawah Berdiameter 400 Meter

Pemasangan seismometer di Gunung Anak Krakatau ini merupakan yang pertama pasca terjadinya erupsi besar pada 22 Desember 2018 silam.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Daniel Tri Hardanto
Instagram @EarthUncutTV / James Reynolds dan Instagram sutopopurwo
Kondisi Gunung Anak Krakatau saat ini, munculnya air laut berwarna oranye di sekitar pantai. 

Sementara itu pada Rabu, 20 Februari 2019 kemarin, terpantau adanya gempa vulkanik di Gunung Anak Krakatau dalam dengan amplitudo 7-15 mm, S-P : 1,1 -2,5 detik dan durasi 8-20 detik.

Aktivitas letupan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terpantau dari udara yang diambil dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018).
Aktivitas letupan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terpantau dari udara yang diambil dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018). ((KOMPAS/RIZA FATHONI))

Status Gunung Anak Krakatau pun masih di level III alias Siaga.

Nelayan dan wisatawan dilarang mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer.

Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api baru yang muncul ke permukaan laut pada tahun 1927.

Gunung ini muncul di lokasi kaldera induknya yang meletus dasyat pada 1883 silam.

Letusan ini tercatat menjadi salah satu letusan gunung api terdahsyat di dunia.

Pada tahun 2018 lalu, Gunung Anak Krakatau mulai terpantau aktif pada bulan Juni.

Aktivitas Gunung Anak Krakatau terus mengalami pasang surut.

Pada Oktober 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau sempat cukup tinggi.

Pada Desember 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau menunjukkan peningkatan, di mana hampir setiap hari mengeluarkan lava pijar.

Sabtu, 22 Desember 2018 sekitar pukul 20.30 WIB, Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi besar.

Sebagian badan gunung longsor ke laut Selat Sunda.

Longsoran ini memicu terjadinya tsunami yang menghantam kawasan pesisir Kabupaten Lampung Selatan dan Banten.

Kondisi Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan yang hancur diterjang tsunami pada Desember 2018 lalu.
Kondisi Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan yang hancur diterjang tsunami pada Desember 2018 lalu. (Tribunlampung.co.id/Perdiansyah)

Gelombang tsunami yang diperkirakan mencapai 6-8 meter ini merenggut 437 korban jiwa.

Korban jiwa berasal dari lima kabupaten. Rinciannya, Kabupaten Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten, serta Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus di Lampung.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved