Detik-detik Anggota TNI Tewas Ditembak saat Sedang Istirahat, Peluru Datang dari Semak-semak

Detik-detik Anggota TNI Tewas Ditembak saat Sedang Istirahat, Peluru Datang dari Semak-semak

stimewa/John Roy Purba
ILUSTRASI Korban penembakan di Nduga Papua. Detik-detik Anggota TNI Tewas Ditembak saat Sedang Istirahat, Peluru Datang dari Semak-semak 

Detik-detik Anggota TNI Tewas Ditembak saat Sedang Istirahat, Peluru Datang dari Semak-semak

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Prada Usaman Hambelo, seorang anggota TNI yang bertugas untuk pengamanan pembangunan Jalan Trans Papua gugur seusai diserang Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) di wilayah Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu (20/7/2019).

Lokasi penyerangan terhadap personel TNI berada di lokasi pembangunan Jembatan Yuguru-Kenyam, Distrik Yuguru, Kabupaten Nduga.

Lokasi ini merupakan proyek strategis pemerintah pusat, yakni Pembangunan JaLan Trans Papua.  

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf M Aidi mengatakan, Prada Asuman Hambelo gugur akibat luka tembak di bagian pinggang.

Gadis Bertengkar dengan Pacar lalu Diperkosa Teman hingga Warga Berdatangan ke Masjid

2 Perwira Tinggi TNI AL Dijebak Intel di Warung Makan, Terungkap Fakta Mengejutkan Uang 1,5 M

Tiga Prajurit TNI Sudah Menyerah Tetap Digebuki Massa, Begini Nasib Mereka setelah Ditangkap

Waktu istirahat

Aidi menjelaskan, peristiwa penembakan itu terjadi ketika pasukan TNI yang mengawal pembangunan Jalan Trans Papua sedang beristirahat dan melaksanakan ibadah shalat.

Secara tiba-tiba, para personel TNI diserang oleh kelompok separatis dari arah semak belukar.

Menurut Aidi, pelaku penembakan hanya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi para prajurit TNI beristirahat.

Pasukan TNI berusaha membalas tembakan dan melakukan pengejaran.

Namun, baku tembak antara anggota TNI dan kelompok separatis terjadi cukup singkat.

"Namun dengan pertimbangan keamanan, karena medan belukar yang sangat tertutup dan banyak jurang yang curam, maka pengejaran dihentikan," ujar Aidi.

Kemudian, seusai pasukan memukul mundur kelompok separatis, baru diketahui ada satu orang anggota TNI yang terkena tembakan.

Lantaran minimnya perawatan medis di lokasi kejadian, sekitar pukul 14,10 WIT, Prada Usaman Hambelo akhirnya diketahui telah meninggal dunia.

Pasukan TNI sebenarnya meminta bantuan evakuasi setelah Prada Usaman tertembak.

Namun, proses evakuasi terkendala karena satu-satunya sarana angkutan menuju ke lokasi hanya dengan helikopter.

Menurut Aidi, cuaca di wilayah Nduga sedang turun hujan, sehingga proses evakuasi tidak dapat dilaksanan hingga Sabtu malam. Rencananya, evakuasi akan dilanjutkan besok.

Bukan yang pertama Dalam kurun waktu satu tahun, wilayah Kabupaten Nduga, Papua, merupakan daerah yang tidak aman dikunjungi.

Kelompok yang dipimpin Egianus Kogoya kerap kali membuat kekacauan, hingga memakan korban jiwa.

Bukan hanya mengganggu keamanan masyarakat, mereka juga mengganggu sejumlah pekerjaan pembangunan, khususnya proyek starategis pemerintah pusat, yakni pembangunan Jalan Trans Papua, yang akan menghubungkan antar kabupaten di Provinsi Papua.

Menurut Aidi, kelompok separatis tersebut tercatat pernah melakukan pembantaian warga sipil.

Mereka juga pernah menembak pesawat yang menjadi sarana angkutan utama bagi rakyat Nduga.

Kemudian, kelompok tersebut juga melakukan pemerkosaan dan penganiayaan terhadap sejumlah guru dan tenaga medis di Mapenduma.

Selain itu, beberapa waktu lalu mereka melakukan pembantaian secara sadis terhadap puluhan pekerja jembatan karyawan PT Istaka Karya.

Bahkan, mereka menyerang Pos TNI yang mengakibatkan anggota TNI gugur dan luka-luka.

Tentara West Papua

Tiga kelompok separatis bersenjata di Papua mengumumkan bahwa mereka telah membentuk Tentara West Papua (West Papuan Army), sementara para aktivis pendukung kemerdekaan menyatakan sekarang mereka siap "mengambil-alih negara kami".

Ketiga kelompok pro kemerdekaan Papua Barat yang meleburkan diri jadi Tentara West Papua adalah Tentara Revolusi West Papua (TRWP), Tentara Nasional Papua Barat (TNPB) dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

Kelompok-kelompok pemberontak bersenjata selama ini bertindak sendiri-sendiri dalam upaya mereka untuk merdeka dari Republik Indonesia. Bulan ini sekaligus menandai 50 tahun Papua menjadi bagian dari RI.

Para pengamat mengatakan perkembangan terbaru ini menjadi titik balik yang signifikan, namun memperingatkan kemungkinan akan meningkatkan ketegangan dengan militer Indonesia.

Tentara West Papua akan berada di bawah komando organiasi payung United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), yang dipimpin Benny Wenda dari pengasingan.

ULMWP selama ini menempuh cara-cara politik dan diplomatik untuk mencapai kemerdekaan Papua.

"Secara politis dan militer kami bersatu sekarang.

Masyarakat internasional sekarang tanpa ragu-ragu dapat melihat bahwa kami siap untuk mengambil-alih negara kami," ujar Wenda seperti dikutip dalam website ULMWP.

"Indonesia tidak bisa lagi menstigmatisasi kami sebagai separatis atau penjahat.

Kami adalah negara kesatuan militer dan politik yang sah," tambahnya.

Ketegangan akan meningkat

Dr Camellia Webb-Gannon, koordinator Proyek Papua Barat di Universitas Wollongong Australia, mengatakan pembentukan Tentara West Papua menandai persatuan yang signifikan antara aktivis politik dan militer.

"Untuk pertama kalinya sayap bersenjata sekarang menyatakan tunduk pada gerakan politik, ULWMP," kata Dr Webb-Gannon kepada ABC News.

"Ini sangat penting karena mereka menunjukkan, jika kami merdeka, kami tidak akan menjadi kediktatoran militer. Militer akan tunduk pada pemimpin politik," tambahnya.

Namun dia juga memperingatkan bahwa perkembangan ini dapat memicu ketegangan dengan militer Indonesia di Provinsi Papua dan Propinsi Papua Barat.

Menurut Dr Webb-Gannon, begitu anggota gerakan kemerdekaan bersenjata meningkatkan aktivitas atau lebih banyak muncul di Papua Barat, militer Indonesia akan merespon.

"Ini juga memberikan tekanan pada masyarakat internasional untuk menepis narasi soal Papua Barat," katanya.

"Yaitu bahwa mereka dapat menjaga diri sendiri, dan mereka berhak dan mampu menentukan nasib sendiri dan pemerintahan sendiri," kata Dr Webb-Gannon.

"Atau meminta pertanggungjawaban Indonesia, 'apa yang Anda lakukan, mengapa Anda menahan orang Papua Barat'," jelasnya.

Juru bicara ULMWP Jacob Rumbiak mengatakan pembentukan Tentara West Papua itu menyatukan sayap politik, intelijen dan militer menjadi satu kelompok diplomatik yang akan mendorong kampanye kemerdekaan ke depan.

"Persatuan ini akan menunjukkan kepada Indonesia dan dunia, bahwa kami orang Papua Barat siap mendapatkan kemerdekaan hari ini juga," katanya kepada ABC News.

"Militer kami secara otomatis akan berada di bawah kendali penuh seorang komandan. Kami memiliki agenda yang sangat jelas untuk menjadi pejuang kebebasan terbaik," ucap Jacob Rumbiak.

Tiga kelompok bersenjata yang bersatu itu termasuk Tentara Pembebasan Nasiona Papua Barat (TPNPB) yang menyerang sebuah situs konstruksi pada bulan Desember dan menewaskan 31 orang.

Benny Wenda Tidak Usah Mimpi 

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi mengatakan manuver itu tidak akan mempengaruhi kondisi keamanan di Papua secara keseluruhan.

"Bagi kita TNI dan NKRI, tidak ada pengaruhnya itu. Kami tidak akan tanggapi serius. Mereka tidak akan berani berhadapan secara langsung dengan TNI," kata Kolonel Aidi kepada wartawan ABC Indonesia, Iffah Nur Arifah di Jakarta.

Kolonel Aidi menambahkan meski ketiga kelompok separatis itu bergabung, kekuatan mereka tetap diragukan.

"Jelas dari faktor jumlah personel, persenjataan dan amunisi yang mereka miliki sangat terbatas.

Itu pun sebagian berasal dari hasil rapasan terhadap aparat keamanan yang lengah.

Begitu juga dari faktor keterampilan dan lain sebagainya," tambah Aidi.

"Keunggulannya mereka hanya bergerak secara gerilya, dan menyerang secara hit and run.

Bila dikejar kemungkinan mereka menyembunyikan senjata dan membaur dengan masyarakat di kampung," tambahnya.

Dia mengatakan tingkat pengamanan di Papua juga tidak akan berubah karena manuver ini.

"Mereka bisanya hanya menyerang dari belakang menunggu kelengahan TNI atau menyerang warga sipil, memperkosa guru dan tenaga kesehatan," katanya.

"Tapi begitu aparat bergerak, mereka akan langsung teriak seolah-olah sangat teraniaya dan seolah-olah TNI/Polri melakukan kejahatan kemanusiaan.

Apa yang dilakukaan Benny Wenda itu tindakan pengecut," tegas Kolonel Aidi.

Dia menanggapi santai klaim Benny Wenda, bahwa dengan terbentuknya Tentara West Papua ini maka mereka telah sah menjadi negara kesatuan militer dan politik dalam penantian.

"Tidak usah mimpi di siang harilah. Saya tidak bermaksud menggurui Benny Wenda.

Tapi perlu diketahui bersama kalau pembentukan suatu negara itu tidak cukup dengan klaim sepihak. Tapi perlu unsur pendukung meliputi wilayah, rakyat dan pengakuan internasional," jelasnya.

"Faktanya kedaulatan NKRI dari Sabang sampai Merauke sudah diakui oleh negara di seluruh dunia dan sudah dapat legalitas oleh badan dunia tertinggi PBB melalui Resolusi PBB 2504.

Dan resolusi itu sampai saat ini masih berlaku dan belum pernah dikoreksi apalagi dicabut.

Dan itu adalah kekuatan hukum tertinggi di dunia," tegasnya. 

PSK Berusia 50 Tahun Kerap Layani Pelajar dengan Tarif Rp 50 Ribu, PSK Online Tak Mau di Hotel

Alasan Hiro Meninggal di Sinetron Anak Langit Ramai Dipertanyakan, Diduga karena Celine Evangelista

PSK Bongkar Permintaan Aneh Para Pemesan, Status di Aplikasi Jadi Cara Kenali PSK Online di Lampung

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Penembakan Satu Anggota TNI yang Gugur di Nduga", https://regional.kompas.com/read/2019/07/20/23424891/kronologi-penembakan-satu-anggota-tni-yang-gugur-di-nduga

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved