Hanya 6 Bulan, Ekspor Kopi Lampung Tembus Rp 1,8 Triliun

Pada semester I 2019, total ekspor kopi Lampung periode Januari-Juli 2019 mencapai 90,2 ton atau senilai Rp 1,8 triliun.

Penulis: Ana Puspita Sari | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribun Lampung/Ana
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil (dua dari kiri) bersama stakeholder terkait menunjukkan biji kopi saat pelepasan ekspor kopi biji asal Lampung tujuan Algeria di PT Sulotco Jaya Abadi, Senin (5/8/2019). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pada semester I 2019, total ekspor kopi Lampung periode Januari-Juli 2019 mencapai 90,2 ton atau senilai Rp 1,8 triliun.

Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 63 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018 yang hanya mencapai 57 ton.

Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan, dari total ekspor tahun  2018 yang mencapai 139 ton, saat ini ekspor kopi pada tahun 2019 telah memenuhi 64 persennya, sehingga diprediksi tahun ini ekspor kopi Lampung dapat melebihi target 2018 kemarin.

Tidak hanya volume tonasenya yang meningkat, namun juga jumlah negara tujuan ekspornya.

"Pada Juli 2018 negara tujuan ekspor kopi asal Bandar Lampung hanya ada 27 negara. Sementara di tahun 2019, saat ini telah bertambah 5 negara tujuan ekspor menjadi 32 negara. Dengan posisi 6 negara terbesar pengimpor kopi Lampung adalah Malaysia, Italia, Giorgia, Maroko, Jepang, dan Mesir," jelasnya saat pelepasan ekspor kopi biji asal Lampung tujuan Algeria di PT Sulotco Jaya Abadi, Senin (5/8/2019).

Selain kopi, pada saat yang sama juga dilakukan pelepasan ekspor lada biji tujuan India oleh PT Aman Jaya Perdana, kelapa parut tujuan Jerman oleh PT Sari Segar Husada, nanas irisan tujuan China, dan nanas buah tujuan Saudi Arabia oleh PT Great Giant Pineapple.

Ali Jamil menambahkan, Lampung merupakan pemasok kopi robusta terbesar di Tanah Air dengan produksi rata-rata 100.000-120.000 ton per tahun dengan luas areal kopi mencapai 163.837 hektare.

Dilihat dari total ekspor 50 komoditas tumbuhan periode Januari-Juli 2019 yang dimiliki Karantina Pertanian Lampung, komoditas kopi telah menyumbang Rp 1,8 triliun dari Rp 4,3 triliun.

Ekspor Kopi Lampung Turun

Oplos Kopi Impor lalu Diekspor Lagi, Pelaku Bisa Dipidana

"Kopi robusta telah menyumbang 41 persen devisa negara, dengan rata-rata frekuensi ekspor 102 kali per bulan, dan akan terus meningkat," tambahnya.

Kepala Balai Karantina Pertanian Lampung Muhamad Jumadh yang turut hadir dalam kesempatan tersebut menyebutkan, total ekspor komoditas pertanian hari ini mencapai Rp 3,3 miliar.

Selain kopi biji yang sebesar 57,6 ton (senilai 1,3 miliar) komoditas yang diekspor kali ini adalah 25 ton lada biji senilai Rp 769,8 juta tujuan India, 25 ton kelapa parut senilai Rp 387,7 juta tujuan Jerman, nanas iris 35,6 ton senilai Rp 423,05 juta tujuan China dan 54 ton nanas buah senilai Rp 408,9 juta Arab Saudi.

Pada setiap komoditas ekspor yang dilepas, Balai Karantina Pertanian memastikan kelaikan bahan baku, proses produksi hingga produk siap diekspor serta memenuhi persyaratan fitosanitari negara tujuan.

Dalam proses penerbitan sertifikat fitosanitari Karantina Pertanian, dilakukan pemeriksaan tindakan karantina secara system in line inspection yang diharapkan mampu mempercepat layanan karantina pertanian kepada masyarakat di Provinsi Lampung.

Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian, Karantina Lampung akan senantiasa memberikan dukungan yang diperlukan agar para pelaku usaha dapat memacu akselerasi ekspornya melalui Program AGRO GEMILANG (Ayo Galakkan Ekspor Generasi Milenial Bangsa) dengan memberikan layanan sertifikasi fitosanitari yang efektif, efisien dan akuntabel.

Karantina Pertanian siap melakukan bimbingan teknis perkarantinaan (sistem in line inspection) serta memberikan informasi produk unggulan ekspor (program aplikasi iMACE) kepada para pelaku ekspor dalam rangka menggalakkan jumlah dan frekuensi komoditas pertanian berorientasi ekspor.

Jumadh menambahkan, pihaknya juga memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha dengan sistem layanan digitalisasi, sehingga pelaku usaha tidak perlu datang ke kantor layanan cukup via online saat melakukan permohonan pemeriksaan (PPK Online).

Di tempat yang sama, Head of Buying Station PT Sulotco Jaya Abadi Mulyono Susilo mengatakan, Algeria merupakan salah satu negara tujuan ekspor kopi dari PT Sulotco Jaya Abadi.

Selain Algeria, PT Sulotco Jaya Abadi juga secara reguler mengekspor kopi ke negara lainnya seperti Jerman, Italia, China, Korea, Jepang, dan Malaysia.

Dewan Kopi dan Aeki Bahas Impor Kopi dengan Pemprov Lampung

"Algeria sudah puluhan tahun ambil kopi dari kita. Sekarang negara-negara baru memang banyak sih. Perluasan sekarang kebanyakan ke negara-negara di kawasan Eropa Timur, Afrika, dan Timur Tengah," jelasnya.

Mulyono menambahkan, pada 2018 lalu PT Sulotco Jaya Abadi berhasil mengekspor sekitar 1.300 ton kopi.

Sedangkan tahun ini per Juli 2019 sudah mencapai 1.600 ton.

Ditargetkan sampai akhir tahun 2019 bisa mencapai 5.000 ton.

Diakui Mulyono, permintaan kopi Indonesia di pasar dunia boleh dikatakan stabil dan cenderung meningkat.

Hanya, saat ini masih ada hambatan terkait masalah suplai bahan baku karena untuk dalam negeri sendiri produksinya naik turun berdasarkan kondisi panen dan cuacanya.

Terkait hal tersebut, PT Sulotco Jaya Abadi juga melakukan upaya untuk memenuhi permintaan kopi di negara tujuan ekspor.

Yakni dengan sebisa mungkin melakukan pembinaan langsung ke petani, petani diarahkan bagaimana untuk pemakaian pupuk yang efisien dan cost produksi juga rendah.

Kedua, petani juga diajarkan sistem cara pangkas, sehingga dapat memilih cabang-cabang yang benar-benar produktif agar produktivitas kopi meningkat.

Problem yang ada di Indonesia, lanjut dia, adalah produktivitas kopi yang masih rendah dengan rata-rata untuk kopi robusta sebesar 800-1.000 kilogram per satu hektare.

Angka tersebut jauh bila dibandingkan Vietnam yang sudah mencapai 3 ton per hektare.

"Nah ini kita target, kita nggak usah ngomong 3 ton dulu. Dari yang semula 800-1.000 kilogram itu menjadi 1,5-2 ton per hektare. Itu memang yang kita targetkan 3-5 tahun ke depan bisa tercapai," imbuh dia.

Perawatan perkebunan kopi yang benar, pemakaian pupuk yang efisien serta penerapan sistem cara pangkas tersebut, lanjut Mulyono, terbukti dapat membantu mencapai target produktivitas tersebut.

Di Lampung, ujar dia, sudah ada beberapa daerah yang mencapai tingkat produksi 1,6-1,8 ton per hektarenya, yaitu di daerah Ulubelu (Tanggamus) dan Lampung Barat.

"Sementara kita fokus pembinaan petani di Sumatera Selatan. Untuk Lampung kita baru mulai untuk tahun ini, kemudian di Jawa Tengah kita binaan juga ada. Untuk kopi arabika kita ada perkebunan dan binaan di Toraja langsung," kata Mulyono.

Ada Mafia di Balik Lampung Impor Ribuan Ton Kopi? Ternyata Begini Modusnya

Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Lampung Taufik Hidayat mengatakan, pemerintah menyambut baik launching ekspor komoditas asal Provinsi Lampung hari ini mengingat Provinsi Lampung adalah provinsi yang kaya dengan hasil pertanian dan perkebunan.

Terutama kopi yang tersebar di wilayah barat seperti Lampung Barat, Way Kanan, Tanggamus dan lainnya yang memberikan kehidupan bagi ribuan keluarga petani di Lampung.

"Mudah-mudahan ini langkah yang baik dan jawaban atas hal yang menjadi polemik belakangan ini (impor kopi) serta dapat menunjukkan eksistensi kopi sebagai komoditas ekspor Lampung yang diunggulkan," jelas dia. (Tribunlampung.co.id/Ana Puspita Sari) 

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved