Tren Cari Jodoh di Dunia Maya, Ada Ribuan Perempuan Metropolitan Berburu Jodoh di Aplikasi Taaruf
Trend Cari Jodoh di Dunia Maya, Ada Ribuan Perempuan Metropolitan Berburu Jodoh di Aplikasi Taaruf
Penulis: Romi Rinando | Editor: Heribertus Sulis
"Di sini, tautan antara pasar yang membentuk identitas dan simbol-simbol mereka dengan agensi para ustaz online yang membentuk itu, dengan mengikuti pola perkembangan platform media sosial di internet," lanjutnya.
Bukan tak mungkin, sarana taaruf online akan tumbuh besar bersaing dengan Tinder dan aplikasi pencari jodoh sejenis. Bagimu jodohmu, dan bagiku lah jodohku.

Tanya Jawab Lewat E-mail
Tri Wahyu Nugroho, pendiri situs Rumah Taaruf menambahkan. tanya jawab lewat e-mail dibatasi tiga sesi bertanya untuk akhwat dan dua sesi bertanya untuk ikhwan.
Satu sesi maksimal lima pertanyaan.
Setelah itu, prosesnya sama seperti taaruf biasa.
Ikhwan diantar oleh admin untuk nadzor atau bertemu dengan akhwat yang dipilihnya dengan didampingi orang tua atau wali akhwat.
Jika cocok, bisa dilanjutkan dengan bertunangan hingga menikah.
Wahyu mengklaim situs Rumah Taaruf bersifat nonprofit atau tidak mencari keuntungan.
Pendaftar tidak dikenakan biaya.
Ia dan para pengelola serta admin lainnya hidup dari profesi lain.
Admin yang menjadi perantara umumnya adalah alumni dari Rumah Taaruf yang sudah berumah tangga.
"RumahTaaruf.com dikelola di luar jam kerja mereka dengan misi sosial untuk menebar manfaat bagi sesama," kata Wahyu.
• Nasib Artis yang Dulu Jualan Kardus Bekas, Kini Jadi Pejabat dan Buka Toko Oleh-oleh di Lampung
Terinsipirasi Tinder Berbeda dengan situs Rumah Taaruf, aplikasi Taaruf Online yang baru diluncurkan awal tahun ini mengenakan infaq bagi penggunanya Rp 200.000.
Jika nadzor pertama gagal, nadzor selanjutnya dikenakan biaya Rp 100.000.