Pengusaha Kopi di Lampung Diberondong Peluru oleh Kawanan Perampok, Begini Kondisinya
Pengusaha Kopi di Lampung Diberondong Peluru oleh Kawanan Perampok, Begini Kondisinya
Penulis: Tri Yulianto | Editor: wakos reza gautama
Namun, kawanan perampok tak mau menyerah, Supriadi mengaku pintu kamarnya dijebol menggunakan palu godem.
"Pintu kamar saya dijebol bagian atas, setelah jebol, senjata api dan senter diarahkan ke anak istri saya yang ada di atas ranjang," ucapnya.
Supriadi pun kaget melihat adik iparnya Arita Sari (19) sudah ditawan oleh komplotan perampok yang menyatroni rumahnya.
"Dan mereka tahu saya sembunyi di balik pintu, lalu diberondong senpi. Saya keluar, karena saya takut adik ipar dan anak istri saya yang jadi sasaran, padahal saya sempat mau ambil celurit," tuturnya.
Setelah menjauh dari pintu, salah satu kawanan perampok membuka pintu kamar dari luar.
"Setelah masuk langsung ke arah saya. Seingat saya semuanya bawa senpi, tapi pelurunya sudah habis buat berondong tadi. Kemudian salah satu yang bawa airsoft gun datangi saya," sebutnya.
"Saya rebut senjatanya dia malah nembak kena tangan kanan saya dua kali, terus senjatanya diarahkan ke perut saya. Daripada kena badan saya, saya tahan ke arah bawah, dan meletus kena kaki kanan saya sebanyak tiga, dan kiri dua, kena tulang lagi," imbuhnya.
Setelah tak berdaya, Supriadi mengaku hanya bisa pasrah tertunduk kesakitan.
"Saat tertunduk saya dirangkul adik ipar. Dia bilang jangan bunuh kakak saya. Kemudian dia bacok kepala saya sambil nendang muka bagian kanan saya," sebutnya.
"Saat akan dibacok lagi, adik ipar saya megangin golok pelaku. Pelaku sempat bilang, jangan pegang nanti kamu terluka. Tapi tahu sendiri golok dipegang tetap terluka. Adik ipar saya teriak minta tolong agar saya tidak dibunuh," tambahnya.
Kemudian, Supriadi mengaku ditawan dengan mengarahkan senter ke mukanya.
"Anak istri saya sempat diancam, anak saya luka disikut, dan anak saya yang nunjukin lokasi uangnya, karena anak saya mau dibunuh, dan istri saya ditampar karena gak mau ngomong tempat nyimpan uang," kenangnya.
Supriadi mengatakan, saat itu istrinya sempat memohon dan suruh ambil semua harta asalkan nyawa mereka selamat.
"Kemudian mereka ambil uang hampir Rp 500 juta dan emas 110 gram. Saya sudah gak bisa apa-apa, kepala saya sudah darah semua," tandasnya.
Trauma