Fasilitas Terminal Rajabasa Lampung Akan Serupa Bandara, Dulu Gedung Dijadikan Lapangan Badminton
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bakal mengubah fasilitas Terminal Rajabasa menjadi setara dengan bandara.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bakal mengubah fasilitas Terminal Rajabasa menjadi setara dengan bandara.
Kemenhub akan mengucurkan dana Rp 40 miliar untuk merevitalisasi terminal Tipe A di Bandar Lampung dan terbesar di Pulau Sumatera itu.
Sebelumnya pada liputan khusus yang diterbitkan koran Tribun Lampung pada Jumat, 7 April 2018, kondisi gedung Terminal Rajabasa masih tampak semrawut.
Bahkan, sejumlah oknum menjadikan gedung tersebut sebagai tempat bermain badminton, lengkap dengan net dan tiangnya.
Mengenai rencana revitalisasi Terminal Rajabasa, Kepala Terminal Tipe A Rajabasa Denny Widjan membenarkan adanya rencana tersebut.
"Memang, rencananya menhub akan merehab seluruh terminal Tipe A yang ada di Indonesia, termasuk Terminal Rajabasa ini," ujar Denny Widjan.
"Rencananya menhub akan merehab terminal sesuai dengan spek bandara," tambah Denny.
Jika merujuk pada spek bandara, toilet maupun kursi akan diubah senyaman mungkin.
• Menhub Minta Terminal Rajabasa Memiliki Layanan Online, Renovasi Terminal Senilai Rp 40 Miliar
Sehingga, toilet berbau pesing 'ala' terminal tidak lagi ada.
Denny mengatakan, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi akan datang langsung meninjau Terminal Rajabasa, pada Minggu, 30 Juni 2019.
"Pak Menhub besok (Minggu, 30 Juni 2019) datang untuk meninjau terminal, melihat sarana dan prasarana apa yang kurang dan yang perlu dibenahi untuk Terminal Rajabasa," ujarnya.
Revitalisasi Terminal Tipe A Rajabasa akan dilakukan pada 2020.
"Kemungkinan awal bulan, terminal sudah mulai di rehab," katanya
Denny memperkirakan, revitalisasi kemungkinan besar akan mengubah bentuk Terminal Rajabasa.
Karena, perencanaan revitalisasi langsung dirancang pemerintah pusat.
Dalam rancangan, Kemenhub ingin mengubah terminal seperti bandara.
Terutama, fasilitas-fasiltas yang ada agar masyarakat merasa nyaman.
"Saat ini, bandara, pelabuhan, dan stasiun, sudah memiliki fasilitas yang baik, contohnya seperti AC," ungkap Denny.
• Menteri Perhubungan Akan Kunjungi Terminal Rajabasa, Ini Harapan Masyarakat untuk Perbaikan Terminal
Denny mengatakan, anggaran yang akan dikeluarkan pemerintah pusat untuk merevitalisasi Terminal Rajabasa senilai Rp 40 miliar.
"Dana yang dipersiapkan untuk merehab terminal sebesar Rp 40 miliar," bebernya.
Pantauan reporter Tribunlampung.co.id, untuk menyambut kedatangan Budi Karya Sumadi, pihak Terminal Rajabasa mempersiapkan ruangan khusus untuk menteri beristrahat.
Sebelumnya, Plt Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Lampung Bambang Soembogo membenarkan bahwa Menhub Budi Karya Sumadi akan mengunjungi Terminal Rajabasa.
Menhub berangkat dari Jakarta menggunakan helikopter.
Ia didampingi Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub.
"Besok Pak Menteri datang pukul 08.00 WIB bersama Dirjen Perhubungan darat naik Helikopter," ucap Bambang.
Di Lampung, Menhub diagendakan meninjau Terminal Rajabasa.

Ada Lapangan Bulu Tangkis
Pada Jumat, 7 April 2018, koran Tribun Lampung pernah menyajikan liputan khusus mengenai kondisi Terminal Rajabasa.
• Oknum Disdag di Terminal Rajabasa Minta Retribusi Jasa Umum ke Pedagang
Saat itu, kondisi gedung kembar Terminal Rajabasa masih tampak semrawut.
Dibangun dengan anggaran hingga puluhan miliar rupiah, gedung dua lantai tersebut tak berfungsi sebagaimana mestinya.
Alih-alih memberi kenyamanan kepada para penumpang, aula gedung kendali angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP) itu, kini dipenuhi lapak pedagang.
Ada pula, lapangan badminton di bagian tengah aula gedung AKAP, yang sejatinya berfungsi sebagai ruang tunggu penumpang.
Gedung kembar di terminal tipe A dan terbesar di Lampung diresmikan pada 1 Agustus 2011, setelah dibangun sejak 2006.
Kondisi di dalam kedua gedung tersebut kini terkesan semrawut.
Pantauan reporter Tribunlampung.co.id pada Minggu (1/4/2018), aula masing-masing gedung yang berada di lantai satu, tampak dipenuhi sekitar 15 lapak pedagang.
Lebih parah lagi, sebuah lapangan bulu tangkis tampak di tengah aula gedung AKAP.
Lapangan badminton tersebut dilengkapi dua tiang dengan net di tengahnya.
Bagian bawah setiap tiang terlihat ditanam dengan melubangi lapisan keramik yang ada.
Selayaknya lapangan badminton, garis-garis penanda batas lapangan pun tampak di aula tersebut.
Garis berwarna hitam itu melapisi bagian atas keramik, yang didominasi warna krem, dan sedikit keramik warna hitam.
Seorang pedagang, Yati (42) mengungkapkan, lapangan tersebut sudah ada saat ia mulai berjualan di aula gedung AKAP, sekitar setahun lalu.
"Orang-orang sini juga yang main. Tapi pas mudik kemarin (2017), sempat dicabut (tiang). Cuma, dipasang lagi," ujar Yati, Selasa (3/4/2018).
Kepala Terminal Rajabasa, Denny mengakui, lapangan tersebut dibuat pihaknya dan orang-orang yang ada di terminal.
Menurutnya, lapangan tersebut hanya digunakan saat malam hari.
"Itu buat yang piket malam. Untuk sekadar cari keringat kalau pas piket malam," tutur Denny, Rabu (4/4/2018).
Lapangan tersebut, Denny mengungkapkan, bukanlah lapangan permanen.
Sebab, kedua tiang penyangga net bisa dilepas.
"Itu (tiang) tidak permanen kok, bisa dibongkar pasang," ucap Denny.
Menurut Denny, pembuatan lapangan tersebut hanya memanfaatkan kondisi.
Hal itu lantaran fungsi gedung AKAP maupun AKDP belum berjalan maksimal.
Dalam perencanaan awal, Denny mengungkapkan, kedua gedung tersebut berfungsi sebagai lokasi sentral untuk melayani penumpang.
Karena sebelumnya bus masing-masing tujuan, baik AKDP maupun AKAP, lokasinya di dalam terminal belum tertata.
"Sejauh ini, fungsi gedung memang belum berjalan maksimal. Masih banyak kendala dan hambatan, untuk mengembalikan fungsi kedua gedung itu ke fungsi awalnya," papar Denny.
Catatan Tribun, gedung kembar setinggi dua lantai tersebut berdiri di atas lahan seluas 13 hektare.
Di lantai dua, jembatan penyeberangan orang sepanjang 15 meter, menghubungkan gedung AKAP dan AKDP tersebut.
Jembatan itu ditujukan untuk mobilisasi penumpang, yang hendak berpindah dari bus AKAP ke AKDP atau sebaliknya.
Kedua gedung memiliki aula di lantai satu, yang berfungsi sebagai ruang tunggu penumpang dengan kapasitas masing-masing 1.000 orang.
Masih di lantai satu, setiap gedung juga dilengkapi ruangan untuk penjualan tiket, atau loket.
Sementara, lantai dua dikhususkan buat para pedagang.
Saat peresmian gedung, ada 164 lokasi berdagang dalam bentuk kios, hamparan, maupun grosir, yang disediakan.
Kini para pedagang yang mayoritas berjualan makanan, justru berjejalan di aula.
Mereka turut meletakkan gerobak maupun meja dan kursi saat berdagang.
Di masing-masing aula kedua gedung tersebut, setidaknya ada 15 lapak pedagang.
Kesan semrawut muncul akibat keberadaan lapak para pedagang yang tak teratur.
Selain itu, kesan kotor terlihat dari lantai yang tampak kusam.
Bahkan, beberapa keramik telah hilang dari lantai.
Walaupun diperuntukkan sebagai ruang tunggu, aula gedung AKAP maupun AKDP tak tampak dilengkapi kursi.
Adapun, kursi kayu maupun plastik yang berjejer di sejumlah titik, diketahui milik pedagang.
Kesan tak terawat juga tampak di lantai dua, yang dalam kondisi kosong akibat pedagang memilih berjualan di lantai satu.
Tak hanya berdebu, sejumlah kotoran burung juga terlihat tercecer di sejumlah sudut di lantai dua.
"Sepi kalau di atas (lantai dua), jarang ada yang mau naik," kata Yati (42), yang sekarang berjualan di aula gedung AKAP.
Alasan senada juga disampaikan Imah (39), yang menggelar lapaknya di aula gedung AKDP.
"Tadinya memang di atas, cuma sepi. Akhirnya, turun," ujar Imah.
Meski sudah turun ke lantai satu, Imah menerangkan, hal itu ternyata tidak membuat dagangannya laris.
Lantaran, penumpang jarang masuk ke dalam gedung.
"Yang beli paling sopir bus sama orang-orang terminal. Kalau penumpang, jarang sekali," terang Imah.
• Polisi Tangkap Dua Calo Penumpang di Terminal Rajabasa
Yati menegaskan, jumlah penumpang yang membeli barang dagangannya tidak sampai sepuluh orang per hari.
Kondisi tersebut terjadi sepanjang hari.
"Itu juga jarang ada yang pesan minum atau makan, paling beli rokok terus ke depan lagi," papar Yati. (tribunlampung.co.id/kiki adipratama)