Kisah 3 Siswa asal Palangkaraya Temukan Obat Kanker dari Bajakah
Tiga siswa Indonesia asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menjadi bahan pembicaraan banyak orang setelah berhasil menemukan obat kanker.
Setelah berhasil mengumpulkan bahan dasar dan penitian lebih lanjut, mereka mulai menguji obat itu.
Obat mereka masukkan pada seekor mencit yang lebih dulu dimasukkan sel pembentuk kanker.
Hasilnya, kanker pada mencit secara bertahap mengecil dan akhirnya hilang, yang menandakan keberhasilan penelitian mereka.
Proses penelitian memakan waktu hingga tiga bulan menggunakan alat-alat manual di laboratorium SMAN 2 Palangkaraya.
“Setiap penelitian pasti ada yang menghambat, seperti ketika kesusahan mencari bahan dasar, tapi pas momentum penelitian berhasil dan pas lomba menang, itu jadi momen terbaik kita,” ucap Yazid.
Saat disinggung cara mereka belajar hingga bisa menghasilkan penelitian yang hebat tersebut,
Penelitian siswa-siswi ini juga sudah dibuktikan dengan melakukan pengujian laboratorium di Universitas Lampung Mangkurat (ULM) Kota Banjarmasin.
Sebelum melaju ke lomba di Korea Selatan, karya ilmiah ini juga menjadi juara di ajang Youth National Science Fair 2019 yang digelar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung.
Setelah pulang dari ajang World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan, mereka menjadi sangat viral dan banyak yang datang ke mereka untuk meminta obat tersebut.
Aysa pun menjelaskan penemuan mereka itu masih bersifat karya ilmiah dan mereka tidak bisa melakukan produksi obat karena harus ada penelitian yang lebih detail lagi.
Kemudian Anggina mengimbau masyarakat tidak asal mengambil akar bajakah di hutan Kalimantan karena ada ratusan jenis akar bajakah yang tidak semuanya berkhasiat menyembuhkan kanker.
Mereka sengaja tidak menyebutkan secara detail jenis dan ciri-ciri tanaman bajakah yang diambil agar tidak ada eksploitasi berlebih terhadap tanaman itu.
“Tolong dipilah dulu karena kami kan belum terbuka (menyebut jenisnya). Jadi itu kan banyak jenisnya jadi takut salah konsumsi. Masyarakat harus lebih hati-hati lagi,” ungkap Anggina.
• Heboh Bajakah. Ternyata Bumbu Dapur Ini Lebih Dulu sebagai Obat Kanker, Tak Perlu ke Kalimantan!
Tidak hanya secara pribadi, banyak juga yang mencari mereka ke sekolah mereka menempuh pendidikan sampai-sampai pihak SMAN 2 Palangkaraya meningkatkan penjagaan agar anak-anak tetap nyaman mendapatkan pendidikan di sekolah.
“Orang banyak mencari mereka, tapi mereka tetap fokus belajar, harus kami monitor, koordiansi dulu,” ungkap Kepala SMAN 2 Palangkaraya Mi’razulhaidi kepada Tribun Network.
Sekolah juga berusaha melindungi murid-murid mereka karena pasti akan ada pro dan kontra terhadap hasil penelitian yang bisa saja mengganggu anak-anak tersebut.
“Makanya kita harap yang positifnya saja yang diambil dan ini masih sebatas penelitian, ada yang datang ke sekolah minta akar bajakah, ya kita juga tidak ada,” kata Mi’razulhaidi. (tribun network/fia)