Terseret Kereta Api 6 Meter hingga Terhempas ke Balok Kayu, Sahlan Masih Sempat Bernapas

dalam dua hari ini (10-11/4/2019) sudah ada dua warga Lampung tewas akibat tersambar kereta api batubara rangkaian panjang atau babaranjang

Penulis: hanif mustafa | Editor: wakos reza gautama
tribunlampung/hanif mustafa/HO
Sahlan (55), warga Kampung Karang Anyar, RT 02, LK II, Kelurahan Ketapang Kuala, Kecamatan Panjang tewas setelah tersambar kereta api Babaranjang di Panjang, Bandar Lampung, Kamis (11/4/2019). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Warga Lampung harus semakin berhati-hati melintas di jalur kereta api.

Pasalnya, dalam dua hari ini (10-11/4/2019) sudah ada dua warga Lampung tewas akibat tersambar kereta api batubara rangkaian panjang atau babaranjang.

Terbaru, seorang warga Panjang tersambar kereta babaranjang di jalur kereta, sekitar pukul 10.00 WIB, Kamis (11/4).

Korban bernama Sahlan (55), warga Kampung Karang Anyar, Panjang.

Sehari sebelumnya, seorang pengendara sepeda motor bernama Salahudin (42), warga Srengsem Panjang.

Salahudin juga tersambar kereta babaranjang di perlintasan KA ruas kilometer 5, Kelurahan Srengsem, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung.

Korban Sahlan sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM), namun nyawanya tak tertolong.

Peristiwa kecelakaan sendiri terjadi di jalur KA KM 4+8 antara stasiun Kukamenanti-Tanjungkarang.

Diserempet Kereta Api Babaranjang di Panjang, Pria Pengendara Sepeda Motor Alami Luka Parah

Cegah Terulangnya Kecelakaan dengan Kereta Api, PT KAI Larang Masyarakat Buat Perlintasan Sebidang

"Korban pejalan kaki," jelas Humas PT KAI Divre IV Tanjungkarang Sapto Hartoyo, kemarin.

Menurutnya, korban tewas tersambar kereta bukan di perlintasan melainkan di jalur kereta.

Korban diduga melamun sehingga tersambar kereta.

"Diduga melamun sambil berjalan," ucap Sapto.

Ia meneruskan, pihak PT KAI akan memberikan bantuan untuk pengurusan Jasaraharja.

Terkait korban tersambar kereta api pada Rabu (10/4/2019), korban memang sempat dirawat di rumah sakit.

Namun sekitar pukul 17.00 WIB pada hari itu, korban menghembuskan nafas terakhirnya.

Korban mengalami luka parah di bagian kepala, kaki dan tangan.

Mumuk (20) keponakan korban Sahlan mengatakan, pamannya tertabrak kereta api sekitar pukul 09.00 WIB.

"Jadi paman saya itu jalan mau nyeberang sambil minum es, gak tahunya ada kereta api, hanya kepalanya dua gandeng gak pakai gerbong, dari arah Srengsem ke Karang," ungkapnya, Kamis sore .

Pamannya sempat terseret hingga 6 meter sehingganya terpelanting dan kepalanya terhempas pada sebuah balok kayu.

"Kepalanya luka parah, tapi masih nafas. Sempet ditolongin, dibawa ke rumah, sambil nunggu ambulans," katanya.

Namun sampai jam 10.00 WIB ambulans baru datang, pamannya pun langsung dibawa ke rumah sakit.

"Jam 11 gak bisa tertolong, sampai RS meninggal," ujarnya.

Masdian (29) keponakan korban yang lain mengatakan, pamannya akan dimakamkan besok (hari ini), lantaran masih menunggu saudara yang lain.

"Nunggu orang tuanya dari Cilegon," bebernya.

 Kasatlantas Polresta Bandar Lampung Kompol Syouzarnanda Mega mengatakan pihaknya bisa memberi masukan atas peristiwa lakalantas di pelintasan kereta api yang telah terjadi dua kali secara berturut-turut.

"Kami bisa memberi masukan untuk memecahkan masalah tersebut, tapi kami harus cek dulu, pokok permasalahan yang terjadi seperti apa," ungkapnya, Kamis 11 April 2019.

Nanda pun mengakui jika sekitar perlintasan kereta api merupakan kewenangan Polsuska bukan pihak kepolisian.

"Tapi kami bisa memberi masukan untuk meminimalisir kecelakaan, nanti akan kami cek, kami lihat seperti apa permasalahannya dan koordinasikan," tandasnya.

(Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved