Tribun Bandar Lampung
4 Bulan Nelayan Lempasing Jarang Melaut, BMKG Imbau Nelayan Waspada Angin Kencang
4 Bulan Nelayan Lempasing Jarang Melaut, BMKG Imbau Nelayan Waspada Angin Kencang
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung mengimbau kepada nelayan untuk waspada dengan kondisi angin kencang yang berdampak gelombang tinggi di lautan.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Harianto mengungkapkan, kondisi angin kencang ini berpengaruh terhadap kondisi gelombang laut.
"Kondisi angin kencang Ini berpengaruh pada gelombang laut. Jadi bagi nelayan tradisional yang menangkap ikan untuk waspada dan hati-hati," kata Rudi Harianto, Kamis (17/11/2019) sore.
Dari data yang terpantau, lanjut Rudi Harianto, pihaknya sudah mengeluarkan peringatan waspada di Selat Sunda bagian Selatan dan Samudra Hindia Barat Lampung.
• 345 Nelayan di TPI Lempasing Terima Bantuan Paket BBG Senilai Rp 8 Juta dari Kementerian ESDM
"Kami prakirakan tinggi gelombang 2,5 hingga 4 meter," ungkap Rudi Harianto.
Bagi nelayan yang menggunakan perahu kecil atau nelayan tradisional, kata Rudi Harianto, patut waspada, berbeda dengan nelayan kapal besar mungkin sudah menjadi hal biasa.
Nelayan di Lempasing Tidak Melaut 4 Bulan
Nelayan TPI Bandar Lampung mengaku sudah 4 bulan tidak melakukan aktivitas melaut seperti biasanya disebabkan angin kencang yang melanda di beberapa wilayah di Lampung.
"Selama 4 bulan ini nelayan jarang melaut paling tidak kami berangkat cari ikan seminggu sekali atau dua kali, saja tergantung angin," kata salah seorang nelayan Acung Komari (27) ditemui di TPI Lempasing, Kamis, 7 November 2019.
Menurut Acung Komari, bila angin sedang kencang, para nelayan urung melaut karena memikirkan keselamatan mereka.
Terlebih gelombang memang tak menentu memasuki musim pancaroba ini.
Nelayan lainnya Darmat (70) mengungkapkan, dari hasil melaut tangkap udang saja sebenarnya dirinya bisa mendapatkan nilai tangkapan sebesar Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari.
"Kebanyakan nelayan biasanya pergi melaut dua kali sehari. Subuh pulang pukul 08.00, lalu sore sampai Isya, namun sejak angin kencang sudah sekitar 2-4 bulan kami jarang melaut, sehingga penghasilan kami berkurang," beber Darmat.
• Ramalan Zodiak atau Horoskop Besok Jumat 8 November 2019, Sagitarius Bersinar di Tempat Kerja
Hal serupa diungkapkan oleh nelayan lainnya Wantono.
Menurutnya, gelombang tinggi di laut yang diakibatkan dari angin kencang membuat nelayan enggan melaut.
"Bila sedang tidak melaut kadang kami nelayan bekerja sebagai kuli bangunan, mengepak udang dan lainnya untuk menghidupi keluarga," tutur pria 45 tahun ini.(Tribunlampung.co.id/Sulis Setia M)