Kisah Kopral TNI AD Kaki Kanannya Terkena Granat hingga Dinobatkan sebagai Jenderal Klengkeng

Kaki kanannya terkena granat di medan tempur operasi hingga kini dinobatkan jadi 'jenderal'.

Ditjen Holtikultura Kementan
Kopral Mugyanto dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo 

Saat ini budidaya Klengkeng Kateki yang dirintis Mugiyanto membuahkan hasil yang luar biasa. Belum genap lima tahun, dia sukses memanen buah dengan kualitas unggul.

"Untuk satu hektare (pohon klengkeng) menghasilkan sekitar 12 ton buah. Itu dari 200 pohon," ungkap Mugiyanto.

"Malah bisa lebih ya. Kalau dimaksimalkan, satu pohon bisa 75 kilogram. Dikalikan 200 pohon, artinya bisa mencapai 15 ton," lanjut dia.

Adapun untuk biaya per kilogram dari budidaya klengkeng ini sekitar Rp10.000. Sementara Mugiyanto menjualnya ke pasar sekitar Rp35.000-Rp.45.000.

"Gampang sekali (menjualnya). Malahan kurang ya, permintaan pasar tinggi," ujar Mugiyanto.

Ditanya soal resep rahasianya mengembangkan Klengkeng Kateki, Mugiyanto menjabarkan ada dua kunci.

"Pertama benih yang unggul. Kedua agroklimat, bagaimana memahami iklim pertanian. Meliputi cuaca, kelembaban, hingga soal kondisi tanah. Nantinya ini akan mempengaruhi pola penerapan teknologi maupun treatment pohonnya," beber Mugiyanto.

Awal Mula Kopral Mugianto Menjadi Petani Kelengkeng

Namun siapa sangka, dibalik kesuksesan Mugiyanto mengembangkan buah kelengkeng ini, terdapat sebuah cerita sedih yang menjadikannya sebagai petani buah Kelengkeng.

Hal ini diungkapkan Mugiyanto ketika berbincang dengan seorang PNS di Kementerian Pertanian, yaitu Alif Al Syahban.

Perbicangan keduanya dituliskan Alif Al Syahban di akun facebooknya. Dia mengatakan bahwa  Kopral Mugiyanto di Nobatkan Sebagai Jenderal Kelengkeng.

Berikut Postingan Lengkap Alif Al Syahban

"Senin kemerin bliau bertandang kejakarta untuk menghadiri acara sebagai narasumber di salah satu stasiun TV nasional, bliau tak lupa mengunjungi kami di kantor Kementerian Pertanian.

Sempat ngopi bareng, namun sebelum wawancara dengan berbagai media nasional (cetak dan elektronik), saya mencuri waktu untuk wawancara eksklusif dengan bliau.

Banyak sekali yang bliau ceritakan, dengan meneguk secangkir kopi, senyum bahagia itu terpancar dimata bliau, lalu pelan-pelan mengupas kisahnya saat bertugas diberbagai tempat.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved