Peran Penting Prabowo dan Budi Gunawan untuk Bebaskan Nelayan yang Disandera Abu Sayyaf

Dalam pembebasan sandera, menurutnya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan berperan penting

Editor: wakos reza gautama
TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. 

Keyakinannya didasari gembelengan keras selama tergabung dalam Kopassus yang memang dituntut siap menghadapi segala medan.

"Kalau kita diajarkan di Kopassus, pembebasan tawanan enggak ada sampai 10 menit. Enggak ada 10 menit, paling lama 15 menit. Habis itu pelolosan. Kalau Kopassus diturunkan," tuturnya.

Namun keberhasilan setiap misi pembebasan tergantung dari informasi yang diberikan intelejen sebelum melaksanakan tugas.

Dalam hal ini, Fauka mengatakan Badan Intelejen Negara (BIN) diyakini sudah bergerak dan mengantongi informasi terkait kelompok Abu Sayyaf.

Pasalnya kehebatan pasukan pembebasan tak berarti bila tak punya informasi lengkap terkait musuh yang dihadapi.

"Kita bergerak kalau informasi sudah A1. A1 tentang tentang jumlah, posisi, medan, keamanan yang menyandera. Di situ kita bisa tahu, ditentukan struktur pasukan," lanjut Fauka.

Dalam kasus pembebasan tiga nelayan, Fauka mengatakan peran Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Kepala BIN Budi Gunawan berperan penting.

Alasannya Prabowo memiliki kemampuan pengalaman dalam kasus pembebasan dan kewenangan mengerahkan Kopassus.

Sementara Budi sebagai pemimpin BIN memiliki jajaran yang sudah bergerak mengumpulkan segala informasi terkait kelompok Abu Sayyaf.

"Dipastikan (pembebasan) berhasil, Insya Allah berhasil. Saya yakin, karena pak Prabowo punya pengalaman, BG pun punya pengalaman. Kunci pembebasan sandera pertama intelejen, kedua gerakan pasukan," sambung dia.

Kelompok Abu Sayyaf Diyakini Tak Bunuh 3 Nelayan Indonesia yang Ditawan

Tiga nelayan Indonesia yakni, Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27) ditawan kelompok milisi Abu Sayyaf sejak September 2019 lalu.

Pemerintah Indonesia hingga kini masih berupaya membebaskan ketiganya tanpa perlu membayar uang tebusan Rp 8,3 miliar yang diminta.

Pengamat intelejen sekaligus mantan anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Fauka Noor Farid mengatakan ketiganya berpeluang selamat atau tak dibunuh.

"Saya pikir kalau dia menawan orang Indonesia ada kultur, makannya bahwa Indonesia dan Filipina masih dalam satu rumpun dan mayoritas Islam, Muslim. Saya pikir mereka masih punya hati," kata Fauka di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (18/12/2019).

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved