Ada Virus Corona Penjualan Kelelawar Turun, Sarimin Sebut Kelelawar Makan Buah, Gak Menularkan Virus

Marimin yang sudah berjualan selama tujuh tahun ini tak percaya kalau kelelawar bisa menularkan virus corona.

Editor: Romi Rinando
(KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)
Pedagang Kelelawar di Pasar Hewan Karimata, Jl. RA Kartini Semarang, sepi pembeli 

Wabah virus corona yang tengah berasal dari Kota Wuhan, di China telah menjatuhkan banyak korban.

Spekulasi mengenai penyebab virus pun bermunculan, salah satunya disebabkan kuliner ekstrem yang kerap dikonsumsi orang China.

Pasar Seafood Huanan yang terletak di pusat kota Wuhan, di mana virus corona berasal, menjual berbagai makanan berasal dari hewan-hewan liar seperti buaya, anjing, ular, tikus, landak, koala, dan hewan buruan lainnya.

Sejauh ini (29/1/2020), pihak berwenang China mengumumkan sekitar 132 orang tewas akibat virus corona tersebut. 

 "Asal mula virus corona baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar makanan laut Wuhan," kata Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok.

Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa virus Wuhan ditularkan dari ular ke manusia.

Tetapi penasehat media pemerintah, Zhong Nanshan, juga mengidentifiksasi luwak dan tikus sebagai sumber yang memungkinkan penularan virus.

Ternyata pasar yang menjual binatang-binatang liar tersebut juga ada Indonesia.

Namanya adalah pasar Ekstrim Tomohon yang terletak di Sulawesi.

Pasar tersebut terkenal karena kekejaman terhadap binatang termasuk kucing dan anjing yang disimpan di kandang kecil sebelum dipukuli sampai mati dan dijual, dilansir dari Daily Mail (18 Juni 2019)

Warga Norwegia, Alf Jacob Nilsen (64), pernah mengunjungi pasar tersebut.

Alf dari Hidra, Norwegia mengatakan, "Saya harus mengakui bahwa perasaan saya campur aduk di pasar itu - sangat sulit untuk digambarkan.

"Ratusan penduduk setempat menawarkan daging, daging anjing, kelelawar, ayam dan ikan untuk dijual.

"Perlakuan dan pembunuhan anjing seperti yang terjadi di Tomohon sekarang, dari sudut pandang saya, harus dihentikan.

"Bukan hanya karena hewan-hewan malang diperlakukan dengan cara yang paling brutal dan pasti menderita, tetapi juga karena harus jelas ada risiko penyebaran parasit dan penyakit serius ketika berurusan dengan anjing dan daging anjing dengan cara ini.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved