Badan Kurus dan Semakin Melemah, Berjalan Kiloan Meter, Potret Gajah di Balik Baju Megah Festival

Pada awalnya, anak-anak gajah dari gajah liar diculik dari ibu mereka kemudian dirantai. Gajah dewasa ditempatkan dalam kandang dan dirantai.

Penulis: Beni Yulianto | Editor: Reny Fitriani
intisari online
Foto-foto memilukan seekor gajah di balik kostum festivalnya. 

Ketika kostum festival tersebut dibuka, terlihatlah tubuh kurus gajah tua tersebut.

Bahkan tulang-tulangnya sangat terlihat jelas. Seperti kelaparan.

Foto-foto memilukan seekor gajah di balik kostum festivalnya.
metro.co.uk / Lek Chailert
Foto-foto memilukan seekor gajah di balik kostum festivalnya.

Dijelaskan oleh seorang aktivis bahwa gajah Tikiri bertubuh kurus karena dia kelaparan setelah dia dipaksa berjalan bermil-mil setiap malam sehingga orang bisa merasa 'diberkati' di sebuah festival keagamaan.

Lek Chailert, pendiri Save Elephant Foundation, mengatakan Tikiri adalah satu dari 60 gajah yang dipaksa bekerja selama sepuluh malam berturut-turut di festival kegamaan di Sri Lanka tersebut.

Dia mengklaim para gajah tersebut ‘dibelenggu’. Akibatnya mereka berjalan lebih lambat dalam parade malam.

Belum lagi fakta suara-suara selama parade yang sangat berisik dan mengganggu mental si gajah.

Chailert, yang organisasinya menyelamatkan gajah di Thailand, mengatakan tidak ada yang satu masalah ini sampai mereka melihat apa dibalik kostum yang Tikiri pakai.

“Tikiri bergabung dalam pawai pagi-pagi sekali sampai larut malam,” cerita Chailert.

“Dia melakukannya setiap lama selama 10 tahun, ada di tengah-tengah kebisingan, kembang api, dan asap.”

“Dia berjalan beberapa kilometer setiap malam sehingga orang-orang akan merasa diberkati selama upacara.”

“Namun tidak ada yang melihat tubuh kurusnya atau kondisinya yang melemah.”

“Semua karena kostumnya.”

Foto-foto memilukan seekor gajah di balik kostum festivalnya.
metro.co.uk / Lek Chailert
Foto-foto memilukan seekor gajah di balik kostum festivalnya.

“Tidak ada yang melihat air mata di matanya, terluka oleh lampu-lampu terang yang menghiasi topengnya.”

“Tidak ada yang melihat kesulitannya untuk melangkah ketika kakinya dibelenggu saat dia berjalan.”

“Bagaimana kita dapat menyebut ini sebagai berkat, atau sesuatu yang suci, jika kita membuat hidup orang lain menderita?”

Halaman
123
Sumber: Intisari Online
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved