Stop Mom Shaming, Ini Dampak Negatif Bagi Ibu
Kaprodi Psikologi Universitas Malahayati Octa Reni Setiawati, S.Psi, M.Psi mengatakan, mom shaming sebenarnya bisa tentang apa saja.
Menurut Octa, seorang ibu memang bisa saja dengan mudah terkena dampak mom shaming, karena dalam keseharian saja, seorang ibu sudah sering mengalami stres dari peran gandanya sebagai ibu dan istri.
Ada juga yang perannya ditambah sebagai pekerja.
Sumber mom shaming banyak.
Bisa dari suami, saudara, orangtua, tetangga, dan sebagainya.
Bahkan mom shaming juga bisa muncul dari media sosial, karena di media sosial semua orang bebas berkomentar dan mengkritik apapun, tanpa terikat ruang, tempat, dan waktu.
Apalagi jika membuka diri dengan mengunggah foto, komentar dan kritik semakin banyak bermunculan. Komentar dan kritik itu sering ditujukan terhadap orang dikenal maupun tidak dikenal.
Mirisnya komentar dan kritik itu sering ada yang negatif.
Sharing dengan Suami
Bagi ibu yang terkena dampak mom shaming, sebaiknya sharing dengan suami yang merupakan orang terdekat, atau dengan orang yang ada orang yang ada disekitarnya.
Jika dengan sharing tidak bisa membuat dampak mom sharing hilang, bisa datang ke ahlinya, seperti psikolog.
Menurut Octa, orang yang sering melakukan mom shaming adalah orang yang tidak memiliki kontrol pribadi yang baik, dan tidak memiliki emosi yang matang.
Orang seperti ini harus belajar mengontrol diri dan membiasakan bicara yang positif.
Kalau ingin komentar dan kritik boleh saja. Tapi harus yang positif.
Misal melihat ada ibu yang memberikan pengasuhan yang tidak tepat ke anaknya, lakukan pendekatan dan berikan masukan yang positif.
"Komentar dan kritik positif, juga bicara yang baik, menurut saya harus diterapkan dalam segala hal. Jangan mudah memberikan komentar dan kritik yang negatif," ujar Octa. (Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)