Curhatan Keluarga Pendaki Tewas di Gunung Dempo, Sebut Ada Seorang Petapa Tak Suka dengan 2 Korban
Selepas magrib suami nelpon lagi bilang kalau mau mulai pendakian. itu telepon terakhir yang aku terima. 3 hari aku nunggu kabar dari mereka
Seluruh tim dikerahkan menuju lokasi. Keesokan harinya 4 org tim relawan turun menuju lokasi adik dan suami aku.
Mereka melakukan pengangkatan suami aku terlebihi dahulu dan adik aku dievakuasi keesokan harinya.
Suami aku dipulangkan pada tanggal 3 Desember dan dimakamkan dikampung halaman. Sedangkan adik aku dipulangkan pada tgl 5 Desember dan langsung dimakamkan di kampung halaman.
Karena dibutuhkan waktu yang lama dari pagar alam menuju daerah asal aku, keluarga yang berada dilokasi kejadian tergesa gesa pulang untuk mengikuti prosesi pemakaman.
Karena hal ini bukti pembayaran dari rumah sakit belum kami dapatkan karena keluarga harus pulang pada dini hari dari kota pagar alam. Dari bukti yang kami dapatin dari proses pencarian ada kejanggalan yang aneh.
Kejanggalan itu ada dari banyaknya barang yang hilang dan beberapa belas luka yang mencurigakan.
Keluarga pun menindaklanjuti kasus ini dan mencari bukti lainnya. Kami menceritakan semua proses pencarian kepada keluarga yang bertugas di polres muara bungo tepat kami tinggal.
Ia merasa bnyak kejanggalan terhadap kasus ini. Ia pun berinisiatif untuk melacak hp adik aku.
Dalam proses penglacakan salah satu teman adik aku mengabari bahwa ia sempat melihat pesan wa yang sempat ia kirim ke adik aku tanggal 21 Oktober 2019 terkirim dan masuk ke hp adik aku pada tanggal 9 November.
Sedangkan posisi tanggal 9 November adik dan suami aku sudah dimakamkan. Keesokan harinya hp adik aku terlacak di sekitaran kabupaten Lahat dan mama langsung berangkat ke pagar alam untuk membuat laporan bahwa kehilangan barang2 adik dan suami aku yang dibawa mendaki gunung dempo.
Dari hasil lacakan hp adik aku kami mengetahui ada nomor yang mengaktifkan hp adik aku.
Nomor itu terdaftar dengan nomor kk dari keluarga inisial RL. Mama mengirim data tersebut kepada pihak polisi daerah Pagar Alam. Pihak pagar alam meminta mama untuk pulang dan menunggu kabar selanjutnya dari pihak pagar alam saja.
Dan mereka meninjak lanjutkan dengan memanggil RL untuk dimintai keterangan dan kesaksian. Dari kesaksian tersebut RL mengatakan bahwa hp itu ia beli dan dibawa anaknya ke kota J.
Tapi di hari yang sama kerabat yang bertugas dipolres Bungo melacak kembali hp tersebut dan mendapatkan bahwa hp tersebut masih berada didaerah yang sama hanya saja posisinya berpindah sedikit dari posisi awal.
Dalam tenggang waktu beberapa hari kami memdapatkan kabar dari pihak polisi pagar alam bahwa mereka mengambil kesimpulan bahwa hp yang dibeli oleh RL bukan hp adik aku karena RL mengatakan lagi bahwa nomor yg terdaftar di hp adik aku yang terlacak itu sudah aktif 2 tahun yang lalu.
Sampai dimana pihak polisi pagar alam tetap melakukan prngembangan kasus tanpa ada sedikit pun perkembangan sampai saat ini. Hari ini, setelah 3 bulan kabar terakhir dari kalian, 71 hari setelah kalian pulang dalam dekapan tuhan.
Kepergian kalian menjadi teka teki bagi kami. teka teki tanpa petunjuk. teka teki tanpa alur. saat kami mencari cara untuk menemukan jawaban, orang2 yang dianggap sangat menolong datang mengulur tangan untuk ikut menebak teka teki ini.
Tapi dipersimpangan jalan menuju jawaban, orang yang dianggap sangat membantu seolah mundur tanpa bicara. lari menjauh pergi menghilang, seakan tidak kuat atau menutup mata dan telinga agar semua ini seakan telah selesai dan sampai pada jalan buntu.
Apakah sesulit itu prosedur untuk mengungkap teka teki ini? kehilangan dua sosok pemimpin tanpa ada kepastian yang kami dapatkan.
Sudah ada jelas nyatanya kejanggalan yang ada dalam teka teki ini. kepada siapa lagi kami mengadu dan meminta pertolongan. kami hanya rakyat yang meminta keadilan dan kepastian hak kami.
Keluarga Lapor Polisi

ripoku.com/ Wawan Septiawan
Hj Asna, ibu mendiang Fikri pendaki asal Jambi yang tewas di Gunung Dempo, merasa kejanggalan atas sebab kematian anaknya.
Hj Hasna Hamid Ibu dari korban Fikri (19) dan mertua dari korban Jumadi (26) mengatakan, pihaknya menganggap kematian kedua anaknya tersebut banyak kejanggalan.
"Ya kami pihak keluarga menilai banyak kejanggalan. Pasalnya sampai saat ini barang anak-anak saya itu tidak ditemukan dari tas sampak handphone milik mereka," ujarnya.
Melihat adanya kejanggalan ini keluarga sudah melaporkan hal ini ke pihak Polres Pagaralam agar dapat diusut penyebab kematian dua kerabatnya tersebut.
"Kami berharap pihak Polres Pagaralam bisa membantu kami untuk mengusut kasus ini agar bisa ditemukan titik terangnya," katanya.
Pihak keluarga hanya berharap jika penyebab kematian Jumadi dan Fikri bisa diketahui dengan jelas.
"Berdasarkan keterangan sejumlah pendaki mereka mengatakan bahwa kecil kemungkinan Jumadi dan Fikri jatuh ke kawah karena kecelakaan. Untuk itulah kami meminta pihak kepolisian mengusut penyebab keduanya meninggal tersebut," ungkap Hasna kepada sripoku.com, Kamis (16/1/2019). (Artikel ini telah tayang di sripoku.com)