Tribun Bandar Lampung
Kisah Anak-anak Berkebutuhan Khusus di Lampung Bikin Batik dan Jajanan
Sedikitnya 24 macam batik tulis dipasarkan tiap bulannya dari anak-anak berkebutuhan khusus di Growing Hope ini.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Daniel Tri Hardanto
Kisah Anak-anak Berkebutuhan Khusus di Lampung Bikin Batik dan Jajanan
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Keterbatasan fisik tak membuat anak-anak berkebutuhan khusus berhenti berkarya.
Ini dibuktikan oleh mereka yang tergabung dalam Pusat Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Growing Hope.
Mereka mampu menghasilkan produk kreatif mulai dari makanan ringan hingga batik tulis yang bernilai jual.
Kevin Natahadi dan Antonius Gavin Wibowo merupakan dua anak berkebutuhan khusus yang menghasilkan batik tulis tersebut.
Kevin menjadi sosok yang mendesain kain batik.
Sementara Antonius memberikan warna terhadap desain tersebut.
"Saya senang (menggambar). Bikin-bikin daun," tutur Kevin yang menyandang autisme ini, Selasa (10/9/2019) sore, saat ditemui Tribun dalam acara The Gade Talk, yakni diskusi yang digelar oleh PT Pegadaian, Tribun Lampung, Radio Sonora, dan KompasTV.
Produk yang dihasilkan anak-anak ini ikut dipamerkan dalam acara diskusi tersebut.
Sejumlah pengunjung membeli antara lain batik beragam motif dengan harga yang kompetitif.
Kepada Tribunlampung.co.id, Kevin menunjukkan tangannya yang masih terdapat bercak-bercak lilin bekas membatik.
• Tak Malu Punya Anak Berkebutuhan Khusus, 4 Artis Ini Beri Pola Asuh Dengan Cara Seperti Ini
• VIDEO Inilah Kunci Bu Wati Mengurus Anak Berkebutuhan Khusus di Panti Asuhan
"Ini kotor, kotor, bersih," ucapnya.
Setelah Kevin selesai mendesain dan melukis kain, proses pewarnanya diserahkan kepada Antonius Gavin Wibowo (19).
Gavin dipercaya untuk memberi sentuhan warna di setiap desain batik yang dibuat oleh Kevin.
Saat ditanya kenapa Gavin lebih memilih mewarnai dibandingkan menggambar, penyandang tunarungu ini mengaku suka memberi warna.
Menurutnya, dengan warna segalanya hidup.
Gavin juga mengaku mampu mengaplikasikan waterglass untuk membatik.
Ia mengatakan, bisa memberi sentuhan warna yang menarik pada batik karena ia mau bisa dan terus berusaha.
Bukan cuma keduanya yang menghasilkan batik tulis, ada anak-anak lain yang juga membantik.
Karya-karya mereka telah menembus pasaran dan menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Sedikitnya 24 macam batik tulis dipasarkan tiap bulannya dari anak-anak berkebutuhan khusus di Growing Hope ini.
Pusat Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) yang terletak di Perumahan Palmsville Residence Bandar Lampung ini selain melakukan program belajar serta terapi, juga mendorong anak didiknya untuk terus berkreasi.
Hanna Maria, pengajar di PKLK Growing Hope, mengatakan, proses pembuatan batik tulis dari anak didiknya cukup lama.
"Kalau batik 24 item per bulan karena proses pengerjaan lama," ungkapnya.
Meski demikian, batik tulis ini cukup banyak dipesan.
"Sudah ratusan batik yang keluar dipesan dari kita. Ada yang dikirim ke Jakarta, ke Palembang sudah cukup banyak," bebernya.
Batik tulis tersebut dibanderol dengan harga bervariatif.
"Kalau tulis Rp 300 ribu dan untuk ciprat Rp 150 ribu," jelasnya.
Selain batik, anak-anak juga membuat jajanan sehat yang dibanderol dengan harga Rp 10 ribu per jajanan.
• Terharu Jumpai Anak Berkebutuhan Khusus, Bupati Loekman Seka Air Mata
"Ada keripik singkong, stik ketan, keripik tales, ada kembang goyang dari ketan, kacang. Itu bisa dipesan langsung di Growing Hope di Jalan Pulau Buton Perumahan Palmsville Residence," jelasnya.
Ketua Persatuan Orang Tua Dengan Anak Down Syndrom Armala Dewi, menuturkan, anak-anak down syindrom membatik tidak lain untuk terapi.
"Untuk anak berkebutuhan khusus membatik itu bagian terapi konsentrasi, sehingga selain menghasilkan karya juga melatih keseimbangan konsentrasi. Karena down syndrom dan autis itu kalau dia dengan hiperaktif harus diarahkan, harus dikurangi tenaga ekstranya. Kita harus alihkan melalui membatik," jelas Armala. (Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa)