Perjuangan 15 Tahun Tak Kenal Lelah Istri Munir Minta Keadilan

Lima belas tahun sudah kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia Munir Said Thalib mandek tanpa ada penyelesaian.

Kompas
Ilustrasi - Suciwati, istri mendiang Munir, menunjukkan kuartet bergambar wajah suaminya saat mengunjungi pameran "Kuartet Pembunuhan Politik Internasional" karya wartawan dan fotografer Belanda, Arjan Onderdenwijngaard, di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta, Jumat (9/12/2011). 

Perjuangan 15 Tahun Tak Kenal Lelah Istri Munir Minta Keadilan

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Lima belas tahun sudah kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia Munir Said Thalib mandek tanpa ada penyelesaian.

Peringatan demi peringatan berlangsung setiap tahun, tetapi upaya penuntasan kasus tersebut masih gelap.

Kios kecil di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, penuh sesak dengan puluhan anak muda, Sabtu (7/9/2019).

Kursi yang terbatas membuat sebagian besar dari mereka berdiri berdesakan.

Bahu saling bersentuhan, bahkan pengunjung yang datang belakangan terpaksa tak kebagian tempat dan hingga menunggu di luar kios bernama Ojo Keos.

Puluhan anak muda itu berkumpul untuk memperingati 15 tahun kasus pembunuhan aktivis HAM Munir.

Pembacaan dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) pembunuhan Munir mewarnai peringatan kali ini.

Di tengah berdesak-desakan, mereka menyimak secara seksama pembacaan ringkasan dokumen TPF.

Istri almarhum Munir, Suciwati, ikut serta dalam peringatan 15 tahun kasus pembunuhan Munir.

Koordinator Kontras: Banyak Kekuatan Politik yang Ingin Gagalkan Pengungkapan Kasus Munir

Kebalik Dunia Kalau SBY Dianggap Terlibat Pembunuhan Munir, Gunakan Akal Sehat

Sudah bertahun-tahun ia juga berjuang agar kasus pembunuhan suaminya menemui jalan terang.

Terkatung-katungnya pengusutan kasus pembunuhan suaminya membuat Suciwati setengah berseloroh saat membuka acara peringatan di Kios Ojo Keos.

"Kemudian kita bertanya, berapa tahun lagi kasus ini bisa dituntaskan?" katanya.

Nada bicara dan raut wajah Suciwati tegas sekaligus geram saat mengucapkan kalimat tersebut.

Berikutnya, puluhan lembar ringkasan dokumen TPF dibacakan secara bergantian oleh anak-anak muda pegiat HAM.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved