Tribun Bandar Lampung
UKM PSHT Unila Juara Umum Turnamen Pencak Silat di GOR Saburai
Unit Kegiatan Mahasiswa Persaudaraan Setia Hati Terate (UKM PSHT) Unila menorehkan prestasi.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Unit Kegiatan Mahasiswa Persaudaraan Setia Hati Terate (UKM PSHT) Unila menorehkan prestasi.
UKM PSHT Unila menjadi juara umum kategori dewasa dalam Pencak Silat National Open Tournament Lampung Championship III yang digelar 23-24 Maret 2019 di GOR Saburai Bandar Lampung.
UKM PSHT Unila berhasil mengumpulkan 11 medali, masing-masing 8 medali emas dan 3 medali perunggu.
Medali emas ditorehkan oleh Fatimah, Arasyid Fatmi, Rahmad Setyawan, Risa Maymarwati Hasibuan, Muhammad Yusuf Santoso, Rahma, Indah Damayanti, dan Mila.
Perunggu diraih Eli Susanti, Niken, dan Ridho.
Kejuaraan ini diikuti 1.352 peserta dari 336 kontingen atau klub. Baik itu di kategori usia dini, pra-remaja, remaja, hingga dewasa.
Tidak hanya dari kabupaten kota se-Lampung, peserta juga berasal dari Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Riau, dan lainnya.
Fatimah, mahasiswi Fakultas Hukum yang turun di kelas A kategori tanding dewasa menceritakan, dirinya sempat mengalami insiden pecah pada bagian bibir karena musuhnya selalu mengayunkan serangan tangan ke bagian wajah.
"Padahal nyerang bagian kepala pakai tangan pelanggaran berat. Lawan saya itu sampai diberi sanksi pengurangan sebanyak 18 poin kalau tidak salah. Sampai poin pertandingannya jadi minus," cerita mahasiswi berkulit putih ini saat ditemui Tribun di lingkungan Rektorat Unila, Selasa (26/3/2019) sore.
Namun di pertandingan berikutnya diakui Fatimah berjalan lancar.
Bahkan dihentikan di babak ke dua karena poinnya menangb telak dibandingkan lawan.
"Jadi nggak sampai babak tiga, di babak dua sudah dihentikan wasit. Alhamdulillah menyumbang emas untuk Unila," ungkap putri pasangan Hasanudin dan Fatimah ini.
Mengenai latihan, diakui Fatimah dilakukannya secara rutin dan terprogram tanpa menunggu ada momen pertandingan atau event silat.
"Jadi bukan kita yang nunggu pertandingan, tapi pertandingan yang nunggu kita. Selalu siap saat harus turun matras kapanpun," terang cewek yang sudah biasa turun matras pertandingan silat sejak kelas 3 SMP itu.
(Tribunlampung.co.id/Sulis Setia Markhamah)
