Tribun Pringsewu
Satu-Satunya Akses Jalan 69 KK di Pardasuka Longsor
Curah hujan tinggi di wilayah pringsewu juga menimbulkan dampak di wilayah pinggiran selatan Bumi Jejama Secancanan. Yakni di Kecamatan Pardasuka.
Penulis: Robertus Didik Budiawan Cahyono | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PRINGSEWU - Curah hujan tinggi di wilayah Kabupaten Pringsewu juga menimbulkan dampak di wilayah pinggiran selatan Bumi Jejama Secancanan.
Yakni di wilayah Kecamatan Pardasuka.
Tepatnya di Pekon Rantau Tijang.
Yakni berupa jalan penghubung antar dusun, antara Dusun 6 dan Dusun 7 Pekon Rantau Tijang.
Camat Pardasuka Titik Puji Lestari mengatakan, ruas jalan tersebut merupakan satu-satunya akses menuju Dusun 7 yang ditinggali oleh 69 KK.
"Longsor sepanjang kurang lebih 15 meter dengan kedalaman 12 meter, badan jalannya masih ada, tapi sudah sampai batas bahu jalan, " kata Titik, Kamis, 16 Januari 2020.
• Selama Tiga Tahun Terakhir Ada 182 Bencana Terjadi di Pesawaran, Mayoritas Banjir dan Longsor
• Warga Dibantu Aparat Kepolisian Evakuasi Material Batu Longsor Pakai Alat Bor dan Gergaji Mesin
• Jadwal Kapal Eksekutif Tahun 2020 dan Cara Beli Tiket Kapal di Pelabuhan Merak Pakai e-Money
• Polisi Ringkus 2 Pelaku Jambret yang Kerap Beraksi di Seputaran Jalan ZA Pagar Alam
Peristiwa longsor itu terjadi sekitar seminggu lalu.
Oleh karena khawatir menggerus badan jalan, sehingga dilakukanlah penanganan darurat.
Yakni dengan masyarakat gotong royong menimbun ruas jalan yang longsor itu.
Menurut Titik, kini penanganan longsor tersebut telah selesai.
Ruas Jalur Alternatif Penghubung 2 Kabupaten Jebol Akibat Luapan Air Sungai
Hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Pringsewu beberapa hari terakhir menyisakan kerusakan pada sejumlah infrastruktur di Bumi Jejama Secancanan.
Kerusakan infrastruktur terutama jalan yang akibatkan genangan.
Paling parah pada ruas jalur alternatif yang menghubungkan dua kecamatan di dua kabupaten.
Yakni Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu dan Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.
Tepatnya ruas jalur alternatif yang mempersingkat jarak tempuh antara Pekon Sri Rahayu Kecamatan Banyuma ke Desa Sri Way Langsep Kecamatan Kalirejo.
Jalan yang berada di ruas wilayah Pekon Sri Rahayu tersebut jebol akibat tergerus air luapan Sungai Way Waya.
Camat Banyuma Hartoyo mengatakan, jalan ini jebol sepanjang 10 meter sehingga tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan.

"Jalan tersebut merupakan jalan tanah tanggul yang hanya biasa dilalui kendaraan roda dua," kata Hartoyo, Kamis, 16 Januari 2020.
Kalau yang di lokasi jebol, ungkap dia, badan jalan selebar empat meter.
Kemudian yang arah Sri Way Langsep hanya selebar 1,5 meter.
Jadi hanya sepeda dan sepeda motor saja yang dapat melewatinya.
Dia menambahkan, bahwa jalan tersebut mempersingkat jarak tempuh hanya sekitar 0,5 KM sudah sampai.
Bila menempuh jalan memutar, jarak yang ditempuh bisa berkisar 2,5 KM sampai dengan 3 KM.
Atas kerusakan jalan tersebut, Hartoyo mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pringsewu.
Dia mengatakan, hasil koordinasi tersebut akan melakukan penanganan secara bersama-sama. Yakni dengan bergotong royong bersama masyarakat.
Diguyur Hujan 1 Jam, Luapan Kali Pasir Gintung Rendam 20 Rumah Warga
Hujan lebat durasi kurang lebih satu jam, Selasa (14/1) malam menjadi penyebab meluapnya air kali pasir gintung.
Akibatnya ada sekitar 20 rumah warga di Kelurahan Pasir Gintung Kecamatan Tanjungkarang Pusat terendam banjir dengan ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa.
Ketinggian air berangsur surut setengah jam setelah hujan reda.
"Disini emang udah langganan, hujan bentar air kali langsung naik," ujar Yusuf Ketua RT 05 LK 1, Rabu (15/1).
Yusuf memaparkan, hujan diperkirakan sekitar pukul 19.30 - 20.30 WIB memicu air kali meluber ke pemukiman.
Hingga pagi ini, masih tampak sejumlah warga membersihkan lumpur dan kotoran bekas banjir.
"Dari tadi malam sudah surut, ya ini beres beres sisah nya aja," ujar Yusuf.
Salah satu warga terdampak banjir, Purwanti mengatakan ketinggian banjir bervariasi.
Posisi rumahnya lebih tinggi dari tetangga hanya memasuki rumah sebatas mata kaki.
Kendati demikian, kata Purwanti, hujan yang tidak begitu lama pada malam itu cukup membuatnya cemas.
"Cuma saya sama ibu saya dirumah, suami lagi kerja belum pulang," kata Purwanti.
Untungnya hujan cepat redah, sehingga air berangsur surut.
"Ga ada kerusakan, paling hanya perabot kaya kursi sama lemari basah karena terendam," katanya.
Ketua RT 05 Lk 2 Otong menambahkan, kali pasir gintung meluap karena terjadinya pendangkalan.
Menurutnya, kedalaman air kali pada saat normal hanya sebatas lutut orang dewasa.
"Dulu sekitar tahun 73 air kali ini masih dalam bisa sampe setinggi dada. Sekarang lihat sendiri seperti apa," beber Otong.
Otong menyebut salah satu solusi untuk mengatasi banjir dengan cara mengeruk dasar kali.
Selama ini, kata Otong, sudah diajukan kepada pemerintah setempat namun belum ada tanggapan.
Sementara itu, Lurah Pasir Gintung Mashuri menyatakan pengerukan aliran sungai atau kali pasir gintung terkendala akses jalan.
Seperti diketahui, areal tersebut merupakan padat penduduk.
Sementara jalan penghubung warga hanya gang kecil yang dapat dilalui kendaraan roda dua.
"Rasanya kalau mau masuk alat berat kan sulit," kata Mashuri.
Kendati demikian pihak kelurahan masih menghimbau warga untuk waspada, mengingat musim hujan masih akan terjadi hingga beberapa bulan kedepan.
Mashuri menambahkan, kalau memang banjirnya parah dan membahayakan warga kemungkinan akan dibentuk posko darurat bencana.
"Untuk saat ini belum, tapi sudah koordinasi dengan puskesling dan puskesmas rawat inap Simpur," tandasnya.(Tribunlampung.co.id/Robertus Didik Budiawan Cahyono)