Jual Batu Bukit Kunyit
Terus Digerus, Bukit Kunyit Dianggap Sudah Tidak Ada
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandar Lampung Sahriwansah mengatakan, Bukit Kunyit sudah dihapus dari daftar aset bukit di Kota Tapis Berseri.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Daniel Tri Hardanto
"Kalau hitungannya sekitar Rp 80 ribu-Rp 90 ribu per orangnya untuk yang tukang muat. Kalau tukang gali sampai Rp 100 ribu-Rp 200 ribuan," beber dia.
Namun pendapatan dari hasil penambangan ini hanya dibagi dengan penggali batu. Tidak ada setoran lagi untuk pemilik bukit.
"Dulu ada setoran, tapi udah lama ini nggak setor-setor lagi kita," ungkapnya.
Ada pula kuli batu bernama Arif Hidayat yang menggantungkan hidup dari aktivitas penambangan batu di Bukit Kunyit.
Ia mengaku telah bekerja menjadi kuli batu sudah selama 20 tahunan.
"Sudah lama saya kerja di sini, lahir sampai setengah enam sore. Buat kebutuhan sehari-hari. Anak saya dua," beber pria 42 tahun itu.
Saat sepi pembeli dan kondisi batu yang tersedia minim, Arif hanya membawa pulang uang Rp 25 ribu.
"Ya memang setau saya nggak boleh lagi nambang di sini. Tapi mau gimana lagi, kebutuhan," ungkapnya.
Menurutnya, saat truk datang, kuli dan penambang batu mendapatkan Rp 250 ribu per truk.
Jatahnya Rp 130 ribu untuk penambang batu dan Rp 120 ribu untuk kuli angkut.
"Ya kalau satu truk datang itu dikeroyok empat orang. Uang Rp 120 ribu dibagi empat (kuli batu). Sehari bisa dapat 11 sampai 30 truk pas ramai," beber dia.
• Dispar Bandar Lampung Garap Bukit Kunyit Jadi Tempat Rekreasi Baru
Walhi Kecewa
Walhi Lampung begitu kecewa jika memang keberadaan Bukit Kunyit ini benar dihapuskan.
Direktur Walhi Lampung Irfan Tri Musri mengatakan, pemerintah patut disalahkan karena ketidakmampuannya mempertahankan keberadaan Bukit Kunyit.
"Kita kecewa kalau bukit itu sudah dihapuskan, walaupun secara fisik memang Bukit Kunyit sudah mengalami perubahan bentang alam," ungkapnya.