Tribun Tanggamus
Buaya di Sungai Way Semaka Belum Tertangkap, Camat Imbau Warga Tak Nonton: Biar Tim BKSDA yang Kerja
Buaya di Sungai Way Semaka Belum Tertangkap, Camat Imbau Warga Tak Nonton: Biar Tim BKSDA yang Kerja
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Noval Andriansyah
Kemudian warna pun ada yang kekuning-kuningan, abu-abu, dan hitam.
Meski dihantui ketakutan diserang buaya, warga tetap beraktivitas di sungai.
Sebab selain keperluan harian sebagiannya juga memancing dan mencuci sepeda motor.
"Kalau takut, pastilah. Makanya ini juga lihat-lihat terus. Nggak seperti dulu yang mandi aja bebas. Anak-anak juga mainan di sungai. Sekarang nggak lagi," kata Santo, warga lainnya.
Untuk itu warga berharap ada penanganan buaya.
Sebab jika dibunuh nanti salah, tapi kalau dibiarkan saja warga yang menjadi korban.
"Kalau bisa ditangkap, dipindahkan jangan di sini. Warga sudah ketakutan sekarang ini," terang Santo.
Sepanjang aliran sungai Way Semaka informasinya memang tempat habitat buaya.
Biasanya buaya hanya ada di muara sungai namun sekarang ini berenang ke arah hulu.
Digigit Buaya
Sementara itu menurut Muhajir, korban serangan buaya, saat ini kondisinya mulai membaik.
Lilitan perban di paha kirinya sudah dilepas dan diganti perban biasa.
"Sekarang sudah agak baikan, sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Kalau kemarin darahnya masih keluar terus," ujar Muhajir.
Ia mengaku tidak menyangka bakal diserang buaya.
Sebab selama ini tidak pernah melihat buaya di sungai sekitar tempat tinggalnya tersebut.
• Anak Bunuh Ayah Kandung di Lampung, Terungkap Sosok Wanita yang Dihampiri Pelaku Sebelum Bacok Ayah
• LINK LIVE STREAMING Badak Lampung vs Persipura Senin, 28 Oktober 2019, Laskar Saburai Wajib Menang!
"Kemarin itu mau mandi, tapi nyuci baju dulu yang dipakai ke sawah. Waktu lagi ngucek tahu-tahu dari bawah sungai keluar buaya langsung gigit paha saja. Terus dilepasin lagi, langsung saya pulang," ujar Muhajir.
Setelah itu warga sekitar mengantarnya ke Puskesmas Banjar Negoro untuk ditangani.
Semua korban hanya digigit, tidak sampai diseret atau dikoyak-koyak. (tribunlampung.co.id/tri yulianto)