Perjalanan ke Tiongkok

Melihat Jembatan Selat Sunda di Shanghai Tiongkok

Namanya Shanghai Tower yang dibangun di pusat kota setinggi 632 meter dengan 121 lantai.

Penulis: Andi Asmadi | Editor: Heribertus Sulis
Istimewa
SHANGHAI TOWER - Para pemred dari Lampung foto bersama dengan latar belakang Shanghai Tower, gedung tertinggi kedua di dunia, Kamis (15/8). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SHANGHAI - Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) pernah menjadi isu publik yang sangat seksi. 

Ketika itu, JSS direncanakan dibangun dengan panjang 31 kilometer dan menelan anggaran sekitar Rp 225 triliun. 

Sayang, gagasan Prof Sedyatmo sejak tahun 1960 itu hingga kini hanya jadi angan-angan, meski sudah pernah dilakukan prastudi kelayakan di zaman pemerintahan SBY.

Kisah Jembatan Selat Sunda menjadi ironi jika melihat dengan kepala mata sendiri Jembatan Donghai yang menghubungkan Shanghai di daratan dan pelabuhan laut Yangshan.

Tanpa banyak wacana dan perdebatan, Jembatan Donghai sepanjang total 32,5 kilometer dibangun pada 10 Desember 2005, selesai hanya dalam waktu tiga tahun, dan mulai dioperasikan pada 1 Mei 2008. 

Berapa biaya pembangunan jembatan ini?  Hanya Rp 11,4 triliun.

Rombongan pemred dari Lampung, yang mendapat undangan dari Konjen Tiongkok di Medan untuk berkunjung selama 7 hari di Tiongkok, sempat melalui Jembatan Donghai dalam perjalanan dari Bandara Hongqiao menuju Kota Shanghai, Kamis (15/8).

Hebatnya Tiongkok, Kereta Peluru hingga Tol Menembus Perut Gunung

Motor Listrik Penguasa Jalan di Tiongkok

Jembatan Donghai sempat menjadi “yang terpanjang di dunia” sebelum rekornya pecah oleh Jembatan Teluk Hangzhou sepanjang 36 kilometer.

Kini rekor dipegang oleh Jembatan Grand Danyang-Kunshan sepanjang 164,8 kilometer.

Jembatan Donghai dibangun untuk menghubungkan Shanghai dengan Pulau Yangshan. 

Pulau ini sendiri dikembangkan menjadi Pelabuhan Peti Kemas Yangshan Deepwater Shanghai

Pelabuhan dibangun di atas pulau berbatu yang diratakan, kemudian direklamasi. 

Pelabuhan ini sering jadi benchmark pelabuhan di tanah air.

Sungguh menakjubkan melihat dan merasakan Jembatan Donghai yang membentang atas laut dengan dua jalan pararel. 

Lalu membayangkan sedang berada di atas Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Bakauheni di Lampung dan Merak di Banten.

Banyak yang khawatir Jembatan Selat Sunda bakal rontok oleh gempa ataupun erupsi Gunung Krakatau. 

Tapi, teknologi yang dipakai membangun Jembatan Donghai bisa jadi rujukan: tahan gempa sampai level 7, tahan badai sampai level 10. 

Di bagian bawah jembatan pun masih bisa dilalui kapal berukuran besar sampai 10.000 GT.

Yang menarik dari Jembatan Donghai ini adalah di sekitarnya terpasang puluhan turbin pembangkit listrik tenaga angin. 

Saat melintasi jembatan, terlihat kincir dari turbin terus bergerak berputar. 

Sayangnya, belum diperoleh informasi berapa daya listrik yang dihasilkan.

Jembatan Selat Sunda pun pernah diwacanakan terangkai dengan pembangkit listrik dengan memanfaatkan angin yang sangat kencang di Selat Sunda. 

Sayangnya, impian hadirnya jembatan ini terganjal oleh keputusan politik setelah bergantinya pemerintahan.

Selalu Nomor Satu

Shanghai menjadi kota selanjutnya yang dikunjungi oleh rombongan pemred media massa dari Lampung. 

Setelah sebelumnya berkunjung ke Beijing, Taiyuan, Qixian, dan kawasan pegunungan Wutaishan.

Shanghai bukan ibu kota, tetapi menjadi ikon Tiongkok sesungguhnya. 

Dengan luas wilayah 6.833 kilometer persegi dan dihuni 24,1 juta jiwa (2017), Shanghai menjadi pusat ekonomi, perdagangan, finansial, dan komunikasi. 

Shanghai menjadi penanda ambisi Tiongkok untuk menjadi nomor satu. 

Gedung dan fasilitas yang dibangun selalu menjadi nomor satu, meski belakangan ada yang tergeser oleh kota lain.

Selain jembatan terpanjang di dunia, Shanghai juga punya gedung tinggi atau tower yang sempat menjadi tertinggi di dunia. 

Namanya Shanghai Tower yang dibangun di pusat kota setinggi 632 meter dengan 121 lantai. 

Belakangan, gelar Shanghai Tower diambil-alih oleh Burj Khalifa di Dubai (838 meter).

Satu ikon Shanghai lainnya yang hingga kini masih menjadi nomot satu adalah Pelabuhan Shanghai, gabungan antara pelabuhan laut lepas dan pelabuhan sungai. 

Pada 2010, Pelabuhan Shanghai sudah melampaui Pelabuhan Singapura sebagai pelabuhan kontainer tersibuk di dunia.

Banyak objek wisata yang bisa dikunjungi di Shanghai, namun yang paling indah adalah pemandangan malam hari dari atas kapal yang melaju di atas Sungai Huangpu.

Sungai Huangpu yang panjangnya 97 kilometer mengir melalui Shanghai dan membelahnya menjadi dua kawasan: : Pudong (timur) dan Puxi (barat).

Rombongan dari Lampung mendapat kesempatan menikmati pemandangan malam Shanghai dari atas Huangpu Cruiser River. 

Dengan membeli tiket sebesar 120 yuan per orang atau Rp 250.000 (kurs Rp 2.100).

Ada banyak cruise yang melayani pengunjung sejak siang, sore, hingga malam. 

Waktu terbaik naik cruise adalah petang hari, sehingga bisa menyaksikan ketika lampu-lampu di gedung tingggi sekitar sungai bersamaan menyala, termasuk lampu-lampu di Shanghai Custom House yang ikonik itu.

Di atas kapal yang berkapasitas 500 orang, tempat terbaik adalah di anjungan. 

Namun, untuk masuk ke posisi strategis menyaksikan keindahan malam Shanghai dengan kerlap-kerlip gedung tinggi di sekelilingnya, pengunjung harus membayar lagi 80 yuan atau Rp 168.000.

Kapal berlayar mengelilingi Sungai Huangpu sekitar 45 menit. 

Tak lama, namun sudah cukup bagi wistawan untuk menikmati suasana gemerlap di malam hari, lalu terkenang Adam Cheng dan Carol Cheng di film “Once Upon a Time in Shanghai”. (*)

(Tribunlampung.co.id/andi asmadi)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved