Curhatan Keluarga Pendaki Tewas di Gunung Dempo, Sebut Ada Seorang Petapa Tak Suka dengan 2 Korban
Selepas magrib suami nelpon lagi bilang kalau mau mulai pendakian. itu telepon terakhir yang aku terima. 3 hari aku nunggu kabar dari mereka
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Dua pendaki asal Jambi Jumadi (26) dan Fikri (19) hilang saat mendaki di Gunung Dempo, pada 15 Oktober 2019 .
Dua pendaki Gunung Dempo asal Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, 15 hari kemudian ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa dan kasus ini sempat menghebohkan masyarakat Kota Pagaralam dan sekitarnya.
Kini, kasusnya kembali menguak ke khalayak ramai.
Hal ini disebabkan curhatan dari kakak korban Fikri sekaligus istri dari korban Jumadi di beranda media sosial Facebook.
Curhatan ini banyak dibagikan para nitizen baik asal Jambi maupun Kota Pagaralam.
• Dua Pendaki Gunung Semeru Asal Cirebon Dikabarkan Hilang
• Jenazah Dua Pendaki Ditemukan Usai Menghilang Selama 16 Tahun
• Dua Pendaki Gunung Merapi Tertimpa Longsoran
Salah satu akun Facebook yang membagikan curhatan yaitu Akun Facebook Agus Eka Saputra yang membagikan curhatan tersebut dari akun Pendaki Sumatera. Ratusan komentar membanjiri curhatan tersebut.
Bahkan di beranda Facebook istri korban Jumadi Sucii Anandita juga dibanjiri komentar.
"Anak saya sengaja menulis itu agar kejanggalan kematian anak dan menantu saya diusut. Karena banyak sekali kejanggalan yang kami dapati dari kematian keduanya," ujar Ibu korban Fikri Hj Hasna Hamid saat dihubungi sripoku.com, Kamis (16/1/2020) via handphone.
Tulisan istri korban tersebut viral lantaran banyak bercerita tentang kejanggalan yang keluarga temukan.
Ini isi curhatannya
"Jujur udah lama banget pengen ceritain ini smua..
Banyak pertimbangan yang ngebuat kami pihak keluarga bungkam ..
Mungkin memng ini jalannya..
Maaf jika nantinya ada pihak yang merasa terpojokan..
14 noveber 2019 adek sama suami berangkat dari rumah buat pendakian ke gunung dempo, pagar alam.
dari bungo mereka berangkat jam 11an mampir ke tempat kawan di Kapahiyang. Tanggal 15 mereka ngelanjutin perjalanan ke pagar alam,sekitar jam 3an suami kirim pesan di wa (WhatsApp) kalau mereka udah sampe disana dan lagi istirahat.
Selepas magrib suami nelpon lagi bilang kalau mau mulai pendakian. itu telepon terakhir yang aku terima. 3 hari aku nunggu kabar dari mereka tapi belum juga ada yang nelpon,aku tau persis gimana kalo mereka ndaki gak pernah gk ngabarin lebih dari 2 hri.
Aku brusaha tetap brfikir positif mungkin mreka blom sempat gecas hp.aku brusaha cri kontak kwanya yg di kapahiyang buat nyari info.dr kwanny aku tau klo adik sm suami aku ndaki dempo via tugu rimau.
Di waktu yg bersamaan aku jga brusaha buat cari kontak orang pos pendakian gunung dempo.dr sini smuanya udah mulai sulit karna adik dan suami aku naik via jalur tugu rimau disana gak ada pos penjagaan.
Jadi setiap pendaki yang naik gak terpantau. Penjaga pos gak bisa mastiin apa mereka emng melakukan pndakian disana apa mreka udah trun atau sebagainya.
Orang pos cma bisa nanya2 sama pendaki yg trun dan beberapa pedagang di sekitar jlur pndakian via tugu rimau.
Gak ada 1 pun yg liat mreka, jadi orang pos jga gak ada yg brani ambil kesimpulan mreka bnar2 mendaki gunung dempo.
Sampai akhirnya tanggal 20 mlam kami pihak keluarga di hubungi lagi sama orang pos.
Mereka bilang memang ada pendaki yang sempat ketemu sama adik dan suami aku d atas, mereka juga sempat mendaki bareng dan bangun tenda berdekatan.
Dari pendaki itu kami mulai menemukan sedikit titik terang. Kami pihak keluarga disuruh berangkat ke pagar alam untuk tindakan lanjut membuat laporan di polres pagar alam agar dan tim SAR bisa trun untuk melakukan pencarian.
Saat itu aku dalam kondisi hamil 7 bulan aku kekeh mau ikut tapi mama ngelarang,
Singkat cerita tanggal 21 pagi mama aku berangkat ke Pagar Alam di temani 3 kwan pendki adik dan suami aku. Mereka sampai di pagar alam udah malam. Pagi tanggal 22 mama dkk di temani orng2 pos gunung dempo pergi ke polres untk membuat laporan kehilngn.
Malamnya tim SAR dibantu tim Wanadri dan relawan langsung gerak naik buat pencarian. Pada tgl 23 bertepat rabu tim pencarian mendapatkn baju, celana,sepatu, 2 bantal dan pakain dalam kotor di daerah pelantaran.
MG Seorang Pendaki Sebut Ada Seorang Petapa yang Tak Suka dengan 2 Korban
Pencarian tetap berlanjut sampai pada Tanggal 25 Oktober 2019. Seorang pendaki inisial MG mendatangi pos relawan dan menceritakan bagaimana kronologi beliau bertemu dengan adik dan suami aku.
Beliau mengatakan bahwa ia bertemu adik dan suami aku disekitar shelter 2 pada dini hari pada tgl 15 dan berangkat bersama menuju pelantaran.
Serta menginap di pelantaran dengan jarak tenda yang sedikit berjarak dan mereka bertemu dengan seorang penziarah yang mengaku bertapa diatas gunung disekitar pelantaran dan sudah mengaku berada disana selama 13 hari serta bertahan hidup dengan meminta makanan dengan pendaki yang datang
Pada malam harinya mereka sempat berbincang2 dan MG sempat berbicara sama penziarah yang menginap dipelantaran tersebut. Penziarah tersebut sempat mengatakan kepada MG bahwa ia tidak menyenangi suami aku.
Ia bahkan sempat mengatakan apabila ia masih muda ia ingin menghabisi orang yang menggunakan kalung yakni suami aku.
Karena ia tidak menyukai orang yang menggunakan kalung, tetapi mereka berbicara menggunakan bahasa daerah.
Keesokan harinya pendaki MG sempat menghampiri tenda adik dan suami aku tetapi tidak menemukan adik dan suami aku.
Mereka hanya melihat dua gelas kopi yang masih hangat didepan tenda dan ia juga mengatakan bahwa tidak melihat penziarah yang menginap dipelantaran itu.
Pada hari itu juga MG melakukan perjalanan pulang kebawah kaki gunung. Pencarian terus berjalan.
Kesaksian dari MG menjadi salah satu bukti bahwa adik dan suami aku melakukan pendakian di gunung dempo. Pencarian terus berjalan sampai satu relawan menemukan baju kaos suami aku didekat tenda penziarah dengan lokasi yang berbeda.
Pencarian diperluas keseluruh kawasan gunung dempo. Pencarian sempat terganggu dengan keadaan cuaca yang buruk didaerah kawasan gunung.
Pada tanggal 29 Oktober 2019 tim pencarian menemukan tracking pole, korek kriket dan botol minum dipuncak gunung. Pada hari itu tim menemukan kalung suami aku ditemukan tidak jauh dari tracking pole.
Pada tanggal 1 November 2019 tepat 10 pencarian, tim wanadri meneropong daerah sekitar kawah dan melihat ada seperti asoy berwarna biru di dekat kawah.
Pada hari itu juga seluruh tim dan keluarga melakukan briefing besar2an tentang pencarian selama 10 hari dan menarik kesimpulan dari berbagai tim yang terjun langsung dalam pencarian.
Keesokan harinya tim pencarian keseluruhan dikerahkan naik kepuncak sekitar kawah dan penulusuran daerah pelantaran serta daerah timur gunung yang belum telusuri.
Saat tim wanadri dan tim relawan mencoba sedikit lebih turun kekawah mereka meneropong asoy biru yang dimaksud salah satu tim pencarian.
Saat diteropong lebih dekat teryata terlihat jelas bahwa asoy yang dimaksud itu ternyata baju yang dipakai adik aku.
Seluruh tim dikerahkan menuju lokasi. Keesokan harinya 4 org tim relawan turun menuju lokasi adik dan suami aku.
Mereka melakukan pengangkatan suami aku terlebihi dahulu dan adik aku dievakuasi keesokan harinya.
Suami aku dipulangkan pada tanggal 3 Desember dan dimakamkan dikampung halaman. Sedangkan adik aku dipulangkan pada tgl 5 Desember dan langsung dimakamkan di kampung halaman.
Karena dibutuhkan waktu yang lama dari pagar alam menuju daerah asal aku, keluarga yang berada dilokasi kejadian tergesa gesa pulang untuk mengikuti prosesi pemakaman.
Karena hal ini bukti pembayaran dari rumah sakit belum kami dapatkan karena keluarga harus pulang pada dini hari dari kota pagar alam. Dari bukti yang kami dapatin dari proses pencarian ada kejanggalan yang aneh.
Kejanggalan itu ada dari banyaknya barang yang hilang dan beberapa belas luka yang mencurigakan.
Keluarga pun menindaklanjuti kasus ini dan mencari bukti lainnya. Kami menceritakan semua proses pencarian kepada keluarga yang bertugas di polres muara bungo tepat kami tinggal.
Ia merasa bnyak kejanggalan terhadap kasus ini. Ia pun berinisiatif untuk melacak hp adik aku.
Dalam proses penglacakan salah satu teman adik aku mengabari bahwa ia sempat melihat pesan wa yang sempat ia kirim ke adik aku tanggal 21 Oktober 2019 terkirim dan masuk ke hp adik aku pada tanggal 9 November.
Sedangkan posisi tanggal 9 November adik dan suami aku sudah dimakamkan. Keesokan harinya hp adik aku terlacak di sekitaran kabupaten Lahat dan mama langsung berangkat ke pagar alam untuk membuat laporan bahwa kehilangan barang2 adik dan suami aku yang dibawa mendaki gunung dempo.
Dari hasil lacakan hp adik aku kami mengetahui ada nomor yang mengaktifkan hp adik aku.
Nomor itu terdaftar dengan nomor kk dari keluarga inisial RL. Mama mengirim data tersebut kepada pihak polisi daerah Pagar Alam. Pihak pagar alam meminta mama untuk pulang dan menunggu kabar selanjutnya dari pihak pagar alam saja.
Dan mereka meninjak lanjutkan dengan memanggil RL untuk dimintai keterangan dan kesaksian. Dari kesaksian tersebut RL mengatakan bahwa hp itu ia beli dan dibawa anaknya ke kota J.
Tapi di hari yang sama kerabat yang bertugas dipolres Bungo melacak kembali hp tersebut dan mendapatkan bahwa hp tersebut masih berada didaerah yang sama hanya saja posisinya berpindah sedikit dari posisi awal.
Dalam tenggang waktu beberapa hari kami memdapatkan kabar dari pihak polisi pagar alam bahwa mereka mengambil kesimpulan bahwa hp yang dibeli oleh RL bukan hp adik aku karena RL mengatakan lagi bahwa nomor yg terdaftar di hp adik aku yang terlacak itu sudah aktif 2 tahun yang lalu.
Sampai dimana pihak polisi pagar alam tetap melakukan prngembangan kasus tanpa ada sedikit pun perkembangan sampai saat ini. Hari ini, setelah 3 bulan kabar terakhir dari kalian, 71 hari setelah kalian pulang dalam dekapan tuhan.
Kepergian kalian menjadi teka teki bagi kami. teka teki tanpa petunjuk. teka teki tanpa alur. saat kami mencari cara untuk menemukan jawaban, orang2 yang dianggap sangat menolong datang mengulur tangan untuk ikut menebak teka teki ini.
Tapi dipersimpangan jalan menuju jawaban, orang yang dianggap sangat membantu seolah mundur tanpa bicara. lari menjauh pergi menghilang, seakan tidak kuat atau menutup mata dan telinga agar semua ini seakan telah selesai dan sampai pada jalan buntu.
Apakah sesulit itu prosedur untuk mengungkap teka teki ini? kehilangan dua sosok pemimpin tanpa ada kepastian yang kami dapatkan.
Sudah ada jelas nyatanya kejanggalan yang ada dalam teka teki ini. kepada siapa lagi kami mengadu dan meminta pertolongan. kami hanya rakyat yang meminta keadilan dan kepastian hak kami.
Keluarga Lapor Polisi

ripoku.com/ Wawan Septiawan
Hj Asna, ibu mendiang Fikri pendaki asal Jambi yang tewas di Gunung Dempo, merasa kejanggalan atas sebab kematian anaknya.
Hj Hasna Hamid Ibu dari korban Fikri (19) dan mertua dari korban Jumadi (26) mengatakan, pihaknya menganggap kematian kedua anaknya tersebut banyak kejanggalan.
"Ya kami pihak keluarga menilai banyak kejanggalan. Pasalnya sampai saat ini barang anak-anak saya itu tidak ditemukan dari tas sampak handphone milik mereka," ujarnya.
Melihat adanya kejanggalan ini keluarga sudah melaporkan hal ini ke pihak Polres Pagaralam agar dapat diusut penyebab kematian dua kerabatnya tersebut.
"Kami berharap pihak Polres Pagaralam bisa membantu kami untuk mengusut kasus ini agar bisa ditemukan titik terangnya," katanya.
Pihak keluarga hanya berharap jika penyebab kematian Jumadi dan Fikri bisa diketahui dengan jelas.
"Berdasarkan keterangan sejumlah pendaki mereka mengatakan bahwa kecil kemungkinan Jumadi dan Fikri jatuh ke kawah karena kecelakaan. Untuk itulah kami meminta pihak kepolisian mengusut penyebab keduanya meninggal tersebut," ungkap Hasna kepada sripoku.com, Kamis (16/1/2019). (Artikel ini telah tayang di sripoku.com)