Luhut dan Prabowo Dibully Penakut Soal Natuna, Sang Jenderal: Saya Pernah Hampir Mati karena Perang
Lewat akun Facebook Luhut Binsar Pandjaitan, Luhut merasa sedih karena dirinya dan Prabowo di bully penakut.
Penulis: Wakos Reza Gautama | Editor: wakos reza gautama
Apalagi hal ini kata dia, sudah dikaitkan dengan latar belakangnya sebagai tentara yang menurut Luhut tidak relevan.
"Lebih menyedihkan lagi ketika saya dan Menhan RI Prabowo Subianto mengeluarkan pernyataan yang bernada menyejukkan, kami di bully sebagai “penakut” dan malah ada koran yang menyindir karir dan korps saya di ketentaraan dulu yang sebenarnya tidak relevan dibandingkan. Saya sedih karena serangan tersebut masuk wilayah pribadi, dan melenceng dari pokok permasalahan," tulis Luhut.
Menurut Luhut dirinya bukanlah penakut seperti yang dianggap orang-orang tersebut.
"Apakah mereka tahu bahwa saya sebagai seorang prajurit pernah berperang dan pernah hampir mati karena perang?" tanya Luhut di akun Facebook nya.
Luhut mengatakan, tak menginginkan terjadinya perang gara-gara masalah di Natuna.
Baginya perang adalah jalan terakhir yang harus diambil ketika kedua belah pihak menemui kebuntuan.
Menurut Luhut, tidak ada yang benar-benar memenangkan sebuah peperangan.
Untuk itu Luhut mendorong jalan perundingan daripada harus menempuh perang.
Luhut pun merasa sedih ketika ada situasi di Laut China Selatan, belum lama ini ada suara-suara yang mengusung kemungkinan pecah perang antara RI dengan Tiongkok, “demi kedalauatan NKRI”.
Menurutnya, pemberitaan yang bermula dari informasi di media sosial tersebut kemudian menyulut kemarahan masyarakat karena ketidaklengkapan informasi itu atau ketidakfahaman mengenai beda antara ZEE dan laut teritori nasional.
Sehingga yang muncul adalah kemarahan atau rasa ketersinggungan yang besar.
"Pada satu sisi saya maklum ini mencerminkan kuatnya nasionalisme masyarakat, tetapi tentu tidak semua perselisihan atau pelanggaran peraturan internasional harus berakhir dengan pecahnya perang," tulis Luhut.
Bagi Luhut, kunjungan satu hari Presiden Joko Widodo ke pulau Natuna Besar jelas mengirim pesan yang kuat.
Menurutnya, Jokowi menjelaskan dengan nada sejuk apa yang sesungguhnya terjadi di laut di utara Natuna bukanlah pelanggaran wilayah teritori Indonesia.
"Penjelasan Presiden tersebut efektif menurunkan tensi di dalam negeri tetapi sekaligus memberi isyarat halus kepada negara-negara lain," tutur Luhut.