Tegal Mas Lampung
Thomas Riska Berenang Bersama 2 Hiu Paus di Perairan Tegal Mas
Beberapa waktu terakhir, hiu paus yang merupakan ikan raksasa kerap menampakkan diri di perairan sekitar Pulau Tegal Mas.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PESAWARAN - Hiu paus, dengan nama latin Rhincodon typus, menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Lampung belakangan ini dengan seringnya muncul di permukaan laut di sekitar Teluk Lampung.
Beberapa waktu terakhir, hiu paus yang merupakan ikan raksasa kerap menampakkan diri di perairan sekitar Pulau Tegal Mas.
Teluk Lampung berpotensi mengembangkan wisata hiu paus, namun pemerintah perlu menjaga ketat spesies yang dilindungi ini dari perburuan.
Thomas Azis Riska, owner tempat wisata Pulau Tegal Mas, seminggu terakhir berada di Jakarta.
Ia mengaku gelisah karena hobi menyelam tidak bisa tersalurkan.
Pada Rabu (4/12/2014) pagi, saat baru tiba di Lampung, ia buru-buru ke Tegal Mas dan menyelam.
• Hiu Paus Sering Muncul di Perairan Pulau Tegal Mas, Thomas: Pertanda Ekosistem di Tegal Mas Terjaga
• Foto Ikan Hiu Paus Terdampar di Pantai dan Diinjak 3 Polisi Viral, Fakta Sesungguhnya yang Terjadi
"Saya kangen melihat hiu paus," katanya ketika dihubungi Tribun, Rabu sore.
Ia menyatakan rasa kangennya terpuaskan karena selama menyelam sekitar satu jam di perairan Tegal Mas, ia menemukan dua ekor hiu paus pada kedalaman sekitar 15 meter.
Ia mengikuti perjalanan hiu paus tersebut beberapa saat sebelum muncul ke permukaan.
"Saya ini scuba diving addict. Sekarang semakin menjadi-jadi karena keberadaan hiu paus di sekitar Tegal Mas," kata Thomas. Selama 2019 ini ia menyatakan sudah lebih dari 10 kali bertemu dengan hiu paus saat melakukan penyelaman, pada kedalaman 10 meter hingga 30 meter. "Lebih dari 30 meter saya tidak berani turun lagi karena peralatan selam tidak mendukung," tambahnya.
Hiu paus atau whale shark sudah sejak tahun lalu ramai menjadi perbincangan di kalangan masyarakat. Bahkan, menurut catatan Tribun, pada 3 April 2018, seekor hiu paus dengan panjang sekitar 12 meter terdampar di perairan Sukaraja. Nelayan bersama Thomas yang pada saat yang sama kebetulan melintas di tempat tersebut, beramai-ramai menggiring hius paus tersebut ke tengah laut.
Beberapa nelayan yang kerap mencari ikan di Teluk Lampung juga mengatakan, hiu paus sering menampakkan diri di permukaan laut. Siripnya bisa terlihat dari jauh dan ketika didekati dari atas terlihat punggung ikan yang berbintik-bintik seperti tutul, sehingga kerap pula disebut hiu tutul. "Sekarang sering terlihat di sekitar Tegal Mas," kata Udin, salah seorang nelayan.
Pengunjung kawasan wisata Tegal Mas pun beberapa di antaranya pernah melihat kemunculan hiu paus saat sedang melakukan snorkling. Dari atas perahu, salah seorang pengunjung bernama Ferdian mengaku melihat sirip seperti hiu tampak di permukaan laut. Tak lama kemudian, secara samar-samar tubuh hiu paus terlihat di dalam air.
Thomas sendiri pertama kali melihat hiu paus di perairan Tegal Mas sekitar setahun lalu. Ia bersama pengusaha Anton dan istrinya, Ayin, kemudian menuju ke lokasi yang dimaksud. Saat mendekat, hiu paus berontak dengan mengibaskan ekornya, lalu menjauh. Thomas bersama Anton dan Ayin lalu menyelam mendekati spesies ikan tersebut, namun tetap dibalut kekhawatiran karena semulanya menduga hiu paus berbahaya.
"Ternyata ini spesies yang jinak dan tidak berbahaya bagi manusia, sehingga kami bisa menyelam beriringan dengan hiu paus tersebut," ungkap Thomas.
Dari berbagai literatur diketahui, hiu paus panjangnya bisa mencapai 15 meter dengan berat 20 ton. Dibandingkan dengan paus yang merupakan hewan mamalia, ukuran hiu paus yang merupakan salah satu spesies ikan, masih kalah. Tetapi, dapat dikategorikan sebagai ikan terbesar di dunia.
Hiu paus makan dengan cara menghisap dan menyaring makanannya berupa plankton dari laut. Makanan utamanya adalah ikan dan udang kecil, telur ikan, serta hewan-hewan planktonik lainnya.
Status hiu paus meningkat menjadi terancam punah (endangered) sejak 2016 berdasarkan Daftar Merah International Union for Conservation Nature (IUCN), dari sebelumnya berstatus rentan (vulnerable) karena penurunan populasi secara global. Pemerintah Indonesia melalui Kepmen-KP No 18 Tahun 2013 menetapkan hiu paus sebagai spesies yang dilindungi karena populasinya yang rendah dan masih sering diburu.
Wisata Hiu Paus
Keberadaan hiu paus di Teluk Lampung bisa menjadi daya tarik pariwisata. Seperti yang dilakukan oleh Maldives, yang dari wisata hiu paus ini mampu menghasilkan pemasukan sekitar Rp 130 miliar setahun.
Wisata hiu paus juga sudah dikembangkan di Desa Labuhan Jambu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Conservation International (CI) mencatat, wisata hiu paus berpotensi memberikan tambahan pemasukan untuk desa sekitar Rp 550 juta setiap tahun dengan tambahan dana konservasi kurang lebih Rp 50 juta per tahun. Hasil ini berdasarkan kajian yang dilakukan pada periode September 2018 hingga Mei 2019.
Sebagai pelaku usaha pariwsiata, Thomas Riska mengatakan, kalaupun Lampung melirik wisata hiu paus ini, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perlu dilakukan penelitian, apakah pola pergerakan hiu paus di Teluk Lampung termasuk rumahan, musiman, atau campuran.
Rumahan artinya sebagian besar hiu paus berada di area tersebut sepanjang tahun. Musiman berarti hiu paus hanya berada pada area tersebut pada waktu-waktu tertentu. Lalu, campuran merupakan gabungan dari rumahan dan musiman.
• VIDEO Ada Hiu Paus di Perairan Tegal Mas
Kedua, kalau hendak dikembangkan jadi wisata, maka selayaknya berbasis masyarakat dengan melibatkan para nelayan yang ada di sekitar Teluk Lampung, sehingga bisa menjadi tambahan pendapatan bagi mereka, selain untuk kepentingan konservasi.
Ketiga, perlu dibuat sistem dan aturan yang ketat dari pemerintah untuk menjaga kelestarian hiu paus itu dan juga habitatnya. "Hewan langka ini harus dijaga dari perburuan, dan area tempat hidup hiu paus harus dijaga agar tidak rusak sehingga sumber makanannya terjaga," ujarnya.(tribunlampung.co.id/andi asmadi)