Tribun Bandar Lampung
Warga Keluhkan Aliran Air PDAM Way Rilau Bandar Lampung yang sering Mati
Warga Keluhkan Aliran Air PDAM Way Rilau Bandar Lampung yang sering Mati
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Aliran air pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau Bandar Lampung, ke lingkungan 1, Sawah Brebes, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung, kerap mati.
Kondisi air PDAM Way Rilau Bandar Lampung ini diungkapkan Prasetyo, warga lingkungan 1, Sawah Brebes, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung.
• Cerita Nia Ramadhani Harus Tidur dengan Calon Mertua
Prasetyo mengatakan, bahkan dalam sebulan air PDAM Way Rilau Bandar Lampung hanya mengalir empat kali.
Padahal dirinya membayar tagihan tiap bulan.
"Tagihan air rutin dibayar tiap bulan. Cuman berapanya saya nggak paham karena yang bayar air kakak saya," beber warga Lingkungan 1 Sawah Brebes, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung ini.
Diakuinya, tersendatnya aliran air PDAM sudah terjadi sejak Januari lalu sampai saat ini.
Dia berharap segera ada perhatian dari pihak PDAM Way Rilau.
Warga lainnya di Sawah Brebes Hamdani mengatakan, air memang kebutuhan vital untuk keperluan sehari-hari terutama mandi cuci.
Terlebih keluarganya mengandalkan air dari PDAM.
"Jadi sering laundry untuk pakaian karena air PDAM ngalirnya nggak lancar. Air PDAM lebih buat keperluan mandi dan cuci piring," beber Hamdani.
Warga Perumahan Way Halim Ismayana menuturkan, kondisi air PDAM juga tidak selalu lancar di tempat tinggalnya.
Sehingga saat aliran air mengalir lancar, dirinya menampung air dengan banyak wadah penampungan agar mampu mencukupi kebutuhan air sampai aliran air lancar kembali.
"Pas lancar ya kadang lancar. Tapi seringan nggak lancarnya. Ya mau bagaimana pernah komplain ke PDAM ya karena daerahnya dataran tinggi. Selain itu karena adanya pengaturan jam operasional aliran air," ujar ibu dua anak ini.
• VIDEO LIVE STREAMING RCTI Liga Inggris Live RCTI Everton Vs Liverpool Minggu 3 Maret 2019
Kabag Humas PDAM Way Rilau Bandar Lampung Agung Purnama menjelaskan, terganggunya aliran air ke masyarakat lantaran adanya jam aliran air.
Tujuannya agar pelanggan PDAM di Bandar Lampung bisa mendapatkan aliran air semua secara bergantian.
Terlebih di titik Sawah Brebes, terusnya, jangkauannya termasuk jauh dari sumber air baku.
"Distribusi aliran air memang diatur jam alirnya. Karena air bakunya hanya satu titik dari Sumur Putri. Tidak seperti PDAM daerah lain yang sumber air bakunya melimpah," ungkap Agung dikonfirmasi Sabtu sore.
Menurutnya, Sawah Brebes memang salah satu titik yang aliran airnya kurang lancar.
"Di Sawah Brebes agak sulit memang (distribusi airnya) dari waktu itu. Saat ditangani yang satu, satunya bermasalah. Bisa dibuat surat ke kami agar diprioritaskan aliran airnya," ujarnya.
Saat ada keluhan pelanggan terlebih ada surat resmi yang masuk, sambung dia, petugas PDAM Way Rilau akan melakukan survey ke lokasi untuk mengecek kondisi aliran air di lokasi tersebut.
Selain Sawah Brebes, titik aliran air PDAM seperti ke Kedamaian dan Way Halim juga kerap bermasalah.
Selain jangkauan terjauh, daerah-daerah tersebut letak geografisnya berada di dataran lebih tinggi.
"Sementara sumber air baku dari Sumur Putri. Kalau air penampungan di Palapa kondisinya tidak full, aliran airnya kurang nendang (maksimal)," kata Agung.
Berharap Suplay Sungai Tegineneng
Rencana di awal 2020, suplay air PDAM Bandar Lampung akan mendapatkan penambahan dari Sungai Tegineneng melalui KPBU (kerjasama pemerintah badan usaha).
Kabag Humas PDAM Way Rilau Bandar Lampung Agung Purnama berharap, melalui penambahan sumber air ini agar kondisi suplay air PDAM Way Rilau lebih stabil.
• Waka Polres Lampung Utara Beri Bantuan Bayi Penderita Tumor Intraabdomen
"Dari Pemerintah Kota Bandar Lampung memang mencari solusi untuk suplay air PDAM. karena di Bandar Lampung sendiri sumber air bakunya dari Sumur Putri itu yang bagus," ungkap Agung.
Sementara pelanggan yang harus dicover PDAM Way Rilau mencapai 43 ribu.
Titik distribusi air PDAM yang tidak mengalami kendala adalah daerah Teluk Betung karena posisi daerahnya yang rendah.
Agung mengimbau masyarakat untuk memahami jam aliran air dan menampung air seperlunya.
"Setelah air itu penuh atau tidak menggunakan lagi, untuk ditutup kembali agar bisa mengalir ke titik daerah lainnya yang sulit mendapatkan aliran air," ujarnya.
Dia juga menyarankan masyarakat untuk melakukan penghijauan di lingkungan rumahnya serta membuat sumur biopori. Sehingga ada opsi sumber air lainnya selain PDAM.