Tribun Tanggamus

Buaya di Sungai Way Semaka Belum Juga Tertangkap, Camat Wonosobo: Jangan Aktivitas di Sungai!

Buaya di Sungai Way Semaka Belum Juga Tertangkap, Camat Wonosobo: Jangan Aktivitas di Sungai!

Penulis: Tri Yulianto | Editor: Noval Andriansyah
KOMPAS.com/STANLY RAVEL
Buaya di Sungai Way Semaka Belum Juga Tertangkap, Camat Wonosobo Jangan Aktivitas di Sungai! 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TANGGAMUS - Upaya penangkapan Buaya di satu titik aliran sungai Way Semaka, hingga kini tak juga membuahkan hasil.

Menurut Camat Wonosobo Edi Fahrurozi, hingga saat ini, pihaknya belum menerima laporan ada Buaya tertangkap, baik dari warga sekitar maupun dari anggota BKSDA Lampung-Bengkulu.

"Sampai sekarang saya belum terima laporannya, jadi sepertinya Buaya itu belum bisa ditangkap," kata Edi, Senin, 4 November 2019.

Edi mengatakan, salah satu kendala belum tertangkapnya Buaya yang meresahkan warga tersebut diperkirakan karena jumlah perangkap selama ini hanya ada satu unit.

Badak Lampung Tak Ingin Bernasib Nahas Seperti Bali United saat Hadapi Borneo FC di Samarinda

Pemkot Segel Burger King karena Belum Bayar Pajak, Wali Kota Herman: Pengusaha Harus Bayar Pajak!

Perangkap tersebut, kata Edi, yang dipindah-pindahkan di antara Pekon Banjar Sari, Kecamatan Wonosobo, lalu Pekon Sudimoro dan Pekon Sudimoro Bangun, Kecamatan Semaka.

Ketiga pekon itu memang berdekatan yang dibatasi aliran sungai Way Semaka.

Di sekitaran itu juga, menurut Edi, selama ini Buaya kadang terlihat, dan juga lokasi dua warga diserang.

"Kalau kata orang-orang Buayanya masih kelihatan di sekitaran situ (lokasi perangkap) tapi belum bisa ditangkap. Makanya kami juga minta perangkap ditambah," terang Edi.

Edi pun terus mengimbau kepada masyarakat agar menghindari aktivitas di sungai untuk mengantisipasi serangan Buaya.

Apabila memang terpaksa harus ke sungai, lanjut Edi, maka harus waspada, dan memilih lokasi terbuka dan dasar sungainya dangkal.

Tujuannya, kata Edi, agar munculnya Buaya bisa diketahui dan segera menyingkir.

Edi juga mengimbau agar warga tidak membunuh Buaya jika nantinya tertangkap, karena hewan melata masuk dalam hewan langka yang dilindungi.

Edi menjelaskan, aliran Sungai Way Semaka memang habitat Buaya.

Selama ini Buaya-Buaya tersebut berada di bagian muara sungai yaitu di Pekon Karang Anyar, Kecamatan Wonosobo dan Pekon Karang Rejo, Kecamatan Semaka atau daerah Soumil.

"Mungkin karena sekarang musim kemarau, air sungai surut, di muara tidak ada ikan atau binatang air makanya Buaya itu sulit cari makan. Akhirnya mencari maka ke arah atas," terang Edi.

Edi mengaku, keberadaan Buaya sebenarnya memang ada, hanya saja tidak menampakan diri karena tidak naik ke dataran.

Buaya-Buaya itu cenderung ada di dalam air sekaligus untuk mencari makannya.

"Mudah-mudahan dengan mulainya musim hujan ini Buaya-Buaya itu kembali lagi ke muara. Sebab sungainya ada airnya lagi dan ada ikan yang dimakan," kata Edi. 

Camat Imbau Warga Tak Nonton

Sebelumnya, sudah tiga hari upaya penangkapan Buaya di aliran sungai Way Semaka sekitar Pekon Banjar Sari dan Sudimoro Bangun belum membuahkan hasil.

Menurut Camat Wonosobo Edi Fahrurozi, kendala yang dihadapi karena Banyaknya masyarakat yang ingin melihat proses penangkapan tersebut.

"Mungkin mereka juga penasaran akhirnya semua ingin melihat, jadinya ramai. Akhirnya Buayanya tetap bersembunyi," kata Edi, Minggu (27/10/2019).

Edi pun mengimbau masyarakat sebaiknya tidak perlu menonton, bahkan ikut menangkap.

"Biarkan tim dari BKSDA Lampung yang kerja. Sebab jika terlalu ramai, Buaya tidak muncul dan tidak mau makan umpannya," bebernya.

Lantaran itu, kata Edi, akhirnya perangkap untuk menangkap Buaya dipindah-pindahkan.

Kini perangkap berada di Pekon Sudimoro Bangun.

"Perangkap dipindahkan ke sana (Pekon Sudimoro Bangun), mengikuti pindahnya Buaya," terang Edi.

Selama ini Buaya kerap terlihat di Pekon Banjar Sari, Kecamatan Wonosobo, lalu Pekon Sudomoro dan Pekon Sudimoro Bangun, Kecamatan Semaka.

Keduanya berdekatan, dan hanya dipisahkan aliran sungai Way Semaka saja.

Pemasangan jebakan pun masih berada di sekitar tiga pekon tersebut.

Di lokasi itu juga tempat peristiwa penyerangan Buaya kepada dua warga saat sedang mencuci dan akan mandi.

Edi berharap jebakan ditambah, bukan cuma satu seperti selama ini.

Hal itu disesuaikan dengan jumlah dan perpindahan lokasi Buaya.

Serta keefektifan penangkapan dengan perangkap.

"Kalau bisa minimal tiga, di Sudimoro satu, di Sudimoro Bangun satu, Banjar Sari satu. Sebab Buayanya pindah-pindah dan jumlahnya juga beberapa ekor, biar efektif," kata Edi. 

Jangan Terlalu Lama di Sungai

Camat Wonosobo Edi Fahruroz terus mengimbau masyarakat menghindari aktivitas di sungai.

Apabila terpaksa pilih lokasi yang dasarnya dangkal sehingga saat Buaya muncul bisa terlihat.

Dia juga berpesan agar jangan terlalu lama berada di sekitar aliran sungai.

Jika keperluan mengambil atau memanfaatkan air sungai selesai, diminta untuk segera pergi.

Edi juga berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas dan Babinsa wilayah pekon masing-masing.

Bhabinkamtibmas diminta menyadarkan warga untuk tidak membunuh Buaya dan memburu Buaya.

"Kami minta semua pihak dari pemerintahan dan aparat hukum melarang masyarakat membunuh Buaya atau memburunya. Sebab Buaya termasuk hewan yang dilindungi," kata Edi.

2 Warga Diserang Buaya

Warga berharap pemerintah turun tangan guna mengantisipasi teror Buaya.

Mereka berharap tidak ada lagi warga yang digigit Buaya.

Dua warga diserang Buaya pada Sabtu (19/10/2019) lalu.

Peristiwa pertama dialami Kevin Wardana, bocah asal Pekon Sudimoro Bangun, Kecamatan Semaka.

Kejadian sama terjadi pada Muhajir, warga Pekon Banjarsari, Kecamatan Wonosobo.

Saudah, warga Pekon Banjarsari, berharap pemerintah segera bertindak agar tidak ada lagi warga yang menjadi korban gigitan Buaya.

"Kalau sekarang kami inginnya ada yang menangani Buaya ini. Apa misalnya pemerintah begitu. Sebab kalau dibiarkan nanti warga lainnya bisa dimakan juga," kata Saudah, Minggu (20/10/2019).  

Ia mengaku, saat ini warga di pekonnya waspada apabila akan ke sungai.

Sebab dengan adanya penyerangan ke manusia maka Buaya semakin berani.

Kedua pekon ini bersebelahan yang dibatasi Sungai Way Semaka.

Saudah mengaku, baru sekarang ini biaya menampakkan diri.

Sebab sejak dirinya kecil sampai sekarang baru lihat ada budaya di aliran sungai sebelah rumahnya.

"Kalau cerita orang-orang tua dulu sungai ini memang ada Buayanya. Tapi saya belum pernah lihat sejak kecil sampai setua ini, baru sekarang ini lihatnya," terang Saudah.

Ia mengaku tidak tahu pasti kenapa Buaya menampakkan diri.

kemungkinan terbesar karena musim kemarau dan jumlah ikan berkurang.

Sehingga tidak ada makanan di dalam air. Dan Buaya muncul di tepian sungai.

Kebetulan saat bersamaan aktivitas warga juga sering ke sungai akibat kemarau.

Kondisi Sungai Way Semaka yang mulai susut.
Kondisi Sungai Way Semaka yang mulai susut. (Tribun Lampung/Tri Yulianto)

Mereka mengambil air, mencuci dan mandi sebab air sumur berkurang.

Warga tidak tahu pasti jumlah kawanan Buaya tersebut.

Namum ukurannya beragam, ada yang kecil, sedang dan besar.

Kemudian warna pun ada yang kekuning-kuningan, abu-abu, dan hitam.

Meski dihantui ketakutan diserang Buaya, warga tetap beraktivitas di sungai.

Sebab selain keperluan harian sebagiannya juga memancing dan mencuci sepeda motor.

"Kalau takut, pastilah. Makanya ini juga lihat-lihat terus. Nggak seperti dulu yang mandi aja bebas. Anak-anak juga mainan di sungai. Sekarang nggak lagi," kata Santo, warga lainnya.

Untuk itu warga berharap ada penanganan Buaya.

Sebab jika dibunuh nanti salah, tapi kalau dibiarkan saja warga yang menjadi korban.

"Kalau bisa ditangkap, dipindahkan jangan di sini. Warga sudah ketakutan sekarang ini," terang Santo.

Sepanjang aliran sungai Way Semaka informasinya memang tempat habitat Buaya.

Biasanya Buaya hanya ada di muara sungai namun sekarang ini berenang ke arah hulu.

Digigit Buaya

Sementara itu menurut Muhajir, korban serangan Buaya, saat ini kondisinya mulai membaik.

Lilitan perban di paha kirinya sudah dilepas dan diganti perban biasa.

"Sekarang sudah agak baikan, sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Kalau kemarin darahnya masih keluar terus," ujar Muhajir.

Ia mengaku tidak menyangka bakal diserang Buaya.

Sebab selama ini tidak pernah melihat Buaya di sungai sekitar tempat tinggalnya tersebut.

Jadi Korban Kecelakaan, Pria di Lampung Tengah Ini Malah Ditangkap Polisi

Lupa Tutup Pintu Saat Berhubungan Badan, Pasangan Turis Ini Diusir dari Kapal Pesiar

"Kemarin itu mau mandi, tapi nyuci baju dulu yang dipakai ke sawah. Waktu lagi ngucek tahu-tahu dari bawah sungai keluar Buaya langsung gigit paha saja. Terus dilepasin lagi, langsung saya pulang," ujar Muhajir.

Setelah itu warga sekitar mengantarnya ke Puskesmas Banjar Negoro untuk ditangani.

Semua korban hanya digigit, tidak sampai diseret atau dikoyak-koyak. (tribunlampung.co.id/tri yulianto)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved