Tribun Lampung Tengah

Kisah Ibu Hidupi 4 Anak di Lamteng, Tinggal di Gubuk Bekas Kandang Sapi, Isi Perut dengan Singkong

Kisah Ibu Hidupi 4 Anak di Lamteng, Tinggal di Gubuk Bekas Kandang Sapi, Isi Perut dengan Singkong

Penulis: syamsiralam | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Syamsir
Mistiani dan anak-anaknya di kediamannya di Kampung Tanjung Anom. 

Bocah yang tak lulus SMA itu harus menjadi tulang punggung keluarga sejak kepergian sang ayah. Bukan pula semuanya menjadi ringan, bocah perawakan kecil itu hanya bekerja sebagai montir motor di Kampung Tanjung Anom ikut kawannya.

Penghasilan yang didapat Alfian tak lebih dari Rp 30 ribu setiap harinya, dengan catatan ada satu motor setiap harinya yang memerlukan jasa servis di bengkel tempatnya bekerja.

"Ya kalau ada (satu motor), setiap (memperbaiki) satu motor saya dapat bagian Rp 25 ribu. Kalau tidak ada, ya tangan kosong (pulang ke rumah)," terang Alfian.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga itu, sang ibu harus bekerja sebagai buruh strika baju para tetangganya. Tak jauh berbeda dengan yang bisa didapat Alfian, Mistiani baru bisa dapat uang apabila ada tetangga yang mau disertika pakaiannya.

Apabila kondisi benar-benar mendesak mereka harus makan kenyang namun tak memiliki uang, maka pilihan yang harus diambil Mistiani dan Alfian adalah dengan mencabut singkong di kebun milik warga.

Sementara untuk mencukupi biaya sekolah Puput Utami yang saat ini duduk di kursi kelas 2 SD, Mistiani harus rela menjual jatah 10 kilogram beras yang mereka dapat dari kampung dan ditukar uang.

"Sudah biasa, mas. Kami hanya bisa bersyukur tetap bisa makan walau kondisinya seperti ini (konsumsi singkong). Alhamdulilah anak-anak tidak pernah mengeluh," kata Mistiani.

Alfian dan Mistiani bertekad, mereka akan menjadi tulang punggung untuk Puput, Afika dan Kaila. Selain itu, pasca kepergian sang ayah segala kondisi akan mereka hadapi walau kondisinya akan terasa sama.

Kepala Kampung Tanjung Anom Wasis Trisno Hadi mengatakan, pihaknya tak diam dengan kondisi yang dialami Mistiani dan keempat anaknya.

Wasis mengaku kagum dengan keluarga tersebut karena mereka tak ingin menyerah dengan situasi. Pihak kampung terangnya telah memberi modal Mistiani untuk berjualan kue keliling kampung.

Tak hanya itu, melalui dana kampung pihaknya juga menyisihkan setiap bulannya beras sebanyak 10 kilogram.

"Kami tak ingin bergantung kepada pemerintah (daerah) untuk membantu warga kami. Apa yang bisa kami berikan akan kami beri," kata Wasis Trisno Hadi.

Untuk membantu rumah tempat tinggal Mistiani dan keempat anaknya, pihak kampung juga akan bergotong royong, dan berkordinasi membangunkan rumah untuk Mistiani.

"Kami akan swadaya membangun rumah untuk keluarga Mistiani. Rumahnya akan segera dibedah. Akan kami kumpulkan dulu materialnya secepat mungkin," tutupnya.

Ibu Hidupi Dua Anak, Satu Idap Tumor dan Satunya Idap Hidrosefalus

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved