Beredar Kabar Tentara di Lampung Terjangkit Cacar Monyet, RSPAD Beri Penjelasan

Informasi adanya tentara di Lampung yang terjangkit cacar monyet hingga meninggal dunia ternyata

Editor: wakos reza gautama
tribunlampung.co.id/dodi kurniawan
Ilustrasi 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Informasi adanya tentara di Lampung yang terjangkit cacar monyet hingga meninggal dunia ternyata tidak benar.

Disebut Babinsa bernama Serda Supran Sida yang tidak lain personel Kodim 0410/KBL meninggal dunia karena cacar monyet.

Kapendam II/Swj Kolonel Inf Djohan Darmawan membantah ada anggota Kodim 0410 KBL terkena penyakit cacar monyet atau Monkeypox.

Ia menjelaskan, info viral yang beredar di aplikasi percakapan WhatsApp adalah tidak benar.

"Berita itu tidak benar, karena belum ada informasi resmi (cacar monyet), laporan medis juga belum ada, yang tahu di pihak rumah sakit, tapi memang dia sakit dan dirawat pada Jumat malam di Jakarta, Sabtu pagi meninggal", kata Djoham dalam keteranganya, Minggu (19/5/2019).

Ia menjelaskan, almarhum mengalami kulit hipersensitif, dan kemudian terkena virus protozoa serta TBC.

"Jadi bukan karena cacar monyet", tegas Kapendam.

Sejauh ini, Djohan mengatakan, belum ada kasus penyakit cacar monyet yang masuk ke Indonesia.

Heboh Info Prajurit TNI Korem 043/Gatam Meninggal Dunia karena Cacar Monyet, Ini Penjelasan Kapenrem

"Itu (penyakit cacar monyet) baru terjadi di Singapura. Sekali lagi saya sampaikan, untuk foto-foto tentang penyakit Almarhum Serda Supran yang beredar di medsos, tidak semuanya benar", kata Kolonel Djohan.

Lebih lanjut, almarhum Serda Supran Sidah sudah dimakamkan di kampung halamannya di Krui Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.

Heboh di jejaring sosial media Facebook seorang Babinsa Kelurahan Sumur Putri Telukbetung Selatan meninggal dunia lantaran terkena cacar monyet.

Babinsa tersebut bernama Serda Supran Sida yang tidak lain personel Kodim 0410/KBL.

Dikonfirmasi atas kabar ini, Kepala Penerangan (Kapenrem) 043/Gatam Mayor Czi I Made Arimbawa membantah beredarnya kabar ini.

"(Kabar itu) tidak benar," ungkapnya, Minggu 19 Mei 2019.

Made tak menampik Serda Supran telah meninggal, namun bukan karena terkena cacar monyet.

"Almarhum ini juga sudah sakit cukup lama dan dirawat di RS PAD Gatot Soebroto, namun bukan karena cacar monyet," tegasnya.

Lanjutnya, almarhum sendiri mengalami sakit pendaharan di hidung.

"Tapi untuk jelasnya konfirmasi langsung ke RS PAD Gatot Subroto karena kan medisnya mereka yang tahu," sebutnya.

Made menambahkan, almarhum sudah dimakamkan di kampung halamannya pesisir barat.

"Almarhum sudah dikebumikan kemarin," tandasnya.

Dibantah RSPAD

Kementerian Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Anung Sugihantono menyebutkan kalau kabar tersebut adalah berita palsu atau hoaks.

Anung juga meminta kabar hoaks tersebut agar berhenti disebarluaskan melalui berbagai aplikasi pesan dan sedang melacak yang menyebarkan kabar tersebut.

“Hoaks. Jangan lagi DISEBARKAN. RSPAD sedang melacak dan mempertimbangkan laporkan ke polisi,” tulis Anung kepada Tribunnews.com, Minggu (19/5/2019).

Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Mayjen TNI dr. Terawan Agus Putranto pun juga menegaskan kembali kalau kabar adanya korban cacar monyet di rumah sakit yang dipimpinnya itu hoaks.

“HOAX (Mengenai kabar cacar monyet),” tulis dr. Terawan kepada Tribunnews.com.

Virus cacar monyet ini dikhawatirkan masuk ke Indonesia karena negara yang berbatasan dengan Indonesia yakni Singapura baru saja mengonfirmasi adanya virus tersebut.

Penderita virus tersebut, merupakan seorang pria asal Nigeria berusia 38 tahun yang datang ke Singapura untuk menghadiri lokakarya.

Masa inkubasi virus monkeypox dari terinfeksi hingga timbulnya gejala berkisar 5 hingga 21 hari dengan tanda demam, sakit kepala hebat, dan pembekuan kelenjar getah bening (limfadenopati), nyeri punggung, nyeri otot, hingga kekurangan energi.

Khasnya dari virus ini adala ruam berisi pada wajah hingga ke bagian tubuh lainnya seperti telapak tangan ataupun kaki. Seperti cacar namun lebih ekstrem.

Sebelumnya, Anung Sugihantono meminta masyarakat untuk hidup bersih yang bisa dimulai dengan rajin mencuci tangan dengan sabun untuk menghindari virus ini.

Hindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik. 

Lalu hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi.

Bagi masyarakat yang baru kembali dari negara yang terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit.

“Segera memmeriksakan jika dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan mengalami hal tersebut, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya,” kata Anung.

Kenali Gejala Cacar Monyet

Munculnya kasus cacar monyet di Singapura membuat masyarakat Indonesia mulai panik dan mencari tahu lebih banyak mengenai penyakit tersebut.

Virus monkeypox mirip dengan cacar pada manusia biasanya.

Meskipun dikatakan penyakit yang jauh lebih ringan, tapi monkeypox bisa saja berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik.

Seperti dilansir dari straitstime.com, baru-baru ini dokter ahli spesialis penyakit menular dari Singapura, Dr Leong Hoe Nam berpendapat, bahwa masyarakat tidak perlu terlalu khawatir tentang penyebaran monkeypox ini, karena risiko untuk penularan di sini rendah.

Saya tidak khawatir tentang itu," kata Dr Leong Hoe Nam, seorang spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena.

"Monkeypox telah ada di negara-negara lain seperti Inggris, dan tidak ada wabah sesudahnya. Itu tidak terjadi di sana, dan kemungkinan itu juga terjadi di Singapura," tambahnya.

Tahun lalu, Inggris melihat tiga kasus monkeypox yang dilaporkan, dua di antaranya merupakan kasus bawaan dari para pelancong yang pernah mengunjungi Nigeria.

Demikian pula, Israel melaporkan satu kasus tahun lalu, kasus yang sama melibatkan seorang pelancong yang juga mengunjungi Nigeria.

Pada 2003, Amerika Serikat dilaporkan terdapat 47 kasus monkeypox, yang dikaitkan dengan pengiriman hewan yang diimpor dari Ghana.

Memerhatikan bahwa kasus-kasus monkeypox ini tidak menyebabkan penularan sekunder di negara-negara tersebut, Dr Leong berpendapat penularan secara masif tidak akan terjadi di sini (Singapura).

Dia juga mengatakan tidak sulit untuk membedakan antara monkeypox dan cacar air yang lebih umum, biasanya monkeypox ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di leher.

Ruam yang terjadi akibat monkeypox juga akan, "Jauh lebih besar, lebih jelas", katanya.

Dalam pernyataan Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) juga, menyatakan bahwa monkeypox biasanya sembuh sendiri, dan risiko penyebarannya juga rendah. Sebagian besar pasien biasanya sembuh dalam dua hingga tiga minggu.

Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Riau, Tjetjep Yudiana, mengatakan hal senada. "Tidak ada obat untuk menyembuhkan pasien yang terkena cacar monyet. Meski demikian pasien tetap bisa sembuh, karena kemungkinan untuk meninggal kecil sekali.

Rumah sakit akan melakukan bagaimana menjaga kestabilan tubuh pasien cacar monyet itu," kata Tjetjep, seperti dikutip dari Kompas Health.

Menurut dia, dokter akan melakukan perawatan dengan menjaga cairan di dalam tubuh tetap terjaga, nutrisi harus seimbang, dan bagaimana mengurangi rasa nyeri, serta menurunkan suhu tubuh.

"Itu yang akan dilakukan rumah sakit, karena cacar monyet akan sembuh dengan sendirinya," katanya.

Kematian bisa saja terjadi kalau pasien tidak mendapat perawatan seperti itu.

"Kematian terjadi jika tidak dilakukan, katakanlah, pengobatan gejala-gejala lainnya, serta tindakan cairan tidak terkendali," Tjetjep menekankan.

Namun, itu tidak bakal terjadi apabila pasien langsung diisolasi di rumah sakit, karena semua yang dia butuhkan akan masuk ke dalam tubuh melalui infus.

"Nutrisi pun akan diperhatikan betul sehingga daya tahan tubuh yang bersangkutan tetap terjaga," katanya.

Yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah gejala umumnya, yakni demam, sakit kepala, sakit otot, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening dan ruam kulit.

Pada pasien Nigeria yang terkena cacar monyet yang saat ini tengah dirawat di Singapura mengalami sejumlah gejala seperti suhu tubuh yang tinggi, panas, dan nyeri otot pada bagian punggung.

"Yang khasnya sendiri ada ruam-ruam dan ada bercak-bercak cacar. Di mana ruam tersebut ada cairan bening dan nanah," kata Tjetjep.

Ini akan berlangsung setelah ada gejala dan setelah melewati masa inkubasi. Mulailah masuk masa sakitnya itu.

Walaupun tingkat penularannya rendah kita wajib wasapada karena bisa menyebabkan infeksi yang fatal.

Sehingga kita perlu menjaga kontak dengan hewan yang bisa menyebarkannya seperti hewan pengerat tikus ataupun jenis primata.

Tak lupa juga untuk menghindari berburu dan mengonsumsi daging hewan semak, juga primata.

Infeksi biasanya terjadi selama kontak dekat dengan sekresi saluran pernapasan atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi oleh cairan atau bahan lesi orang yang terinfeksi. (Tribunnews.com)
 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Kapendam II Sriwijaya : Tidak Benar Ada Anggota Kodim Terkena Penyakit Cacar Monyet" 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved